Empat puluh sembilan

345 23 8
                                    

***

Ini adalah hari kedua Ara istirahat dirumah. Ya dia memang tidak masuk sekolah karena orang tua dan abangnya menyuruhnya untuk beristirahat dirumah dulu. Mengingat kemarin Ara hampir drop lagi membuat mereka semakin protektif terhadap Ara.

Ara berdiam diri dikamar. Sesekali Daddy, Abang dan Mommynya menghampiri. Tapi tetap saja gadis itu murung, tidak ada senyum yang menghiasi wajahnya, yang ada hanyalah tatapan kosong. Dia ingin sekolah, dirumah ini sangat membosankan dan selalu mengingatkan Ara pada penyakitnya.

"Ra!"

Ara sama sekali tidak menjawab panggilan itu, bahkan dia sama sekali tidak menatap wajah abangnya itu.

Nico menghampiri Ara dan duduk disisi kasur adiknya itu. Tangannya terangkat untuk mengelus kepala adiknya dengan lembut.

"Kamu bosen hm?" tanya Nico lembut.

Ara tidak menjawab tapi Nico juga sudah dapat mengartikan keterdiaman adik kecilnya itu.

"Mau jalan-jalan bareng abang?"

Ara menatap Nico. "Boleh?" tanyanya dengan antusias.

"Boleh dong asal sama abang. Tapi ada syaratnya!"

"Syaratnya apa?"

"Smile! Jangan murung lagi kayak gini!" ujar Nico.

Ara pun mengangguk mantap. "Abang terbaik!" ujarnya mengecup singkat pipi kiri Nico.

***

Hari ini Ara sudah sekolah seperti biasa, setelah dua hari dia istirahat dirumah akhirnya hari ini dia diizinkan oleh Daddynya untuk pergi kesekolah.
Saat sampai dikelas dia melihat sudah lumayan ramai. Langsung saja dia menghampiri Dinda yang sudah duduk dikursinya.

"Udah sehat?" tanya Dinda saat Ara sudah duduk disebelahnya.

Ara menganggukkan kepalanya. "Aku emang gapapa kok, emang keluarga aku aja yang terlalu over."

Dinda memutar bola matanya jengah.

"Penyakit lo bukan penyakit biasa Araselly!"

Ara hanya tersenyum tipis. Dan tak lama guru yang mengajar pun masuk membuat percakapan kedua sahabat itu terhenti.

***

Sekarang jam istirahat pun tiba. Ara dan Dinda berjalan beriringan menuju kantin. Meski Ara tidak bisa memakan makanan yang ada dikantin tapi tetap saja gadis itu ingin kekantin biarlah dia menemani Dinda. Jika kalian menanyakan dimana keberadaan Adit jawabannya adalah Adit ada dikelas tadi, Dinda sangat mewanti-wanti Ara untuk tidak menghampiri pria itu.

Saat memasuki kantin Ara melihat Adit duduk sendirian, dan dengan secara paksa Ara menarik Dinda untuk menghampiri sahabatnya itu. Dinda sempat menolak dan memberontak tapi akibat paksaan Ara akhirnya Dinda menurut.

Brukkk...

"Ahh baju gue!" keluh orang itu.

Kantin mendadak menjadi hening. Karena terlalu semangat ingin menghampiri Adit Ara jadi tidak memperhatikan sekitar. Ara tersandung kakinya sendiri dan menabrak Daisy yang sedang membawa dua gelas minuman dingin, alhasil seragam Daisy sekarang menjadi basah. Ara menatap Daisy dengan penuh rasa bersalah.

"Daisy Sorr-"

"LO SENGAJA KAN?" bentak suara itu.

Belum sempat Ara menyelesaikan ucapannya Adit sudah membentaknya dengan keras. Membuat seisi kantin menatap penuh tanya kepada mereka. Bukannya Ara itu adalah orang penting dalam hidup Adit? tapi kenapa pria itu tega membentak Ara dengan kasar.

ArasellyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang