/21.00/

289 213 40
                                    


"Ani, mungkin dia ingin menjemput Se-mi" Ae-ri mengalihkan fokusnya ke Jimin, rahang laki-laki itu tampak mengeras.

Apa laki-laki itu sedang menahan emosi? Mungkin, Ae-ri hanya menebaknya.

Taehyung berjalan semakin dekat ke arah mereka. Tepat di depan Ae-ri, Taehyung langsung merangkul bahu gadis itu seenak-jidat.

"Kita jadi berkencan kan?"

Kalimat yang keluar dari bibir Taehyung membuat Ae-ri tersedak. Ia menatap horor ke arah Taehyung.

"Jangan bermimpi," dengus Ae-ri.

Tidak menampik jika jantung Ae-ri sedang melompat-lompat di dalam sana. Reflek, apa ia harus berkonsultasi ke dokter?

"Loh bukannya kita akan kerja kelompok?" tanya Taehyung sok polos.

"Kerja kelompok dan kencan itu dua hal yang berbeda!" frustasi Ae-ri.

"Aku anggap itu adalah hal yang sama,"

Taehyung mengangkat bahunya acuh, ia melepaskan rangkulannya dan menatap Jimin kemudian beralih menatap Hae-won.

"Aku booking Ae-ri khusus untuk hari ini dan kalian berdua tidak boleh ada yang mengganggunya," jelas Taehyung, menunjuk ke arah Jimin kemudian Hae-won.

Hae-won hanya diam mengamati drama di depannya ini. Ia sudah jengah, ingin keluar dari lingkungan memabukkan ini. Ia sudah seperti pemain figuran disana.

"Kau pikir kau siapa, tidak ada booking-bookingan," balas Ae-ri.

Taehyung mengabaikan ocehan Ae-ri, ia sibuk menikmati ekspresi kesal seorang Park Jimin. Taehyung tersenyum meremehkan.

"Kau ingin mendapat nilai E?" tanya Taehyung.

Santai, nada bicaranya tidak mendekat ke arah sebuah ancaman.

"Ok-ok, kau tunggu di mobil nanti aku akan menyusul," tukas Ae-ri final kemudian mendorong Taehyung menjauh dari kedua temannya.

Ae-ri bernafas lega ketika Taehyung sudah berjalan menjauh dan menghampiri mobilnya yang terparkir di parkiran depan kampus. Laki-laki itu masuk dan menunggu di dalam mobil.

"Mian, aku harus memgerjakan hukumanku tadi," sesal Ae-ri. Padahal  Hae-won ingin mengunjungi kafe hari ini. Ae-ri merasa tidak enak hati, andai saja Seokjin tidak memberikan deadline terlalu cepat. Ae-ri pasti akan membatalkan kerja kelompoknya dengan Taehyung hari ini.

Hae-won mengangguk mengerti, "Gwenchana, aku bisa berkunjung lain waktu"

"Ngomong-ngomong hukuman dari dosen itu apa?" tanya Hae-won.

"Membuat makalah," jawab Ae-ri.

"Telefon aku saja jika dia bermacam-macam. Wajah polosnya tidak bisa di percaya," Jimin melirik sekilas Taehyung yang berada di mobilnya sibuk melambai-lambai ke arah mereka bertiga. Dasar bocah.

Ae-ri terkekeh, Ae-ri tidak menyangka ternyata Jimin orangnya gampang kesal dan terpancing emosi juga.

"Tapi menurutku, dia tidak seburuk yang kau pikirkan," entah apa yang mendorong Ae-ri untuk mengatakan itu.

Destiny√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang