Bab 53

44 5 3
                                    

Dalam satu kesempatan, Nick diajak oleh Victor dan Margot untuk menemani mereka memilah-milih busana pernikahan yang akan mereka kenakan nanti, sementara acara perayaan itu akan diadakan seminggu setelah Nick wisuda. Kebetulan juga, di butik itu menyediakan berbagai wig rambut ala-ala oppa Korea untuk dijadikan tambahan koleksinya.

Untuk sesuatu yang aneh, dalam waktu singkat Nick benar-benar beralih obsesi, dia tak lagi menyukai Emma tapi kini justru terpincut pada pesona Eliza gara-gara omongan cenayang itu. Seperti diguna-guna, kini ia pun berusaha bergaya menyerupai idol-idol kpop -idola Korea yang Eliza gemari-. Itu juga tak lepas dari seran Victor yang terdengar bodoh tapi tidak untuk Nick. Kata-kata Victor seperti menghipnotis keputusan Nick, dulu dia mencukur habis rambutnya karena saran Victor, dan kini menggunkan wig poni pun karena saran Victor, dan ide membeli pedang Star Wars itupun ide konyol Victor. Jika dilihat-lihat lagi, makin hari Nick terlihat makin aneh, namun Victor yang sama anehnya tidak merasakan itu.

"Aku sudah menyampaikan undangan pernikahanku ke Eliza," kata Victor. Ia duduk di salah satu bangku butik bersama Nick, membicarakan kelanjutan rencana memikat hati Eliza. Sementara Margot masih sibuk memilih-milih gaun pengantin yang akan dikenakan nanti. "Karena dia calon jodohmu, kukira nanti di acara pernikahanku, kau harus melalukan sesuatu yang beda untuknya," lanjut Victor.

"Apa maksudmu?" Nick menyeringai, penasaran apa rencana Victor selanjutnya untuk membantu memikat hati Eliza.

"Kukira ini ideku yang sangat jenius," ujar Victor.

"Katakan cepat!"

Victor mendeham, ekspresinya dibuat dramatis seperti begal yang tengah menetralisir keadaan.

"Kau kebanyakan gaya!"

"Baiklah," kata Victor. "Kupikir kpop sangat terkenal dengan koreografi menarinya. Bagaimana kalau kau menampilkan tarian kpop di panggung pernikahanku nanti. Aku yakin, Eliza akan berteriak histeris."

Nick mangguk-mangguk mendengarnya. Senyumnya merekah, memindai ke arah Victor. "Bagaimana jika dia histeris karena dia tak kuat melihat tingkahku?"

Victor memukul pelan pundak Nick, sambil mengernyitkan dahi. "Jangan berpikiran negatif dulu!"

"Tapi aku tidak bisa menari," keluh Nick.

"Tidak ada yang tak mungkin jika kau mau melakukannya." Victor merangkul pundak Nick dan mendekatkan wajahnya ke arah wajahnya, kemudian berbisik. Hembusan napasnya pun terdengar jelas, bau mulutnya merebak sampai ke indra penciuman Nick. "Sekarang kau mau melakukannya atau tidak?"

Nick mengguk-mangguk sambil menyumbat hidungnya. "Tapi kau harus membantuku," ujarnya.

"Tentu saja kawan. Kalau bisa, aku akan jadi penari latarmu."

"Oke. Aku akan melakukannya.."

Sehari setalah itu, di ruang tengah rumah Nick, mereka benar-benar menonton banyak sekali video-video  dance practice lagu kpop, mulai dari yang paling hits, EXO - Growl sampai dengan SHINee - Ring Ding Dong.

Nick beberapa kali menggaruk-garuk rambutnya dan berekspresi tak percaya. Semua yang ia lihat begitu mudah, namun sangat sulit untuk diragakan. Seumur hidupnya, ia benar-benar tak pernah menari kecuali melakukan senam pramuka dengan gerakan yang sangat kaku.

"Ini seperti mustahil untuk kulakukan," keluh Nick.

Victor mendelik ke arah Nick. Matanya seperti bersinar, menerangi seluruh  wajahnya yang hitam pekat. "Kalau kau mau melakukannya, tidak ada yang mustahil."

"Aku bahkan tidak pernah menari."

Victor mendeham dan memejamkan matanya. Lalu mendelik lagi. "Baik, kita cari yang termudah."

Victor sibuk mengulik-ulik laptop itu, mencari referensi dance kpop termudah yang bisa dicover oleh pemula macam Nick. Dalam hitungan detik, ia paiwai bermian jari-jemarinya, mengetik-ngetik keyboard laptopnya. Tiga menit kemudian, pencarian itu terhenti pada pilihan lagu Girl Generation - Gee dan Wondergirls - Nobody.

"Ini tidak lucu. Semuanya tarian perempuan," protes Nick ketika Victor memperlihatkan dua vidio itu kepada temannya itu.

"Ini sudah yang termudah dari yang paling mudah," kata Victor. "Pada intinya adalah tarian kpop."

"Bukannya akan memalukan jika aku menari tarian seperti ini?"

"Tidak," bantah Victor dengan tampangnya yang sangat serius. "Sesuatu akan terlihat keren jika seseorang melakukan hal yang berbeda."

Nick  mengengkat alisnya hingga menyentuh garis poninya. Ia menggeleng-geleng tak paham jika mengonfrontasikan dengan tarian kpop ini.

Lalu Victor menjelaskan lagi.  "Bukankah belum ada pria Eropa yang melakukan tarian lagu Girlband Korea."

Nick yang tidak tahu-menahu hanya mengedikan bahunya. "Entahlah."

"Kuyakin tak ada!" Victor segera bangkit dari duduknya dan menempatkan laptopnya di depan ruangan itu. Ia berdiri di tengah ruangan itu, hendak memperagakan koreografi lagu Girl Generation - Gee. Sebelum akhirnya ia kembali memindai ke arah Nick. "Ini akan menakjubkan di hadapan Eliza."

***

Dalam satu kejadian, Tn. Erick memergoki Jae-yong di tempat kerjanya saat dia tengah belanja di mini market. Mulanya, Jae-yong yang bertugas sebagai kasir tengah melayani proses pembayaran para customer. Pria Korea itu berusaha keras menutupi wajahnya dengan topi putih yang ia kenakan, namun tidak keburu mengambil dan mengenkan masker kerena para customer termasuk Tn. Erick mengantri untuk melakukan pembayaran.

Pada gilirannya Tn. Erick, Jae-yong lebih sering menunduk dan menutupi wajahnya dengan topi alih-alih tersenyum ramah seperti pelayan mini market lainnya ketika tengah melayani pelanggan. Sambil terus menghitung jumlah belanjaan Tn. Erick, dirinya tak bisa berhenti gemetar di hadapannya, takut akan ketahuan identitas aslinya.

Namun tanpa diduga, Tn. Erick membuka suara. Wajahnya datar, tapi terlihat gahar dalam sadut yang berbeda. "Kau tak perlu berpura-pura, saya sudah tahu dari awal kalau kau membehongi saya." Ia dengan tidak sopan membuka topi Jae-yong, membuat pria Korea itu kikuk. "Sedikitnya, saya bisa melihat orang yang tengah berbohong dari mimik wajah dan gestur badan. Saya pernah belajar tentang psikologi."

Jae-yong hanya menyumbat mulutnya, ia diam tanpa tahu akan berkata dan berbuat apa. Salah satu yang ia lakukan hanyalah menyerahkan bukti transfer dan uang kembalian kepada Tn. Erick dengan uluran tangan yang gemetar, tentu saja.

"Awalnya saya tidak ingin memusingakan dugaanku. Tapi saya tahu sekarang, anak miliarder jarang sekali ada yang bekerja di mini market."

Jowan masih diam, matanya terlihat semakin sayu. Sesekali mangguk-mangguk tersenyum agar terlihat normal sebagai seorang pelayan mini market, sekaligus membuang sedikitnya perasangka buruk dari customer lain yang tengah berbelanja atau mengantri untuk melakukan pembayaran.

"Lebih baik jauhi anak saya. Karena jika kau malakukannya lebih lama, itu hanya menjadi derita untukmu. Silisilah keluarga kami memiliki standar tinggi dalam melilih anggota baru di keluarga kami."

Jae-yong menelan ludahnya. Wajahnya merah padam, merasa terhina dan menahan geram mendengar perkataan yang secara tak lengsung merendahkan martabat Jae-yong. Namun di hadapan customer lainnya, ia menghela napas pelan dan berusaha untuk tersenyum lagi. "Silahkan ambil belanjaannya tuan, semua orang sedang mengantri untuk melakukan pembayaran bukan untuk mendangarkan celotehan Anda."

Tn. Erick mengambil belanjaannya sambil memindai ke arah Jae-yong dengan tatapan sinis. Pria itu berlalu melewati pintu mini market dan berhasil membuat Jae-yong bernapas lega.

Pays to Be a LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang