Tiga puluh lima

301 21 2
                                    

***

"Gue gak suka sama lo!" tegas Dinda.

Adit tersentak! hatinya terasa sakit Dinda menjawab dengan tegas dan tanpa keraguan. Bahkan gadis di sampingnya ini sama sekali tidak mempertimbangkan jawabannya.

"Haha semudah itu lo langsung jawab Din?" Adit tertawa hambar dan menatap Dinda dengan tatapan tak percaya.

"Apa yang harus gue pertimbangin lagi? nyatanya gue gak suka sama lo!" tegas Dinda lagi.

Adit menggelengkan kepalanya. Kenapa semudah itu Dinda menjawab.

"Kenapa Din? Kenapa? gue butuh alasan!" jawab nya tak kalah tegas.

Dinda terdiam membuat Adit kembali membuka suara.

"Apa karena kita sahabat? gue gak abis pikir sama jalan pikiran lo Din! emang apa sih yang ada di pikiran lo? emang apa salahnya kalo kita pacaran?"

"Gue udah bilang gue gak suka sama lo! apa itu gak cukup buat lo ngerti!"

"Din! lo bahkan sama sekali gak pertimbangin ini!" Adit meraup rambutnya frustasi.

"Karena emang gak ada yang harus dipertimbangin."

"Karena gue udah sama bang Nico!"

Jawaban itu berhasil membuat Adit termenung dan menatap Dinda dengan tatapan terluka. Apakah dia sudah terlambat? kenapa cintanya harus bertepuk sebelah tangan seperti ini. Padahal pagi tadi dia sengaja datang lebih pagi kerumah Dinda karena terlalu bersemangat untuk mengungkapkan perasaan nya. Nyatanya kekecewaan yang didapat nya.

"Din?" ujar Adit lirih.

"Iya gue udah sama bang Nico. Dit! jadi gue mohon buang jauh-jauh perasaan lo itu! karena itu gak penting bagi gue!"  tajam Dinda.

Adit terdiam seakan sedang mencerna kalimat demi kalimat yang keluar dari mulut Dinda. Mata tajam nya memancarkan luka dan kekecewaan.

"Dit lo tau kan gue kayak gimana. Gue emang gini Dit maaf kalo kata-kata gue bikin lo sakit! gue gak mau pura-pura bahagia dan menyukai semuanya, sedangkan hati gue gak suka. Gue gak mau berkata manis cuman buat bikin lo seneng! karena tugas gue buat nyadarin lo!"

Adit tetap diam berusaha menahan kekecewaan yang ada di hatinya.

"Dit gue tau mencintai seseorang itu bukan kesalahan. Tapi satu hal yang harus lo tau gak semua cinta bisa terbalas."

Ucapan Dinda benar! saat dia memutuskan untuk mencintai Dinda harusnya dia sadar akan konsekoensinya, antara terbalas atau kandas. Dan dia harus menerima itu, karena mencintai tidak harus memiliki.

"Dit! Open your eyes! Sekali-kali lo harus liat kebelakang! dibelakang lo banyak yang punya cinta tulus buat lo." Ujar Dinda melembut kali ini.

"Gue harap lo bisa renungin semuanya! liat orang yang sayang tulus sama lo! luka lo ini gak seberapa dibanding dia!" Dinda mengusap pelan punggung Adit setelah nya dia keluar meninggalkan Adit yang terdiam dengan keheningan.

***

Rasanya hati Adit benar-benar sakit. Sebelumnya pria itu tidak pernah mencintai gadis menapun, ini adalah pertama kalinya dia jatuh cinta dan dia harus di jatuhkan oleh harapan sendiri. Dia pikir walaupun Dinda tidak mencintainya masih ada harapan, dia akan berusaha meluluhkan hati gadis itu pelan-pelan nyatanya semuanya telah berakhir.

Ternyata cintanya tidak terbalas, sebisa mungkin dia berusaha menerima semuanya karena mengingat kalau Nico adalah kakak lelaki dari orang yang paling berjasa dalam hidupnya. Adit merasa beruntung bisa mengenal Ara dan Nico tanpa mereka mungkin hidupnya sudah sangat hancur.

Adit akan berusaha melupakan perasaannya pada Dinda. Walaupun hatinya sakit dia akan berusaha sebisa mungkin dia tidak ingin merusak hubungan kedua orang yang berarti dalam hidupnya itu. Bukan tidak mau untuk memperjuangkan perasaannya pada Dinda. Tapi, mau bagaimana pun Dinda dan Nico termasuk sahabatnya tidak mungkin dia mejadi orang ketiga dalam cinta sahabatnya.

Tapi bagaimana cara melupakan Dinda? ini adalah pertama kalinya Adit jatuh cinta. Sebelumnya hidup Adit hanya Ara dan Ara. Apakah dia harus menggunakan seseorang untuk melupakan Dinda? Apakah dia harus mencari seseorang yang bisa menghilangkan cintanya pada Dinda? tapi siapa? bahkan dia tidak dekat dengan seorang gadis kecuali Ara dan Dinda.

Ara? haruskah dia memperalat Ara untuk melupakan Dinda? jelas itu tidak mungkin. Dia tidak mungkin menyakiti hati sahabat kecilnya dengan menjadikan dia alat, jelas itu tidak mungkin. Tidak mungkin Adit menjadikan gadis yang teramat disayanginya itu sebagai pelampiasan.

Aarrgghhh! rasanya hatinya benar-benar kacau sekarang. Kecewa, sakit, benci, bingung. Semua menyatu menjadi satu membuat kepalanya serasa ingin pecah. Yasudah lah nanti dia akan memikirkannya lagi untuk sekarang mungkin sebaiknya dia kesekolah dulu. Dan untuk beberapa saat mungkin dia tidak akan sanggup berbicara dengan Dinda, hatinya pasti akan sakit lagi.

Setidaknya dia ingin menyembuhkan luka dia hatinya terlebih dahulu. Ya dia memang bilang ingin mencoba melupakan Dinda dan menerima bahwa gadis itu tidak mencintainya tapi mau bagaimana pun semua itu tidak bisa dilakukan secara instan bukan? dia manusia baisa yang juga membutuhkan waktu untuk semuanya.

Flashback of

***

"Ternyata secinta itu ya Din Adit sama kamu, aku udah lama banget gak liat dia kayak tadi sejak bertahun-tahun yang lalu. Mata dan aura dingin dalam diri Adit itu udah hilang dimata aku."

Dinda menatap Ara mengunggu kelanjutan kata yang akan di ucapkan gadis itu.

"Ngeliat dia tadi aku jadi sadar Din!" ujar Ara lirih.

"Sadar apa?" bingung Dinda.

"Pengaruh kamu buat Adit besar banget! dalam sekejap dia bisa berubah kayak gitu! kayaknya aku emang udah gak ada harapan Din! cinta dia buat kamu udah terlalu besar." Ara seakan sudah pasrah dengan semuanya.

"Ra? lo apa-apaan sih? kenapa lo jadi gini? kenapa lo seakan nyerah gini sih? Ingat Ra! gue yakin dimata Adit lo itu bahkan lebih penting dari pada diri dia sendiri!" ujar Dinda meyakinkan Ara.

Melihat Ara diam Dinda kembali membuka suara.

"Ra?"

"Iya Din! iya aku harus yakin!" ujar Ara penuh keyakinan membuat Dinda tersenyum senang.

***

Sekarang Adit berniat kerumah Ara. Ini sudah sore dan Adit benar-benar sedang merasa gundah akhirnya dia memutuskan untuk kerumah Ara. Karena hanya Ara yang bisa membuat mood Adit membaik, hanya sahabat kecilnya itu yang bisa menerbitkan senyum di bibirnya ketika dia sedang sedih.

Dan disini lah mereka sekarang. Dibelakang rumah Ara yang banyak terdapat pohon dan rerumputan. Adit yang tadi berbaring di rumput, kini duduk saat Ara datang disampingnya dengan meminum susu kotak full cream, sesekali pipi gadis itu mengembung terlihat sangat menggemaskan di mata Adit.

Rambut Ara teterpa angin dan terlihat mengganggu wajahnya, melihat itu Adit dengan sigap langsung menyelipkan rambut yang terlihat mengganggu itu kebelakang telinga. Adit memandang Ara dengan senyum tulus. Memang benar gadis ini adalah moodbasternya. Lihat sekarang bahkan hanya dengan manatap Ara saja sudah membuat moodnya membaik.

***

Yeayyy akhirnya up lagi
Semoga aja suka ya sama part ini
jangan pernah bosan ya baca cerita aku
Untuk konflik aku minta sabar karena aku lagi usahakan pelan-pelan
Makasih buat yang sudah baca💙

Jangan lupa vote komen💙
And see you next part😍

ArasellyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang