***
Araselly tumbuh dalam keluarga yang sangat harmonis dia mempunyai sosok ayah yang terkesan cuek namun dibalik cueknya itu ada kasih sayang yang tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata. Ibunya adalah wanita yang lemah lembut dan penyayang, dua orang dewasa yang berhasil memberikan rumah yang indah untuk kedua anaknya.Ara tumbuh besar bagaikan putri, hidupnya berkecukupan dan memiliki keluarga yang saling menyayangi satu sama lain. Ara tumbuh menjadi gadis yang sangat manja, dia sangat cengeng, dia sering tersenyum dan senyumnya menularkan kebahagiaan bagi orang sekitarnya.
"Pagi Dad, Mom dan Abang!" Sapa Ara riang.
Gadis yang memiliki iris coklat terang itu tersenyum ceria. Menyapa orang tua dan kakak lelakinya.
Daddy tersenyum tipis tangannya mengelus kepala Ara yang berada disampingnya.
"Hari ini ingin berangkat dengan Daddy atau Abang?""Ara mau sama Daddy! Abang suka pakai motor ngebut-ngebutan. Ara gak suka," ujarnya cemberut.
Nico tersenyum adiknya ini sering mengadu yang tidak-tidak pada orang tuanya padahal mana pernah dia mengendarai motor dengan kecepatan tinggi saat bersama Ara.
"Heh bohong dosa loh!"
"Sudah ya sayang makan dulu ya nanti kamu telat!" Ujar Mommy lembut.
***
Ara sudah sampai disekolah barunya. Ya ini adalah hari pertama Ara memasuki sekolah menengah atas. Setelah berpamitan pada Daddy Ara turun, matanya melihat sekitarnya untuk mencari keberadaan Adit.
"Hai!"
Ada seorang gadis cantik berambut sebahu datang menghampiri Ara. Ara mengerutkan keningnya bingung, dia merasa tidak mengenal gadis ini. Dia hanya tersenyum canggung.
"Kenalin nama gue Dinda!"
Gadis bernama lengkap Dinda Arista itu mengulurkan tangannya pada Ara.
"Araselly!" balas Ara seadanya karena canggung.
"Gue baru pindah kesini jadi belum punya temen, lo mau kan jadi temen gue?" tanya Dinda.
Ara terdiam sesaat. Jujur saja selama ini dia hidup dia hanya berteman dengan Adit saja. Bukan karena tidak ada yang ingin berteman dengannya, Sejujurnya banyak gadis yang ingin berteman dengan Ara, tetapi Ara selalu menolak karena dia tahu motif sesungguhnya mereka yang ingin berteman dengannya karena dia dan Adit dekat. Tapi saat melihat Dinda entahlah Ara rasa gadis ini tidak seperti itu.
"Mau kok," jawab Ara seadanya.
Dinda tersenyum. "Yaudah cari kelas yuk!" ajaknya.
"Bentar ya Din aku- nah ini dia orangnya," balas Ara saat dia melihat Adit berjalan kearahnya.
"Hai!" sapa Ara girang saat Adit sudah sampai didepannya.
"Hai!" balas Adit dengan senyum tipis. Tangannya mengelus lembut kepala Ara.
Mereka dekat, sangat dekat sedari kecil. Dimana ada Adit disitu ada Ara. Mereka bagaikan perangko yang kemana-mana selalu berdua. Bahkan tak jarang orang mengira mereka pacaran.
"Udah sarapan?" tanya Adit seperti biasa.
"Udah kok." jawab Ara seadanya.
"Yaudah yuk masuk!" ajak Adit menggenggam lembut tangan Ara.
"Bentar! Kenalin ini Dinda. Din kenalin dia Adit."
"Dinda." ujar Dinda tersenyum dan mengulurkan tangannya.
Adit mengerutkan kening, pria itu tidak tersenyum dan menatap Ara dengan tatapan bertanya.
"Dia temen baru aku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Araselly
Teen Fiction(End) Revisi ~~~ Araselly Salsabela "Mencintaimu adalah keinginanku, dan memilikimu adalah dambaanku." Ganendra Aditya Putra "Kau telah pergi, dan lukanya membuat aku tidak bisa berjalan seperti dulu lagi." ~~~ 💙💙 Happy reading Jangan lupa mampir...