Sepanjang kakinya melangkah keluar dari kamar Taehyung, Ae-ri terus-terusan menghentakkan kakinya. Bibirnya mengercut bersamaan dengan nafas yang naik turun. Mungkin sebentar lagi lantai marmer apartment Taehyung akan retak dan pecah-pecah. Untuk pertama kalinya, ia kalah berdebat dengan seorang bocah ingusan. Ae-ri menggeleng keras. Ia butuh sesuatu untuk meredam emosinya.Makanan. Yap! Itu yang Ae-ri butuhkan sekarang. Apalagi sesuatu yang manis, mood Ae-ri pasti seketika naik.
Mata Ae-ri mendadak berbinar ketika retinanya tidak sengaja menangkap sesuatu di meja dapur. Seakan memiliki magnet sendiri di dalamnya, tubuh Ae-ri tertarik mendekat ke sana. Tangan Ae-ri segera menggapai benda beku dengan bungkusan pink itu.
Es krim.
Ae-ri mengoyak bungkusan luarnya kemudian menarik tangkai es-krim itu keluar. Es krim itu bergerak mendekati bibir Ae-ri, satu centi lagi akan mengenai ujung lidah Ae-ri. Tapi tiba-tiba sesosok bocah merampasnya dari belakang.
Ae-ri memutar tubuhnya 180 derajat. Dengan beralaskan kursi dapur sebagai tumpuan agar menyamai tinggi Ae-ri, seenak jidatnya bocah itu memasukkan es krim yang beberapa lalu waktu masih di genggaman Ae-ri. Kandas dalam kurun waktu satu menit. Kacamata tebal yang bertengger manis di hidungnya melancarkan aksi si bocah.
Ae-ri menyaksikan peristiwa itu dengan mata tidak berkedip. Secepat itu es-krimnya sudah tandas. Bahu Ae-ri menurun.
"Es-krim ku..." racau Ae-ri dengan suara kecilnya.
Taehyung yang melihat kejadian itu kembali diam. Dirinya tahu jika hanya tersisa satu es-krim di kulkas. Itu adalah stok es krim terakhirnya. Memilih untuk mengabaikan aksi dua bocah itu, Taehyung segera berlalu kembali ke kamarnya. Mengambil charger, laptop, dan segala keperluan untuk kerja kelompok mereka. Waktu sudah hampir larut, Taehyung tidak mau gadis itu kelaparan atau kecapekan karena seharian di luar.
"Cih," Ae-ri berdecih. Tatapannya tajam seperti pisau dapur.
Merasa diajak bicara si bocah melirik sekilas ke arah Ae-ri.
"Pelit," ejeknya membalas.
"Kau yang pelit, aku ini kan tamu. Masa kau tidak mau memberikan es-krim stroberimu itu,"
"Jadi siapa yang pelit disini," Ae-ri berdecak pinggang sambil menatap si bocah yang sibuk mencomot eskrimnya.
"Ini, mau?" ia menyodorkan stik kayu yang sudah bersih itu.
"Aku akan menyuruh abeojimu untuk membelikanku yang baru," pamer Ae-ri. Padahal belum tentu Taehyung meng-iyakan.
"Siapa? Maksudmu Taehyung hyung?"
Ae-ri bergeming tidak menjawabi si bocah. Taehyung sudah kembali dari kamarnya dengan charger dan beberapa buku tebal di dekapannya. Ae-ri mengekori Taehyung dan mendudukkan dirinya di karpet berbulu ruang tamu, di samping Taehyung pastinya.
"Es-krim...." rengek Ae-ri.
Taehyung mengulum senyum memilih untuk mengabaikan rengekan gadis itu, "Ayo mulai kerja kelompoknya,"
"Es-krim... " rengek Ae-ri sekali lagi.
"Dasar bocah," bulu kuduk Ae-ri meremang mendengar tuduhan itu. Bocah tadi sudah berpindah ke ruang tamu. Tangannya yang siap menggapai ps di laci untuk mulai bermain game lagi, terhenti. Sepertinya beradu argumen dengan Ae-ri yang ngakunya sebagai 'tamu' lebih seru ketimbang main game.
"Bukan urusanmu nobita," berusaha tidak perduli, Ae-ri kembali melanjutkan aksi aegyonya.
"Aku punya nama," hardik si bocah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny√
Fanfiction(COMPLETED) Park Ae-ri ditugaskan untuk mengurus kafe buku komik peninggalan neneknya. Dimana, pada suatu malam ia mendapat kunjungan seorang pelanggan misterius yang mengaku ingin berteduh karena derasnya hujan. Di luar dugaan sebuah hubungan simb...