/53.00/

139 55 198
                                    

Happy reading 💜

---

Ae-ri membulatkan matanya, nafasnya tercekat bersamaan dengan berakhirnya pertanyaan Se-ji. Bagaimana bisa? Ae-ri berusaha tenang, menarik nafas panjang  berusaha memberi jawaban yang mungkin dapat di toletansi untuk keduanya.

"Kalau boleh tahu apa ajumma tidak menyetujui hubungan kami? Jika karena masalah uang kemarin, aku minta maaf. Aku tidak berniat menerima uang itu jika tidak terpaksa dan maaf jika perkataanku pernah menyinggung perasaanmu," dengan nada sopan Ae-ri berujar cukup panjang. Diliriknya ke arah parkiran, Ae-ri rasa Taehyung pasti memperhatikan obrolan mereka dengan saksama dari balik kaca mobil. Berusaha tersenyum, agar Taehyung tidak mengetahui betapa kecamnya suasana kali ini.

"Ani, masalah itu aku sudah melupakannya," Se-ji menggeleng pelan.

"Lalu? "

"Kau tahu selama ini hubungan Jimin dan Taehyung tidak baik? Dan sekarang bertambah kacau sejak datangnya kau. Aku tahu Jimin menyukaimu. Aku rasa dengan kau putus dari Taehyung kemudian pergi jauh dari Seoul..." jeda sebentar sebab Se-ji melihat wajah keterkejutan Ae-ri akan ucapannya.

"Maksudku untuk menenangkan diri, memulai lembaran baru tanpa mereka berdua. Aku yakin kau bisa melakukannya. Keluargaku selama ini selalu diambang jurang, selama kau tidak ada mereka pasti bisa akur kembali, " lanjut Se-ji, nada bicaranya terdengar sangat yakin akan opini sepihaknya.

Ae-ri terkekeh kecil, menimbulkan suara tawa yang kurang nyaman bagi telinga Se-ji, seolah meremehkannya?

"Ajumma, keluargamu hancur itu bukan karena diriku, tapi karena dirimu. Seharusnya kau yang menenangkan diri dan pikirkan kembali sikapmu selama ini," ujar Ae-ri mengangkat alisnya kemudian tertawa. 

"Jaga ucapanmu," desis Se-ji setengah berteriak, sedikit mengundang perhatian pengunjung kafe lainnya.

Ae-ri menghentikan tawanya, berharap Se-ji dapat mengerti betapa serius dirinya saat ini. Andai wanita itu tidak selalu bertindak sesuka hati sesuai ucapannya dan masih memperhatikan akibat dari ucapannya, Ae-ri pasti akan snagat menghormati itu. Bukan seperti sekarang.

"Kau yakin ingin aku memutuskan Taehyung? Akan kulakukan, tapi bagaimana jika Taehyung bertanya kepadaku alasannya?" Ae-ri mengangkat kedua bahunya.

"Aku hanya tinggal bilang ibumu yang nenyuruhku untuk memutuskanmu kemudian pergi jauh dari Seoul," lanjut Ae-ri menunjuk ke diri Se-ji.

Se-ji menggeram rendah, berusaha mempertahankan wajah terpandangnya.

"Dari yang kulihat Yeon-seok abeoji sangat menyayangi istrinya. Andai saja istrinya tidak terlalu terhantui oleh masa lalunya, first love?" jeda sejenak berharap Se-ji dapat memproses ucapannya dengan cermat.

"Andai istrinya tidak terlalu membela anak pertamanya dan memberi perhatian yang rata kepada kedua anaknya, keluarga mereka pasti akan menjadi harmonis," jelas Ae-ri menatap Se-ji yang menundukkan kepalanya.

Wajahnya seakan menyesal kaanperbuatan lalunya? Jika Se-ji sadar karena pidato panjang Ae-ri tadi, ia akan belajar menjadi seorang penceramah. Kali saja bakatnya disana, bukan menulis.

"Maaf jika saya lancang sebelumnya. Kurasa aku tidak berhak mengatakan ini semua, " Ae-ri tahu perkatannya tadi banyak yang tidak sopan dan terkesan sok tahu, bahkan beberapa kali ia keceplosan menggunakan kata informal.

"Jeongseohamnisda," ujar Ae-ri meminta maaf sekali lagi kemudian bengkit dari kursinya dan
membungkuk.

Namun belum satu langkah ia beranjak dari tempatnya, Ae-ri merasakan sebuah tangan nenggenggamnya erat. Membuatnya mau tak mau kembali berbalik, menatap si pelaku.

Destiny√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang