Bab 15

100 9 0
                                    

Jae-yong berjalan menuju meja perpustakaan sembari membawa buku tentang membuka bisnis usaha online. Ia memposisikan bokongnya pada kursi lalu mulai membuka halaman pertama. Dompet keringnya membawanya dia ke hadapan buku itu. Setelah pemecatannya dari kursi pelayanan restaurant, sampai sekarang ia belum juga mendapat pekerjaan lagi. Ia sempat berfikir untuk mencari wanita yang sudi membayarnya sebagai pacar palsu seperti yang dialami Jowan. Ahh itu mustahil! Apa yang dialami Jowan bahkan terkesan absurd. Tidak ada laki-laki yang seberuntung dia. Memangnya ada lagi wanita macam Emma yang mencari-cari pria lugu untuk dijadikan pacar palsunya? Hanya Emma!

Hidung Jae-yong mengendus-endus, bau parfum familiar menusuk indra penciumannya. Ia menoleh ke luar kaca perpustakaan. Seorang wanita berambut pirang sebahu dan berponi dengan kulitnya yang seputih salju tengan berjalan ke perpustakaan -Eliza-. Dia datang dengan gaya rambutnya yang baru, terlihat fresh dan menawan. Tapi di mata Jae-yong dia tetaplah Si Agresif Gila.

Segera Jae-yong meringkuk ke bawah meja sebelum pandangan Eliza menyambar ke arahnya. Ia seperti seseorang yang bersembunyi dari mara bahaya, atau seorang buronan yang tengah dikejar agen gila agresif.

Kaki kanan Eliza yang terbalut celana jeans melangkah masuk ke dalam perpustakaan. Pandangannya mencari-cari, menengok ke kanan kiri, semua disambarnya dengan tatapan berbinar, membuat jantung Jae-yong derdentuman cepat. Ah sial!

Eliza lantas mendekati penjaga perpustakaan dengan langkah menggoda dan hembusan napas yang tak biasa. Orang ini gila. "Bapak tau orang Korea duduk di perpustakaan ini?" tanyanya pada penjaga perpustakaan itu.

"Ya," kata penjaga itu. "Dia di---," ia menengok ke arah meja dan sedikit terkejut ketika Jae-yong sudah tak ada di situ. "Tadi dia ada di situ." Jari telunjuknya mengarah pada meja  putih itu.

Eliza menoleh ke arah meja, tak ada apapun di meja itu kecuali buku bisnis online yang terbengkalai di atasnya. Aneh. Kenapa ada buku di situ tanpa ada pembacanya? Ia mengernyitkan dahi, otaknya berputar ketika pandangannya beralih pada kolom meja yang memperlihatkan sebuah jempol kaki berkuku tampan.

Eliza mangguk-mangguk, lalu menghampiri meja itu. Lebih tepatnya menghampiri penampakan jempol kaki berkuku tampan.

Jae-yong bermandi keringat mencoba untuk mencari jalan keluar agar bisa terhindar dari wanita gila itu. Kakinya beringsut-ingsut ke arah pojok kolom meja. Ia bahkan tak pernah menemukan dirinya sepanik ini. Ini lebih buruk dari dompet kerempengnya yang sudah beberapa minggu hampa tak berpenghuni. Sial! Langkah Eliza semakin dekat.

"HAI SAYANG!"

JEDOG! Kepala Jae-yong terbentur meja ketika hendak melompat dari dasar bumi. Astaga naga! Wajah Eliza sekonyong-konyong muncul dari balik kursi sembari tersenyum ramah yang terkesan seperti psycho di mata Jae-yong. Dia sungguh mengagetkan. Ahh kenapa aku harus dihadapkan dengan wanita macam ini?

"Kau sedang apa?" Eliza menggeser kursinya, merangkak masuk ke kolom meja dan bersanding di samping Jae-yong.

"Mencari tikus," jawab Jae-yong dengan ekspresi kesal.

"Untuk apa?"

"Untuk dimakan." Jae-yong berharap Eliza akan hilang rasa setelah perkataannya itu. Dia pikir, manusia mana yang mau makan tikus? Hanya Jae-yong!

"Ah." Eliza menganga kebingungan. Lalu bicara lagi, "kau lapar?"

"Sedikit."

"Ayo!" Eliza menarik paksa lengan Jae-yong keluar dari kolom meja. Mereka berdiri berhadapan setelahnya.

"Ayo makan di kantin, aku akan mentraktirmu." Eliza menepuk-nepuk jaket jeans Jae-yong yang agak berdebu, membuat Jae-yong bersemu-semu dan salah tingkah.

Pays to Be a LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang