Dua puluh tujuh

250 17 7
                                    

Vote sebelum baca ya guys:)

***
Saat jam istirahat Ara pergi ke toilet. Tentunya sendiri, Adit dan Dinda sudah menawarkan diri untuk menemani tapi gadis itu keras kepala mengatakan bahwa dia ingin sendiri.

Ara yang baru saja keluar dari toilet dan ingin bergegas menyusul Adit dan Dinda kekantin terhenti karena mendengar perdebatan dua orang yang sangat familar di matanya.

"Lo kenapa sih dari kemarin ngehindarin gue terus?" tanya Aldi sambil memegang tangan Santi yang hendak menjauh. Yap si Aldi teman sekelas Ara dan Santi anak kelas XI IPA 1.

"Lepas aku mau pergi!" ujar Santi.

Tentu saja Aldi tidak membiarkan nya.
"Udah berhari-hari loh, lo giniin gue," lirih Aldi.

"Emang gue salah apa hm?" tanyanya lembut.

"Bahkan kamu gak tau apa kesalahan kamu Al," ujar Santi kecewa.

"Gimana gue mau tau coba kalo lo diem dan ngehindarin gue gini?" kesal Aldi dan hendak menjauh dari Santi.

Ara menggelengkan kepalanya kenapa dia jadi menguping? ini kan urusan mereka. Saat hendak berjalan menjauh langkahnya kembali terehenti kerena perkataan Santi.

"Bahkan kamu lebih mentingin cewek lain dibanding aku Al," ujar Santi lirih.

Aldi menghentikan langkahnya dan menatap bingung Santi yang sudah menangis. Tapi pria itu tetap diam tanpa mau menenangkan Santi yang sedang menangis.

"Saat liat aku nangis kamu sama sekali gak peduli sama aku. Jangankan untuk peduli dan ngapus air mata aku, bahkan ngeliat aku aja kamu sungkan," ujar Santi di sela isakannya.

"Maksud lo apasih?" tanya Aldi bingung sekaligus kesal karena tingkah Santi yang tidak jelas, tahu-tahu menangis.

"Udahlah Al. Aku capek sama kamu, kamu gak mungkin peduli sama aku, aku kan cuma butiran debu di mata kamu, gak kayak cewek kemarin itu haha," Santi berbicara sambil tertawa walau air matanya masih mengalir.

"Wajar sih kalo kamu peduli sama dia. Orang dianya cantik dan cute banget. Siapa sih yang bisa nolak pesona dia, haha emang dasar ya cowok, pacarnya nangis ditinggalin giliran liat yang bening nangis aja langsung caper," gerutu Santi.

"Lo apa-apaan sih? maksud lo Ara? lo tau sendirikan dia itu cuman temen sekelas gue gak lebih. Kok lo jadi kayak bocah gini sih?" kesal Aldi. Gimana sih Aldi pacar lagi ngambek juga, bukannya di bujuk malah dimarahin.

"Haha iya aku emang kayak bocah, egois! miris banget ya kamu Al, bisa-bisanya pacaran sama cewek ambekan kayak aku!" setelah mengatakan itu Santi langsung meninggalkan Aldi yang sudah mengacak rambutnya frustasi. Setelah itu dia langsung berjalan menuju kelas.

Dan tanpa mereka sadari sedari tadi Ara mendengarkan pertengkaran keduanya, gadis itu merasa bersalah karena telah membuat Aldi dan pacarnya bertengkar.

"Kita nungguin dari tadi taunya lo malah asik ngelamun disini," ujar Adit mengagetkan Ara.

"Ehh? sorry Dit. Ayo mending sekarang kita kekantin!" ajak Ara.

"Dinda udah bawa makanan kekelas jadi kita makan di kelas aja," jawab Adit.

"Ohh yaudah ayo!"

***

Ara dan Adit masuk kelas, dan langsung duduk di dekat Dinda, sebelum sampai di kursinya Ara melihat Aldi yang wajahnya sangat datar. Pria itu kelihatan tenang tetapi siapa tau didalam hatinya bukan? melihat Aldi jadi mengingatkan Ara tentang masalah tadi. Aldi pasti sedang pusing sekarang karena bertengkar dengan pacarnya, dan yang menjadi permasalahan di benak Ara dia adalah orang yang membuat pertengkaran itu terjadi, mengingat wajah fruatasi Aldi tadi membuat Ara semakin merasa bersalah.

ArasellyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang