Happy reading 💜
---
Malam dimana Ae-ri berjanji untuk membayari Jimin terkait makan malam mereka telah tiba.
Satu jam sebelumnya, Ae-ri sempat mengirim pesan ke Jimin. Berisikan obrolan santai semata kemudian berlanjut ke janji mereka. Dan akhirnya Ae-ri memutuskan untuk menuntaskan janjinya malam ini juga.
Ae-ri bahkan harus mengumpulkan sebuncah tekadnya. Ia takut Jimin keburu pergi kuliah keluar negeri sebelum dirinya sempat menuntaskan janji itu. Lagian rumor yang ia dengar begitu dan tidak tahu kapan pria itu akan berangkat juga.
Terbelit janji rasanya tidak mengenakkan.
Jimin
Ho-dong cafe 06.00 pm
Ae-ri membaca kembali ruang pesannya dengan Jimin. Pria itu mengajaknya bertemu di cafe dekat perumahan mereka. Setidaknya lebih efisien dan tidak memerlukan waktu yang lama untuk sampai kesana.
Dan sekarang sudah jam setengah lima. Ae-ri memutuskan untuk segera bersiap-siap. Beranjak dari kasur menuju lemari pakaiannya. Pakaian yang casual, namun santai dan nyaman ketika memakainya.
Selesai berganti baju, Ae-ri duduk menghadap kaca besar di depan meja riasnya. Berbagai alat make-up serta beberapa botol vitamin tertata rapi di sana. Selagi memoleskan bedak, Ae-ri menatap kosong ke depan seakan tidak fokus dengan kegiatan yang ia lakukan. Pikirannya menerawang jauh memikirkan sebuah nama.
Tidak tahu apa yang dilakukan pria itu sekarang.
Seutas rasa yang susah untuk diungkapkan. Keresahan hati yang tiada hentinya. Kini hatinya terasa hampa dan kosong. Jelas Ae-ri sangat merindukannya.
Kim Taehyung, pria yang beberapa minggu ini selalu menemani kesehariannya.
---
Berbeda dari hari-hari biasanya, malam ini dihabiskan dengan berdiam seorang diri di dalam kamar. Hawa dingin dari sekitar dan suara detak jantung jam dinding menemaninya layaknya melodi pada kotak musik.
Berkas-berkas bertumpukkan di lantai, beberapa folder dengan berbagai warna dan ukuran menggenangi bagian sisi kasur.
Terdengar helaan nafas cukup panjang dari seorang pria yang tengah menyibukkan dirinya di atas kasur. Dengan kacamata bulat bertengger di hidung mancungnya dan laptop di atas pangkuannya, ketampanan Taehyung naik berkali-kali lipat. Jarinya sibuk mengetik di atas keyboard laptop seraya tangan yang satunya lagi ia gunakan untuk membalikkan halaman kertas.
Sudah tiga hari berlalu sejak insiden itu. Taehyung dan Ae-ri masih saling menghindar, ruang pesan yang biasanya penuh dengan obrolan tidak berfaedah ataupun stiker emoticon-emoticon love berubah menjadi lembaran hvs. Kosong dan bersih.
Samar-samar perselisihan mereka masih ada. Walaupun seiring waktu sudah mulai pudar namun keadaan tidak seperti dulu lagi. Keduanya masih terlihat canggung ketika bertemu.
Akibat yang di dapat, tugas kampus Taehyung bertumpuk menunggu untuk di kerjakan. Akibat selalu di tunda dan mood-nya yang hancur belakangan ini, Taehyung lebih banyak berdiam diri di apartemen. Mencoba mencari kesibukan baru agar tidak selalu memikirkan masalah yang sedang melandanya ini.
Dampak Ae-ri terhadap dirinya sangat besar.
Tiba-tiba, Taehyung menutup laptopnya secara kasar.
Tidak boleh seperti ini, pikirannya tiba-tiba bersuara seolah tengah mengeluarkan persepsi.
Pria itu segera bangkit dari kasur kemudian menyambar kunci mobil yang ada di meja dan memakai sweater hoodienya. Langkah kakinya tergesa-gesa menuntun pria itu keluar kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny√
Fanfiction(COMPLETED) Park Ae-ri ditugaskan untuk mengurus kafe buku komik peninggalan neneknya. Dimana, pada suatu malam ia mendapat kunjungan seorang pelanggan misterius yang mengaku ingin berteduh karena derasnya hujan. Di luar dugaan sebuah hubungan simb...