***
Daniel berjalan dengan cepat, sesekali air mata menetes dipipinya dan dengan cepat pria itu menghapusnya. Tujuannya saat ini adalah menuju taman untuk menghampiri dua sepupunya, karena sepertinya mereka ada disana. Saat sampai ditaman dia melihat ada Dini, Rio dan Adit disana, langsung saja dia menghampiri mereka.
"Ara udah gak ada!" Daniel berjujar lirih dengan suara bergetar.
Dini, Rio dan Adit mematung, seakan tidak percaya dengan kabar yang baru diterimanya ini.
"Kalo mau bercanda gak gini caranya bro! gak lucu tahu gak!" ujar Rio merangkul Daniel. Mencoba menepis pikiran buruk yang sedari tadi menghampirinya.
"Gue gak bercanda! apa lo pikir hal kayak gini bisa dijadiin candaan hah?" marah Daniel melepas rangkulan Rio.
"Daniel? Ara? gak mungkin! pliss bilang sama gue kalo ini bohong!" ujar Dini dengan air mata yang sudah menetes.
Daniel meraih tubuh Dini kedalam dekapannya.
"Ikhlas!" bisiknya lirih dengan air mata yang kembali menetes.
"Hikss.." isak Dini.
Daniel mengelus punggung Dini berusaha menguatkannya. Tangannya juga terulur pada Rio yang sekarang sudah meneteskan air mata, mereka bertiga berpelukan sembari menangis bersamaan.
Sedangkan Adit pria itu sampai detik ini masih diam mematung. Pikirannya sangat kosong. Sakitnya sangat terasa sampai membuat dadanya sesak, bahkan tanpa sadar rahangnya sudah mengeras dengan tangan yang mengepal sampai buku jarinya memutih. Mata pria itu sangat merah menahan amarah serta air mata.
Adit merasakan dunianya hancur seketika, sungguh rasanya dia tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya ini. Kata-kata yang keluar dari mulut Daniel, serta tangisan dari mereka bertiga terngiang-ngiang dalam benak Adit.
"Ayo bro kita temani Ara untuk terakhir kalinya!" ajak Daniel menepuk pelan punggung Adit yang sedari tadi mematung.
Seketika pria itu tersadar dari lamunannya. Mereka berempat berjalan pelan menuju ruang dimana tempat Ara dirawat tadi.
Saat hampir sampai dikoridor Adit melihat beberapa perawat mendorong brankar. Ada Daddy, Mommy, dan Nico juga ikut mendorong brankar itu. Disana Adit melihat ada seseorang yang seluruh tubuhnya ditutupi dengan kain, mereka mendorong brankar dengan cepat diiringi dengan air mata yang tak berhenti mengalir.
Seketika Adit menghentikan langkahnya. Pria itu mundur beberapa langkah, harapan yang sedari tadi dia ucapkan didalam hati kini musnah. Ternyata Ara-nya memang sudah tiada. Sahabat yang sedari kecil sudah bersamanya dan selalu menemaninya kini telah menutup matanya.
Seketika senyuman cantik gadis itu terlintas di benaknya. Tingkah lakunya yang menggemaskan terekam jelas dalam benak pria itu
Pria itu bangkit dan berlari menuju taman.
"AAARRRGGHHHHH!"
Adit berteriak dengan keras meluapkan semua emosi dan kesedihan yang ada dalam dirinya saat ini.
Adit menendang dan memukul pohon dengan burtal. Seakan pohon itu adalah samsak. Pria itu bagai orang kesetanan
"BODOH!"
"BAJINGAN AARRGGHH!"
Darah segar sudah menetes dari tangan Adit. Tubuhnya penuh dengan keringat.
"Gara-gara lo Ara meninggal! harusnya lo gak nyakitin dia aarrgghhh. Sekarang Ara udah pergi dan lo sendiri! lo harus kembali merasakan kehilangan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Araselly
Teen Fiction(End) Revisi ~~~ Araselly Salsabela "Mencintaimu adalah keinginanku, dan memilikimu adalah dambaanku." Ganendra Aditya Putra "Kau telah pergi, dan lukanya membuat aku tidak bisa berjalan seperti dulu lagi." ~~~ 💙💙 Happy reading Jangan lupa mampir...