***
Akhirnya jam pulang sekolah tiba. Adit langsung menghampiri Ara dan Dinda mengajaknya jalan bersama menuju parkiran.
"Ra lo di jemput bang Nico?" tanya Adit saat sudah didepan mobilnya.
"Iya Dit, Ohh ya jangan lupa nanti kerumah ya!" ujar Ara dengan senyumnya.
Fake! Itu kata yang pantas diucapkan untuk Ara sekarang. Nyatanya abangnya atau pun Daddynya tidak akan menjemputnya karena dia tadi sudah bilang kalau ingin pulang dengan Adit. Juga senyum palsu yang dia tunjukkan di depan Adit nyatanya dia sedang terluka sekarang. Karena faktanya cinta yang tidak terbalas itu menyakitkan.
"Emang mau ngapain?" tanya Dinda.
"Ohh iya aku belum sempat bilang sama kamu Din, besok subuh Dad sama Mom mau keluar kota. Jadi, nanti ya ada acara makan bersama gitu sebelum mereka pergi," jawab Ara seadanya.
"Iya nanti kita dateng!" ujar Adit dengan senyumnya.
"Ohh iya lo gimana? minta ditungguin sampai Bang Nico dateng?" tanya Dinda.
"Gak usah kalian duluan aja! paling bentar lagi dia dateng kok!"
"Yaudah kita duluan. Take care!" ujar Adit.
Pria itu menglelus singkat kepala Ara tak lupa dengan senyum lembutnya yang malah membuat Ara semakin sakit. Pria itu selalu.kenatsp Ara dengan tatapan hangat itu adalah kebiasaannya sejak kecil. Sungguh dia benar-benar menyayangi gadis ini.
Ara hanya mengangguk sambil tersenyum. Sedangkan sedari tadi Dinda terus memperhatikan Ara yang terlihat berbeda dari biasanya. Mata gadis itu menyiratkan kesedihan. Matanya tidak berbinar seperti biasanya.
"Emm Dit mending lo pulang duluan aja! gue mau langsung kerumah Ara aja bareng Bang Nico!" ujar Dinda pada Adit yang hendak membuka pintu mobil.
Adit menaikkan sebelah alisnya.
"Udah lah sana pulang!" suruh Dinda.
"Yaudah." Pasrah Adit akhirnya.
"Gue tau Bang Nico gak jemput lo," ujar Dinda setelah mobil Adit menjauh.
"Ra gue butuh penjelasan!" ujar Dinda.
"Mending kita cari taxi dulu!" jawab Ara. Dan akhirya Dinda pun menurut saja.
***
"Pak jalan nya pelan aja ya!" ujar Dinda pada supir taxi.
"Lo bisa mulai cerita sekarang!" ujar Dinda kembali fokus ke Ara.
Ara menghela nafas kasar. Terlihat sekali kesedihan di wajah cantik itu.
"Aku gak tau apa yang harus aku ceritain Din!"
Dinda diam menunggu lanjutan kalimat dari mulut Ara. "Nyatanya semua nya gagal. Adit gak cinta sama aku, dia cinta sama cewek lain!" ujar Ara sambil mentap Dinda dengan mata berkaca.
Dinda terkejut tentu saja siapa gadis yang dicintai Adit? padahal Adit tidak pernah terlihat dekat dengan cewek lain.
"Ra gue rasanya gak percaya mungkin Adit cuman ngerjain lo doang! gue yakin dia cinta juga sama lo, secara kalian udah sama-sama sejak kecil."
"Semua orang juga bisa ngeliat Ra kalo Adit itu suka sama lu."
Ara tertawa hambar. "Nyatanya kebersamaan kita selama ini sama sekali gak numbuhin cinta di hati Adit buat aku Din. Dia cuma nganggep aku sahabat dan mungkin selamanya hanya akan begitu!"
"Ra! emang siapa sih cewek yang Adit suka?" tanya Dinda.
"Nggak-nggak! gue yakin cinta Adit sama tuh cewek cuman sebatas rasa kagum. Gue rasa gak akan secepat itu dia suka sama cewek lain sedangkan didekat dia ada lo! Rasanya gak mungkin Ra Adit ngeliat cewek lain sementara ada lo di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Araselly
Teen Fiction(End) Revisi ~~~ Araselly Salsabela "Mencintaimu adalah keinginanku, dan memilikimu adalah dambaanku." Ganendra Aditya Putra "Kau telah pergi, dan lukanya membuat aku tidak bisa berjalan seperti dulu lagi." ~~~ 💙💙 Happy reading Jangan lupa mampir...