***
Pagi ini Adit berangkat sekolah dengan Dinda pria itu ingin menjemput Ara tetapi gadis itu bilang dia berangkat dengan Nico.Saat sedang berjalan menuju kelas mata Adit tertuju pada cowok yang berjalan sendiri. Tiba-tiba matanya menajam tangannya mengepal kuat, jadi brengsek itu sekolah disini, apa mungkin Ara menangis kemarin karena cowok itu? jadi ini penyebabnya tapi kenapa Ara tidak mengadu padanya?
"Din lo duluan aja gue ada urusan!" belum sempat Dinda menjawab Adit sudah berjalan menjauh.
Sedangkan Adit langsung menyusul Aldo yang berjalan ke arah gudang.
"Apa yang lo lakuin sama Ara?" tanya Adit langsung to the poin.
Aldo terkejut karena kedatangan Adit. "Gue gak ada urusan sama lo."
"Ditt Jangan!!"
Emosi Adit sudah memuncak saat hendak melayangkan pukulan ada suara yang menghentikannya itu suara Ara, ya itu Ara.
Dan detik itu juga Aldo langsung pergi."Kenapa lo gak bilang sama gue kalo dia juga sekolah disini?" tanya Adit.
Terlihat benar kalau dia sedang dikuasai emosi sekarang.
"Dia gak ngapa-ngapain aku kok kamu tenang aja!" ujar Ara berusaha menenangkan.
"Teruss lo nangis kemarinn kenapa hah?" kasar sekali, tapi Ara berusaha mengerti sekarang Adit sedang emosi.
"Itt-uu.." ucap Ara gagap.
"Jawab gue Ra!" tegas Adit penuh penekanan.
"Dia sama sekali gak nyakitin aku." cicit Ara.
"Lo pikir gue percaya? jawab gue Ra! apa yang udah dia lakuin sama lo?" tanya Adit lagi tetapi tidak sekeras tadi.
"Aku serius Dit, dia gak nyakitin aku. Dia cumaa beberapa kali ngancem aku," ujar Ara dengan mata terpejam.
"Kenapa lo gak bilang dari awal Ra?" tanya Adit.
Terlihat kekecewaan di wajahnya walaupun sudah tidak semarah tadi tapi Ara tahu Adit pasti sangat kecewa.
Mata Ara sudah berkaca-kaca "Maaf!" ucapnya.
Melihat mata berkaca Ara Adit langsung mengurungkan niatnya untuk bertanya, nanti dia akan langsung menghampiri Aldo dan memukulnya bila perlu. Jadi benar Aldo adalah penyebab Ara menangis.
"Udah lupain aja," Adit memeluk Ara dan setelah itu mengajaknya ke kelas.
"Untung belum ada guru." Ara bersyukur karena di kelas belum ada guru dia langsung menghampiri Dinda.
"Dari mana aja lo sama Adit?" tanya Dinda.
"Cuman ngobrol sebentar." Ara tidak ingin Dinda telibat dalam masalah ini.
Dinda hanya mengangguk singkat.
Tak lama guru pun datang dan sampai lah saat istirahat Adit langsung keluar kelas entah mau kemana."Lahh Adit mau kemana?" heran Dinda.
"Yaudalah Ra kita ngantin aja, biarin aja dia." ajak Dinda.
Ara menggeleng dia harus mengikuti Adit dia takut Adit akan bertengkar dengan Aldo. Inilah yang dia takutkan sejak awal dia tidak mau Adit bertengkar.
"Aku mau nyusulin Adit Din." Ara berjalan keluar kelas.
Melihat Ara yang terlihat buru-buru Dinda pun memilih ikut saja.
Ara berjalan ke belakang sekolah mungkin sekarang Adit berada disana. Dan benar saja telihat Adit dan Aldo sedang bertengkar. Dinda yang baru datang sangat terkejut.
Bughh..
Bughh...
Bughh..
Pukulan demi pukulan dilayangkan Adit kepada Aldo.
"APA YANG UDAH LO LAKUIN SAMA ARA SAMPAI DIA NANGIS HAH?" Adit mencengram kerah kemeja Aldo.
"JAWAB BANGSATT!!" marah Adit.
"Gue cuman kasih sedikit peringantan sama cewek lemah itu," Aldo tersenyum sinis.
"STOPP!!" Ara berteriak sekeras mungkin berusaha menghentikan pertengakran Adit dan Aldo. Tetapi, keduanya seakan tuli sama sekali tidak mendengarkan teriakan Ara.
"Aditt Akuu mohonnn stopp Adit hiksss!!" Ara memeluk badan Adit dari belakang berusaha menghentikan Adit. Tubuh gadis itu sudah bergetar sangking ketakutannya.
"MINGGIR!!" Ara tersentak kaget karena bentakan Adit, dan dia reflesks melepaskan pelukannya.
"ADIT LO GILAAA??" marah Dinda.
"LAWAN GUE KALO LO BERANI!! PUKUL GUE!!" teriak Dinda karena sudah kesal melihat Adit tidak berhenti memukuli Aldo.
Bisa mati cowok itu. Dan benar saja kerena teriakan Dinda akhirnya Adit menghentikan aksinya. Ara menghampiri Aldo yang sudah babak belur, bisa mati kalau dia tetap disini.
"Mending sekarang kamu pergi!" Aldo berlari menjauh dengan terpincang-pincang.
Saat Ara ingin menghampiri Adit, Adit langsung mengangkat kedua tangan mempertandakan bahwa dia tidak ingin Ara mendekat.
Ara tersentak. "Kamu kenapa Dit?"
"Mending lo pergi!! gue gak butuh orang kayak lo!!" ucap Adit sangat kasar.
Ara tersentak. Air matanya kembali menetes tetapi dengan cepat gadis itu menghapusnya.
"Maksud kamuu?"
"Lo masih belum ngerti maksud gue?" Adit tersenyum sinis.
"Lo nutupin hal penting ini dari gue Araselly. KENAPA RAA?? KENAPA LO GAK BILANG KALO DIA SEKOLAH DISINI? KENAPA LO BIARIN DIRI LO KETAKUTAN SENDIRI? KENAPA GAK DARI AWAL LO BILANG KE GUE? GUE CUMA GAK MAU LO KENAPA-NAPA RA. APA SUSAHNYA BUAT JUJUR SAMA GUE??" teriak Adit kepada Ara, Adit benar-benar murka membanyangkan wajah ketakutan Ara saat Aldo mengancamnya.
Ara sudah tidak bisa membendung air matanya lagi karena bentakan Adit. Kenapa Adit kasar sekali? ini pertama kalinya Adit marah kepadanya, dia benar-benar takut. Dia langsung berlari menjauh.
"Ditt lo gilaaa??" teriak Dinda.
"Lo nakutin dia brengsek." marah Dinda.
"Ini cuma masalah sepele Dit. Ara cuman gak mau lo khwatir. Lo udah bener-bener kelewatan Dit." Dinda mengeleng tidak habis pikir dengan tindakan Adit.
Seakan tersadar dengan yang sudah dia lakukan Adit memukul pohon disampingnya dengan keras, tidak dia pedulikan tangannya yang sudah berdarah. 'Apa yang udah lo lakuin Ditt. Bukannya nenangin Ara lo malah bentak dia dan bikin dia tambah takut.'
"Gue salah Din, gue kelepasan tadi gue-gue bener-bener gak bisa ngendaliin diri gue kata-kata itu keluar gitu aja, gue-" Adit terus menyalahkan Dirinya sendiri karena telah membentak Ara.
Tanpa aba-aba Dinda langsung memeluk Adit menenangkan sahabatnya ini. Dinda tahu betul Adit tidak bermaksud membentak Ara, dia hanya ingin Ara jujur karena tidak ingin Ara terluka.
"Sekarang gue obatin luka lo!" Dinda menarik tangan Adit menuju uks. Untung belakang sekolah sepi jadi tidak ada yang tahu tentang pertengkaran ini.
***
Aduhhh gimana guys part ini wkwk
sampai sini dulu ya guys, see you next part:)
Jangan lupa vote and komen:)
dan maafkan bnyk typo maklum pemula wkwk:v
KAMU SEDANG MEMBACA
Araselly
Teen Fiction(End) Revisi ~~~ Araselly Salsabela "Mencintaimu adalah keinginanku, dan memilikimu adalah dambaanku." Ganendra Aditya Putra "Kau telah pergi, dan lukanya membuat aku tidak bisa berjalan seperti dulu lagi." ~~~ 💙💙 Happy reading Jangan lupa mampir...