/15.00/

309 239 43
                                    


"Brengsek! "
"Pria tidak jelas"
"Cabul"
"Jahat"
"Tidak berperasaan"
"Mati kau! "

Umpatan demi umpatan terus keluar dari bibir Ae-ri setiap kakinya melangkah. Mulutnya sibuk berkomat-kamit tidak jelas. Ia masih kesal, sekarang juga masih kesal, sangat kesal. Kakinya melangkah turun dari bis yang dinaikinya tadi. Ia berhasil kabur dari Taehyung dan untungnya ada bis yang lewat. Ae-ri segera memanfaatkan kesempatan itu untuk kabur.

Ae-ri menempelkan kartunya untuk membayar kemudian berjalan turun dari bis. Sekarang, di depan Ae-ri  sudah berdiri sebuah gedung pencakar langit, bertingkat, menjulang tinggi dengan desain bergaya klasik. Siapapun yang melihatnya pasti akan tahu jika itu adalah sebuah gedung perkantoran.

Ae-ri berjalan cepat melewati pintu utama kemudian memasuki lift di dalam gedung itu. Beberapa karyawan disana menunduk sopan sembari tersenyum dan di balas bungkukkan sopan juga oleh Ae-ri.

Jarinya menekan lantai paling atas gedung. Pintu lift terbuka, Ae-ri berjalan keluar kemudian tersenyum ketika melihat seseorang yang dikenalinya.

"Sekertaris Jung!" panggil Ae-ri sambil melambaikan tangannya menyapa.

Sedangkan yang merasa dipanggil  berbalik badan, menoleh ke asal suara.

"Selamat datang nona Park, kedatangan anda sangat mendadak. Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Sekertaris Jung sopan. Walaupun sudah memiliki anak satu, wanita itu masih terlihat awet muda tanpa polesan bedak. Rambut yang di konde bulat, kemeja kotak-kotak dengan bawahan rok sepan hitam dan high heels hitam pastinya. Terkesan apa adanya.

"Aku ingin bertemu dengan abeoji, apa dia sedang kedatangan tamu atau rapat?" tanya Ae-ri.

Sekertaris Jung menggeleng, "Jadwal tuan Park hari ini kosong. Dia sedirian di ruangannya, tidak ada tamu untuk hari ini"

Ae-ri tersenyum senang sembari mengucapkan terima kasih. Kakinya melangkah mendekati pintu berbahan dasar kayu jati kemudian membukanya. Ae-ri masuk diikuti nyanyian riang dari bibir tipisnya.

Sekretaris Jung hanya menggeleng melihat kelakuan Ae-ri yang kelewat santuy, sudah lama ia tidak melihat putri dari boss nya itu berkunjung.

---

"Abeoji!"

Selangkah kaki Ae-ri masuk kedalam ruangan minimalis itu, teriakannya pun menggelegar. Terlalu excited saat membuka pintu, Ae-ri menutup kedua telinganya ketika pintu tertutup dengan cepat menimbulkan efek suara mepekakkan kuping.

Mendapat tatapan maut dari si empunya gedung membuat Ae-ri meringis, mengeluarkan cengiran andalannya.

"Anda siapa?" si pemilik ruangan menatap jengkel dengan kehadiran Ae-ri.

"Abbeoji, kau sudah minum obat? Apa penyakitmu kambuh, aku ini putrimu," melas Ae-ri. Ia berjalan menuju sofa di pinggir kanan ruangan kemudian menghempaskan tubuhnya disana. Ae-ri memejamkan matanya sejenak menikmati sejuknya udara di ruangan itu.

Miris. Ae-ri dilupakan oleh keluarganya sendiri.

"Masa hukumannmu belum selesai," ujar Park Do-won, ayah kandung Ae-ri. Melirik sekilas respon putrinya, sudah ia duga gadis itu akan mengercutkan bibirnya. Ngambek.

"Aku tidak mau mengurus kafe peninggalan halmoni lagi. Aku ingin pulang ke rumah....." rengek Ae-ri. Maniknya berkedip selama lima kali berusaha membujuk Do-won.

"Tidak bisa, kau tidak boleh pulang ke rumah sebelum menghasilkan satu juta won," balas Do-won tegas. Ia tidak akan goyah hanya dengan aegyo abal-abal putrinya itu.

Destiny√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang