Note: Jika menemukan typo dan lainnya mohon di komen...
-
Baterai hp kalian berapa persen pas baca part ini?
-
Happy reading 💜---
"Ingin bicara apa?"
Saat ini mereka berdua tengah duduk di bangku taman belakang kampus. Sebenarnya hanya Ae-ri saja yang sedang duduk sekarang. Taehyung, laki-laki itu sedari tadi berdiri kaku. Kakinya seperti agar-agar yang lembek dan memantul ke sembarang arah, tidak tegap seperti biasanya. Sesekali mengusap tengkuk lehernya, ekspresi wajah Taehyung yang terlihat gugup dan gelisah sudah seperti orang yang ingin presentasi di depan khalayak ramai.
"Ya, apa kau ingin buang air besar? " kesal Ae-ri, lama menunggu.
Sudah lima menit berada di sana, Ae-ri hanya memantau refleks tubuh Taehyung yang tidak bisa diam.
Taehyung menggeleng cepat seraya membulatkan matanya. Tuduhan Ae-ri sama sekali tidak ada benarnya.
"Ak... "
"Kenapa meminjam pacar Seokjin?"
Belum sempat Taehyung menyelesaikan kalimatnya, Ae-ri sudah lebih dulu memotong. Dasar gadis tidak sabaran.
"Agar kau cemburu, " jawab Taehyung to the point.
Taehyung mengambil tempat di samping Ae-ri. Sedikit menggeser bokongnya ke kanan agar mendekat ke gadis itu, namun Ae-ri malahan ikut menggeser tubuhnya menjauh. Ae-ri merutuki dirinya yang ingin meminjam ajussinya untuk membuat Taehyung cemburu.
"Jangan macam-macam," tunjuk Ae-ri dengan wajah penuh peringatannya.
Taehyung menghela nafas kemudian menyenderkan punggungnya ke senderan kursi.
"Tidak mungkin, kau bohong," elak Ae-ri. Menyipitkan matanya sekali untuk mencari kegugupan di mata lelaki itu seperti tadi, tapi sayangnya sudah sirna. Ae-ri menyerah, ia membuang wajahnya ke samping. Kakinya menggesek-gesek permukaan tanah, membuat ukiran abstrak.
Entah kemana tatapan gugup tadi, yang ada sekarang hanyalah tatapan buas khas seorang Kim Taehyung.
"Tapi kalaupun itu benar, kau terlalu jujur, "
Sebenarnya ada apa dengan mereka berdua, saling meminjam pacar orang lain untuk beradu akting mesra.
"Aku kan orangnya memang jujur, apalagi soal perasaan. Tidak ada yang namanya gengsi-gengsian, " jawab Taehyung dalam sekali tarikan nafas.
Taehyung melirik Ae-ri dari samping, namun ketika gadis itu membalas tatapannya, Taehyung segera beralih menatap awan-awan di langit. Pura-pura bodoh.
"Dasar tukang sindir," cibir Ae-ri tidak suka.
"Kau merasa tersindir? "
Ae-ri bungkam seribu bahasa dengan pertanyaan itu. Ae-ri seharusnya tahu, dirinya ini tidak akan pernah bisa menang berdebat dengan Taehyung. Taehyung tersenyum miring disana membuat Ae-ri ingin menonjok wajah tampan lelaki itu.
"Kau mau kemana?" seru Taehyung ketika melihat Ae-ri sudah bangkit dari posisi duduknya.
"Mencari Hae-won, "
"Ara-ara, mian. Jangan pergi, ayo duduk lagi," Taehyung menepuk bangku sampingnya.
Mendengar nada Taehyung yang melembut membuat langkah Ae-ri terhenti. Ae-ri berbalik menatap Taehyung kemudian mulai berbicara. Menuntaskan rasa penasarannya sedari tadi.
"Kau tahu kalau Seokjin itu kakakku?"
Taehyung menangguk sekali membenarkan pertanyaan Ae-ri.
"Sejak kapan? "
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny√
Fanfiction(COMPLETED) Park Ae-ri ditugaskan untuk mengurus kafe buku komik peninggalan neneknya. Dimana, pada suatu malam ia mendapat kunjungan seorang pelanggan misterius yang mengaku ingin berteduh karena derasnya hujan. Di luar dugaan sebuah hubungan simb...