Happy reding 💜
---
Sontak kepala Ae-ri menoleh ke arah pintu masuk, disana Se-ji berdiri dengan raut kemarahannya. Se-ji menatap nyalang ke arah mereka bertiga, dadanya naik turun menandakan emosi tersendiri ketika kalimatnya selesai. Ae-ri bisa melihatnya, tatapan yang awalnya mengarah ke mereka bertiga namun akhirnya berhenti begitu renanya bertubrukan dengan dirinya.
Sepertinya fakta yang baru saja ia dengar itu harus Ae-ri telan kembali. Nampaknya, Ae-ri tidak bisa menagih jawabannya sekarang.
"Eomma," panggil Taehyung kemudian menghampiri ibunya.
"Putramu hilang? Apa maksud perkataanmu tadi," ujar Taehyung tidak mengerti.
"Aku disi... " kalimatnya terhenti bersamaan dengan langkahnya yang hendak menghampiri ibunya itu untuk memeluk tubuh yang belakangan ini jarang ia lihat.
Benar, Taehyung salah menyimpulkan. Dirinya ini bukanlah satu-satunya putra Se-ji.
"Park Jimin?" Taehyung menghembuskan nafas sinisnya kemudian tersenyum kecut.
"Katakan dimana kau menyembunyikannya, apa kalian tidak merasa kasihan sedikitpun kepadanya?" ujar Se-ji menatap bergantian tiga manusia yang berada dalam ruangan itu.
"Pertama kau memaksanya untuk kuliah keluat negeri, dia menyetujuinya eoh! Dan sekarang kalian pindah persepsi, setelah ingin menyingkirknanya dari Seoul kalian juga ingin menyingkirkannya dari dunia ini? " pekik Se-ji tak terkontrol. Wajahnya berubah merah diikuti nafasnya yang memburu.
Di tempatnya berdiri, Ae-ri gelagapan sendiri. Entah dirinya ini harus bersikap bagaimana di saat-saat seperti ini. Disatu sisi ingin menenangkan Se-ji, tapi sepertinya Ae-ri tidak berhak. Ini adalah masalah keluarga Taehyung.
Yeon-Seok menatap malas, ia berjalan ke arah kursi kebesarannya kemudian mendudukkan dirinya gamblang seolah tidak ada beban.
Taehyung juga sudah tidak terlihat, ternyata pria itu sudah lebih dulu duduk kembali di sofa tadi. Melihat Ae-ri yang berdiri selayaknya patung, Taehyung menarik pergelangan tangan gadis itu membuat tubuhnya terhempas menabrak sandaran sofa, tepat di samping Taehyung.
"Tae... " ujar Ae-ri tersentak ketika Taehyung menariknya ke tempat duduk, sebelah pria itu.
"Sstt....duduk diam dan nikmati saja dramanya," Taehyung memberikan senyumnya kepada Ae-ri yang Ae-ri yakini itu adalah sebuah senyuman paksa.
"Aku tidak menyembunyikan bocah itu," ujar Yeon-seok mengetuk-ngetukkan bolpoinnya tepat di atas meja kaca kerjanya.
Bunyi yang dihasilkan menanamkan kesan tegang tersendiri dalam diri Ae-ri. Dilihatnya ke samping, Taehyung sudah memejamkan matanya kembali, seakan sudah biasa dengan hal seperti ini.
"Jangan berbohong," sergap Se-ji langsung, tanpa memperdulikan raut Yeon-seok yang tengah menahan amarahnya.
"Aku berkata jujur ataupun bohong kau tidak akan mempercayainya Se-ji. Aku. Tidak. Menyembunyikan. Putra. Kesayanganmu. Itu, " Yeon-seok menekankan setiap kata dalam kalimatnya, menandakan jika pria itu benar-benar berkata jujur.
"L-lalu dimana dia? " tanya Se-ji sedikit terbata, harapan terakhirnya untuk menemukan Jimin sirna.
"Taehyung eomma," seru Ae-ri ketika melihat buliran cairan bening itu hampir turun. Namun sebelum terlihat oleh orang di sekitarnya, Se-ji buru-buru menghapusnya dengan punggung tangannya. Sejauh ini hanya Ae-ri yang tahu, sepertinya.
"Bukankah kau eommanya? Kau seharusnya tahu dimana bocah itu sekarang," Yeon-seok meluruskan tatapannya, memandangi istrinya yang tengah kelimpungan mencerna perkatannya. Ia tahu, wanita itu sedang risau atau bahkan shock.
"A-aku tidak tahu dimana dia," Se-ji memelankan nadanya dengan isakan di akhir. Ia berjalan tergesa-gesa menghampiri meja Yeon-seok.
"Bisakah kau mencarinya? Aku khawatir terjadi sesuatu dengannya. Jimin pasti sedang kebingungan sekarang, aku rasa dia benar-benar tidak mau kuliah keluar negeri. Jangan memaksanya lagi eoh? Aku takut dia melakukan sesuatu yang buruk, a-aku... " Se-ji tidak melanjutkan perkatannya lagi. Cairan bening itu semakin deras mengalir keluar tanpa seijinnya.
Se-ji bahkan tidak peduli lagi akan reaksi Taehyung dan Ae-ri yang menatapnya sedang menangis ini. Yang ia khawatirkan sekarang adalah Park Jimin.
"Tadi kau memarahiku sekarang kau meminta pertolonganku? " sinis Yeon-seok menghiraukan tatapan memohon istrinya itu.
Kehidupan rumah tangga mereka terbilang damai dan tentram juga tidak. Selalu ada saja badai atau angin kecil yang menerpa. Biasanya jika terjadi seperti itu, sepasang sumi istri itu akan menurunkan ego maing-masing untuk menuntaskan pokok permasalahannya.
Tapi berbeda dengan hari ini, selalu jika berkaitan dengan Jimin, Se-ji seakan lepas kendali. Ia terlihat begitu menyayangi putranya dan terkadang membuat Yeon-seok muak melihatnya.
Apa cinta pertama memang selalu susah untuk dilupakan?
Ae-ri yang hendak menghampiri wanita yang berdiri rapuh itu terjegat langkahnya kala Taehyung kembali menarik dirinya, terhempas kembali ke samping laki-laki itu.
"Jangan ikut campur, " desis Taehyung membuang wajahnya ke arah samping, malas meonton perdebatan kedua orang tuanya, hanya untuk Jimin. Dan selalu nama pria itu. Dia sudah dewasa, kenapa menyelesaikan masalah dengan cara kabur? Ck! Ibunya itu terlalu memanjakannya.
"Tapi ibumu.... " Ae-ri menghentikan kalimatnya ketika suara Yeon-seok di depannya terdengar.
"Siapkan mobil," ujar Yeon-seok penuh ketegasan sebelum menyelesaikan panggilan dengan sekertaris pribadinya.
Pria itu berdiri dari kursi kerjanya kemudian memasang satu kancing kemejanya. Ia berjalan ke arah sofa, dimana Taehyung dan Ae-ri duduk.
"Lain kali aku akan mengajakmu makan malam sebagai permohonan maaf. Masalah ini diluar ekspetasiku,"ujar Yeon-seok membungkuk tipis sebagai permohonan maafnya.
Ae-ri ikut berdiri dari duduknya,
"Tidak apa-apa abeoji, aku memantikannya setelah masalahmu selesai," ujar Ae-ri memaksakan untuk tersenyum. Wajahnya terlalu kaku sekarang, ketegangan tadi belum usai menghantuinya."Kau tidak mau ikut?" Yeon-seok berbalik menatap Se-ji yang masih setia mematung. Wanita itu terkesiap, menghapus jejak air matanya kemudian berlari kecil menghampiri Yeon-seok.
Ae-ri menatap pasangan suami istri itu hingga hilang di balik pintu.
----
"Tae..." panggilan Ae-ri terhanti kala Taehyung tiba-tiba bangkit dari sofanya kemudian berjalan menuju pintu.
"Kau mau pergi kemana? " tamya Ae-ri yang melihat tangan pria itu hendak mendorong pintu.
"Kau tidak ingin mencari Jimin? " tanya Taehyung membuat Ae-ri tercengang.
Taehyung yang terkenal dingin dan tidak mau tahu tentang saudara tirinya itu tiba-tiba ingin mencarinya? Suatu keajaiban yang melegakan.
"Kenapa kau masih duduk diam disana? Minta kugendong sampai ke mobil? " dengus Taehyung melihat kelemotan Ae-ri hari ini.
Ae-ri mengembangkan senyumnya kemudian segera bangkit dari sofa dan menghampiri pria itu, menerima genggaman tangannya.
---
Sincerely,
-A.w5 Maret 2020
-Thanks for reading-
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny√
Fanfiction(COMPLETED) Park Ae-ri ditugaskan untuk mengurus kafe buku komik peninggalan neneknya. Dimana, pada suatu malam ia mendapat kunjungan seorang pelanggan misterius yang mengaku ingin berteduh karena derasnya hujan. Di luar dugaan sebuah hubungan simb...