Happy reading 💜
--
Kedua manik Taehyung terbuka, raut wajah Ae-ri yang penuh kegugupan dapat ia lihat dari arah bawah.
"Sejak kita berusia delapan tahun," jawab Taehyung lancar.
Ae-ri tertegun mendengar fakta itu, berbeda dengan Taehyung yang terlihat tenang. Delapan tahun bukanlah waktu yang singkat dan selama itu Taehyung sudah memendam perasaannya. Hawa dingin dari luar rasanya menjahili Ae-ri tidak tepat waktu. Bagaimana bisa ia kepanasan di tengah hujan salju seperti ini. Ae-ri menarik nafas kemudian membuangnya.
"Usap lagi," perintah Taehyung ketika merasa usapan tangan Ae-ri ke surainya berhenti. Detik berikutnya, Taehyung menyungging senyum bersamaan dengan surainya yang bergerak.
"Apa kau menyuruh orang untuk menyelidiki latar belakangku?Kunjungan saat malam hujan waktu itu juga di sengaja? " tanya Ae-ri beruntun.
"Iya dan tidak."
"Iya dan tidak?"
"Setelah kau pindah sekolah aku memang mencarimu dan mengetahui sedikit latar belakangmu tapi setelah itu takdir yang bekerja dengan sendirinya."
Tanpa sadar kepala Ae-ri bergerak naik turun dengan sendirinya.
"Dan soalan berkunjung ke kafemu itu juga di luar dugaanku. Aku juga sangat terkejut hari itu. Jika kau bertemu lagi dengan orang yang kau sukai setelah bertahun-tahun lamanya, kurasa pendekatan adalah langkah pertama yang tepat untuk kau ambil," ujar Taehyung membayangkan kembali pertumuan pertama mereka setelah bertahun-tahun lamanya.
Ae-ri membasahi bibirnya yang kering. Mendengar pengakuan Taehyung secara terang-terangan sesikit membuat bibirnya kering, susah meluapkan kata.
Tidak mendapat reaksi apapun dari Ae-ri, Taehyung kembali melanjutkan perkataannya, "Kau bisa berbohong tentang latar belakangmu, keluargamu bahkan sifatmu yang sebenarnya, tapi tidak dengan perasaanmu. Setelah tolakan yang kebelasan kali, akhirnya kau menerimaku."
"Mian, sebenarnya aku tidak berniat untuk menolakmu sampai belasan kali," balas Ae-ri tak enak hati.
"Jadi? "
"Aku hanya berpikir kau tidak serius dalam pengakuanmu, secara orang waras mana yang menyatakan perasannya setiap hari," cecar Ae-ri, mendengus kesal setiap kali mengingat ajakan kencan Taehyung yang tidak tahu tempat. Depan kelas, toilet kampus, kantin, parkiran, sudah seperti mengabsen semua tempat di kampus.
"Ada, buktinya aku," balas Taehyung tidak mau kalah.
"Menurutku kau tidak termasuk ke dalam kategori orang waras," cibir Ae-ri.
"Jadi kau mengatakanku tidak waras?" kesal Taehyung membuat hidungnya berkerut.
"Kau yang mengakuinya sendiri tuan kim," Ae-ri menjulurkan lidahnya seraya tersenyum licik, setelah beberapa kali berdebat dengan pria di pangkuannya ini akhirnya ia mencetak poin sekali.
"Aku mengaku kalah kali ini. " Taehyung mengangkt kedua tangannya ke atas menandakan ia kalah. Berbalik badan menghadap ke depan, pura-pura tidur.
"Tae," panggil Ae-ri lagi yang hanya dijawab gumaman kecil Taehyung.
"Kau tahu persis keluargaku seperti apa, jika aku memintamu menceritakan keluargamu, kau mau menceritakannya? "
Taehyung terdiam sebentar sebelum membuka mulut untuk bertutur kata.
"Tentu saja kenapa tidak, kau kan pacarku. Kau berhak tahu," jawab Taehyung seolah menjelaskan bahwa Ae-ri termasuk dalam kategori orang istimewa dalam hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny√
Fanfiction(COMPLETED) Park Ae-ri ditugaskan untuk mengurus kafe buku komik peninggalan neneknya. Dimana, pada suatu malam ia mendapat kunjungan seorang pelanggan misterius yang mengaku ingin berteduh karena derasnya hujan. Di luar dugaan sebuah hubungan simb...