***
"Emm sebenarnya gue-gue-" apa-apaan ini kenapa Adit menjadi gugup seperti ini padahal tadi dia sangat percaya diri dan merasa tenang, tapi kenapa saat akan mengucapkan nya langsung malah mendadak gugup seperti ini.
"Kamu?" tanya Ara tak sabar.
Adit mengatur nafasnya sebentar sebelum kembali bersuara.
"Gue suka sama-" Adit menjeda ucapannya dan menatap mata Ara.
Jantung Ara berdetak lebih kencang di tidak menyangka bahwa apa yang Adit katakan ternyata sesuai dengan harapannya. Apalagi mengingat bagaimana sifat Adit kepadanya selama ini, terlebih Adit terlihat sangat gugup sekarang rasanya dia benar-benar yakin bahwa apa yang akan Adit katakan sesuai dengan keinginannya.
Ara memejamkan mata nya dengan penuh harap.
"Gue suka sama Dinda Ra!"
Degg...
"Apa?" lirih Ara.
"Kaa-mmuu-se-rriu-uss?" ujar Ara terbata.
"Gue serius!" ujar Adit sungguh-sungguh bahkan Ara dapat melihat kesungguhan dari mata itu.
Ara memejamkan matanya sejenak. Berusaha mencerna kalimat yang di ucapkan Adit gadis itu diam membisu dengan pandangan kosong. Rasanya hatinya hancur. Sakitt! sangat sakitt! dia pikir Adit menyukainya tapi ternyata pria itu mengatakan bahwa dia menyukai Dinda? sahabatnya sendiri, gadis yang satu tahun ini menjadi sahabatnya dan Adit.
Dia berpikir bahwa Adit menyukainya juga? Ya, Ara berniat untuk mengungkapkan rasa cinta nya pada Adit. Semalam dia sudah mendiskusikan ini dengan Dinda, dan tentu saja Dinda mendukung penuh karena baginya kita harus berani mengungkapkan karena ketika kita diam itu hanya akan membuat kita selalu bertanya-tanya.
Ara sudah mengumpulkan semua keberanian nya berkat dukungan Dinda juga tentunya, dia memutuskan untuk berbicara pada Adit. Dan ternyata Adit juga ingin berbicara kepadanya dan pria yang berstatus sahabatnya itu bilang ingin berbicara tentang perasaan Ara pikir Adit juga ingin mengungkapkan rasa kepadanya mengingat semua kasih sayang dan perhatian Adit. Maka dia menyuruh Adit berbicara lebih dulu.
Tapi ternyata saat mendengar semua ucapan Adit membuatnya jatuh sejatuh-jatuhnya. Rasanya dia di jatuhkan oleh harapannya sendiri, hati nya sangat sakit, matanya memanas menahan tangis. Bahkan dia melupakan niat awalnya yang ingin berbicara dengan Adit.
"Ra!" panggil Adit sambil menepuk pelan bahu Ara, karena sahabatnya ini malah diam setelah dia berbicara.
Ara tersadar dari lamunan panjangnya. "Iy-ya apa?"
"Lo gapapa? tadi kok lo ngelamun gitu?" tanya nya.
"I'm fine."
Ara tetap berusaha tersenyum walau hatinya sedang hancur, berusaha menguatkan diri sendiri walau kenyataan nya dia tidak sanggup. Bagaimana dia mengungkapkan perasaannya kalau seperti ini? rasanya dia sudah tidak punya harapan lagi. Bagaimana bisa pria yang dia harapkan malah mencintai sahabatnya.
"Oke, terus menurut lo gimana?" tanya Adit.
"Mak-sud kam-mu?" tanya Ara sedikit terbata.
Adit sempat bingung kenapa Ara berbicara dengan sedikit terbata seperti itu, tapi dia berpikir mungkin Ara masih kaget. Jujur saja dia sendiri pun tidak tahu kenapa bisa menyukai Dinda, entahlah rasanya gadis itu memilki daya tarik tersendiri baginya. Sebenarnya dia ingin mengungkapkan langsung pada Dinda. Tapi, saat Ara bilang ingin bicara dengannya, dia rasa ini saat yang tepat untuk memberitahu Ara tentang perasaannya pada Dinda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Araselly
Teen Fiction(End) Revisi ~~~ Araselly Salsabela "Mencintaimu adalah keinginanku, dan memilikimu adalah dambaanku." Ganendra Aditya Putra "Kau telah pergi, dan lukanya membuat aku tidak bisa berjalan seperti dulu lagi." ~~~ 💙💙 Happy reading Jangan lupa mampir...