Di depan televisi, Nick duduk di sofa menyaksikan pertunjukan gulat WWE sambil menyeka air matanya. Ia sudah menghabiskan 3 bungkus Hula Hoops untuk meredam rasa sedihnya. Meski tatapannya tertaut pada dua pria telanjang yang saling banting-membanting dan hanya menyisakan sempak hitam serta sepatu di badannya, tapi otaknya terus sibuk mengingat ucapan Jowan, "Carilah wanita lain, Emma sudah jadi milikku," begitu kata-kata yang ripuh dipikirkan Nick.
Maka dari itu, ia mengundang Victor ke rumahnya untuk mencarikan referensi wanita yang sepadan dengan Emma. Bukan kerena Victor ahli dalam bidang ini, tapi ini Nick lakukan karena ia sudah kelabakan ingin meminta bantuan ke siapa lagi selain Victor.
"Bagi cemilanmu," pinta Victor ketika tiba di hadapan Jowan. Ia datang dengan mengenakan kaos hijau berkerah, celana jeans, dan tas selempang kecil berwarna cokelat yang tercantol di pundaknya. Tanpa disodorkan Nick, ia langsung merampas bingkisan jajan di meja itu. "Kau menangis melihat pertunjukan gulat?"
"Victor," ucap Nick menoleh dengan tatapan ke arah Victor yang sedang membuka bingkisan jajan itu dengan giginya. Lalu sekonyong-konyong mematikan siaran televisinya melalui remot yang ia genggam. "Carikan aku wanita yang secantik Emma."
Victor melotot ke arah Nick, sementara tangannya kanannya mengambil cemilan dari dalam bingkisan itu. "Aku tau," ujarnya.
"Tau apa?"
"Bukannya sahabatnya Emma cantiknya sepadan dengannya?" tanya Victor sambil cengengesan dan mengunyah cemilannya.
"Eliza maksudmu?"
"Ya. Eliza," kata Victor antusias. "Sepertinya dia masih jomblo, kenapa tidak kau dekati saja?"
"Aku tidak suka dengannya."
Victor membuang napasnya, kemudian memasukan lagi cemilan yang tengah ia nikmati ke dalam mulutnya. "Taukah kau kenapa aku menemukan Margot?"
"Kenapa palah membicarakan Margot?"
"Biarkan kubeberkan sedikit rahasianya." Victor membungkuk ke arah Nick agar suaranya terdengar jelas. Bingkisan jajan itu bahkan disingkirkan ke meja dan ia berhenti mengunyah. Rasa-rasanya ia seperti ingin membeberkan sebuah rahasia besar dalam hidupnya sampai berperangai seserius itu.
"Apa?" tanya Nick sambil terus menyaka air matanya.
"Suatu hari saat aku tengah duduk di depan televisi sambil menonton film romantis Hollywood, otakku menemukan sebuah pertanyaan 'kenapa hidupku terlalu hampa? Kenapa hidupku tidak seromantis di film itu?' Lalu kau tau apa yang kulakukan?"
Nick menggelengkan kepala.
"Aku pergi ke rumah Cenayang dan aku meminta tolong agar Cenayang itu menyebutkan siapa jodohku," kata Victor, tangannya bergerak mengikuti nada bicara. "Kau tau apa yang dilakukan cenayang itu?" tanyanya.
Nick menggelengkan kepala lagi.
"Cenayang itu menengadahkan tangannya, lalu berkata 'bayar dulu'. Kubayar dia sesuai permintaan, lalu kau tau apa selanjutnya?"
Nick menggelengkan kepala lagi.
Victor melanjutkan kisahnya. "Cenayang itu memejemkan matanya selama satu menit sambil menirukan suara serigala," ujarnya. "Lalu kau tau apa yang terjadi?"
Kali ini Nick tidak menggelengkan kapala, hanya diam. Sudah puas ia senam leher karena mendengarkan cerita Victor.
"Dia membuka mata dan menyebutkan nama Margot," kata Victor, matanya menjuling ke atas sambil terus meraba-raba kisahnya. "Aku terkejut karena dua hari lalu aku baru saja menonton filmnya Margot Robbie. Tapi kemudian aku terdiam sejenak dan berpikir. Kukira tidak mungkin kalau itu Margot Robbie." Victor tertawa, sementara Nick masih terdiam. "Dan ketika itu aku langsung terpikirkan nama Margot Laurent, cinta monyetku yang kuajak berkirim surat semasa SMA. Saat itu juga kuhubungi Margot, dan terbukti bahwa dia adalah jodohku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pays to Be a Love
RomanceApa jadinya bila Pria Jawa dan Wanita Eropa saling mencintai? Emma Handerson seorang mahasiswi jurusan sastra Inggris yang susah payah melupakan mantan pacarnya. Setelah hubungannya dengen Tommy Wayne renggang, ia merasa risih didekati oleh banyak p...