/55.00/

114 46 140
                                    

Happy reading 💜

---

"Ya! " dengan sekali tarikan nafas, Ae-ri mengeluarkan pekikan nyaringnya. Seakan belum cukup puas, tangan Ae-ri melayang cepat bersamaan dengan sebuah benda petak terbang jauh menuju sebuah kepala di depannya.

Hot pack yang awal gunanya menghangatkan tangan Ae-ri, sukses menampar bagian belakang kepalanya. Pria yang sedari tadi sibuk dengan ayunannya mengeluarkan ringisan kecil dan menoleh cepat ke belakang. Bibir kecilnya maju, merenggut kesal kemudian berdesis melampiaskan kekesalannya.

"Park Jimin! Kau mau kabur kemana hah? " melihat Jimin yang hendak berdiri dari ayunannya untuk meninggalkan area mereka pijak, dengan sigap Ae-ri mempercepat langkahnya, menarik tudung hoodie Jimin. Nafas Jimin tercekat hingga tubuhnya mundur beberapa langkah mendatangi Ae-ri.

"Ingin kabur dari masalahmu? Ingin menjadi pengecut? " sergap Ae-ri setengah berteriak. Menarik pelan daun telinga Jimin, membuatnya meringis kesakitan memohon ampun. Ae-ri benar-benar tahu letak kelemahannya.

"Akh! jebal, jangan menjewerku. Aku tidak akan kabur, a-aku hanya ingin berdiri tadi," ujar Jimin teratih-atih sambil menepuk beberapa kali punggung tangan Ae-ri. Berharap gadis itu segera menghentikan aksi jewernya.

Setelah puas memberi bocah itu pelajaran Ae-ri melepaskan pelintiran-nya, tapi tidak dengan tudung hoodie-nya, berjaga-jaga jika Jimin ingin kabur lagi.

"Jelaskan kepadaku, kenapa kau kabur kesini? " todong Ae-ri dengan nada penuh penekanan, menandakan betapa kesal dan emosinya bercampur sekarang.

Bak anak itik yang dimarahi oleh induknya, Jimin terduduk diam di atas ayunan, terlihat pergerakan kecil dari benda bertali itu dikarenakan kaki Jimin yang sibuk menggoes-goes tanah basah.

"Kabur dari masalah heh? " dari arah belakang terlihat Taehyung berjalan mendekat ke arah mereka kemudian ikut andil dalam pembicaraan. Menatap Jimin dengan tatapan tidak tertariknya.

"Jim... "

Jimin memotong kalimat Ae-ri cepat,  "Aku mau bicara, tapi tidak dengan adanya dia disini, " ujarnya secepat kilat kemudian mengangkat jari telunjuknya ke arah Taehyung.

Taehyung melebarkan matanya, "Kau mengusirku? " tanyanya menunjuk dirinya sendiri kemudian menggeleng tak menyangka.

"Hei, apa otakmu sudah tidak berfungsi dengan baik? Aku berbaik hati mencarimu sampai ke pelosok hutan ini dan setelah ketemu kau mengusirku? " ulang Taehyung menaikkan nada bicaranya.

Ae-ri memejamkan matanya rapat, otaknya serasa dicubit mendengar argumen dua pria tampan di depannya itu. Ia menghela nafas panjang sambil memijat pelipisnya.

"Lebih baik aku tidak mengizinkan Ae-ri untuk mencarimu, dasar manusia tidak tahu di untung. Kau tahu..." Taehyung meneruskan cecarannya tanpa memerdulikan sekitar. 

Sedangkan Jimin menatap tak minat, ia malah lebih sibuk dengan hasil karyanya di bawah sana. Dua buah awan dan rumah sederhana tercetak jelas berkat gerakan sepatunya.

"Tae," interupsi Ae-ri pelan, menahan dada bidang pria itu yang semakin lama semakin mengarah ke Jimin guna memulai sebuah perkelahian di antara mereka berdua.

Ae-ri meraih pergelangan Taehyung kemudian menariknya mundur, "Lima menit, biarkan kita bicara selama limat menit, ku-mohon? " pinta Ae-ri dengan nada kecilnya, berharap Taehyung dapat meredamkan emosinya sejenak dan memberi ijin. Ae-ri ingin semua masalahnya beres termasuk perihal hubungannya dengan Taehyung, Jimin dan keluarga Taehyung untuk kedepannya.

"Ku mohon, kali ini saja, " pinta Ae-ri selembut mungkin. Taehyung masih enggan membalas tatapannya.

Taehyung menarik nafas pendek, hidungnya mengembang kemudian mengempis berusaha mengakhiri cecaran-nya. Masih menatap nyalang  Jimin tanpa memerdulikan suara kecil Ae-ri yang berusaha melerai.

Destiny√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang