Aku kembali setelah sekian lama.Cetak... Cetak...Cetak...
Disini, kembali menapak tempat dimana memori singkat itu kembali terulang.
Cetak... Cetak... Cetak...
Apa kabar Kim...
"DUAR?!"
"Heol! "
Park Ae-ri, gadis yang baru memekik kuat itu mengelus dadanya secara berulang, tangannya memeluk erat laptop yang hampir saja meloncat dari paha mulusnya jika tidak segera ia tangkap.
Kepalanya berputar mencari si pelaku, sejurus kemudian terdengar suara tabokan.
"Ya! sakit bodoh," protes seseorang.
"Kau yang bodoh, kenapa tidak memberi salam dulu"
"Kurasa guk-guk lebih sopan darimu," cerocos Ae-ri kesal.
"Jangan samakan aku dengan hewan," dengus Hae-won.
Choi Hae-won, sahabat Ae-ri dari sebulan yang lalu. Gadis bertubuh mungil dengan rambut berponi dan jangan lupakan kedua pipi gembulnya. Tinggi mereka berdua hampir sama, hanya beda 1cm lebih pendek dari Ae-ri. Sejak Ae-ri pindah ke kafe ini, Hae-won sangat banyak membantunya, baik dalam urusan pindahan ataupun menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya ini. Ternyata setelah mereka berbincang banyak, dulunya Hae-won adalah teman sd Ae-ri dulu. Hal itu membuat mereka lebih dekat lagi, mengingat mereka memiliki banyak kenangan saat duduk di bangku sekolah dasar. Banyak topik pembicaraan untuk dibahas.
"Laptopku hampir jatuh tadi, kau mau ganti?" delik Ae-ri sambil membuka kembali kotak hitam yang ia selamatkan beberapa waktu lalu.
Hae-won mengedikkan bahunya kemudian mengambil tempat di sebelah Ae-ri.
"Ceritamu masih berlanjut?" tanyanya sambil mencomot kentang goreng yang ada di meja. Matanya menangkap sebuah halaman word yang sudah penuh dengan tulisan abjad. Melihatnya saja sudah membuat Hae-won pusing sekarang.
Ae-ri mengangguk samar kemudian meletakkan laptopnya di atas meja. Otaknya kembali berpikir keras, mengembalikan konsentrasi yang buyar tadi.
"Lima belas pembaca?" tanyanya yang dijawab gelengan kecil oleh Ae-ri.
Jari telunjuk Ae-ri naik ke atas, "tambah satu jadi totalnya enam belas"
"Waw.... luar biasa," Hae-won bertepuk tangan tiga kali kemudian lanjut berbicara.
"Kau bersemedi selama berminggu-minggu di kotak lusuh ini hanya untuk lima be.. ralat enam belas pembaca?" ujarnya sambil mengamati kafe buku komik yang ia sebut kotak lusuh beberapa waktu lalu.
"Lagian mengapa halmoni meninggalkan kafe lusuh ini untuk cucunya, seharusnya ia meninggalkan emas batangan atau uang tunai."
Kafe buku komik ini satu-satunya harta yang dimiliki Park Ae-ri sekarang. Ia tidur, tinggal, mandi, makan, kerja, semuanya akan ia lakukan disini. Setelah halmoni meninggal ia memberikan kafe buku komik yang sudah ia bangun sejak muda kepada cucu semata wayangnya. Satu-satunya tempat yang bisa menghasilkan uang untuk biaya kehidupan Ae-ri sehari-hari. Bocah ingusan yang tidak memiliki bakat apapun tidak akan di terima kerja di gedung bertingkat, pikirnya.
Ae-ri mendengus, "Jangan salahkan halmoni, masih baik ada kotak lusuh ini kalau tidak aku sudah tinggal di jalanan,"
"Dan satu lagi kalau aku sudah menjadi penulis hebat, jangan harap kau bisa meminta tanda tanganku"
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny√
Fanfiction(COMPLETED) Park Ae-ri ditugaskan untuk mengurus kafe buku komik peninggalan neneknya. Dimana, pada suatu malam ia mendapat kunjungan seorang pelanggan misterius yang mengaku ingin berteduh karena derasnya hujan. Di luar dugaan sebuah hubungan simb...