Empat puluh satu

292 21 13
                                    

***

Setelah mendapat kabar dari Nico bahwa putri tersayangnya sakit, langsung saja Daddy dan Mommy pulang, meski Nico mengatakan bahwa keadaan Ara baik-baik saja tapi tetap saja mereka ingin memastikannya langsung, dan syukurlah ternyata Ara memang tidak apa-apa.

Ya, akhirnya Nico memberitahu orang tuanya tentang keadaan Ara, bagaimana pun juga dia tidak mungkin menyembunyikan hal seperti itu.

Hubungan Adit dan Daisy pun sangat baik, meski tidak ada cinta di hati pria itu tapi sebisa mungkin dia memperlakukan Daisy dengan baik. Lama-kelamaan Daisy juga menyadari bahwa sepertinya Adit tidak benar-benar mencintainya entahlah, gadis itu merasa ada yang Adit sembunyikan, dia menyadari bahwa Adit mungkin hanya memanfaatkannya.

Di bulan pertama mereka pacaran bahkan Adit sering melupakannya karena terlalu sibuk dengan Ara,  bahkan tak jarang pria itu lupa akan kehadirannya. Terlebih sekarang Ara kelihatan mudah lelah, entah apa yang menjadi penyebabnya.

Tapi lama-kelamaan dia merasa Adit jauh lebih hangat dari sebelumnya, itu yang menyebabkan dia bertahan dengan pria itu sampai sekarang.

Sikapnya yang dulu acuh tak acuh kepadanya sekarang sudah mulai peduli dan lebih hangat dari sebelumnya, maka dari itu dia semakin yakin mungkin sudah tumbuh sedikit cinta dihati Adit untuknya. Ini hanya tentang waktu bukan.

Masalah Dinda gadis itu masih saja sering bersikap sinis terhadapnya, entahlah Daisy benar-benar tidak tahu apa yang menjadi penyebab sahabat pacarnya itu kelihatan tidak menyukai nya, tapi ya sudahlah yang terpenting Adit ada di pihaknya.

***

"Ra? lo kenapa kok pucet gini?" panik Adit saat melihat wajah Ara yang sudah pucat.

Saat ini mereka baru selesai olah raga.
Gadis itu terlihat seperti sedang mengatur nafasnya, entahlah beberapa bulan terakhir ini Ara benar-benar mudah lelah, apalagi baru selesai jam olah raga seperti sekarang ini, rasanya tenaganya terkuras habis.

"Kenapa?" tanya Dinda yang baru saja datang.

"Ra?" fokus Adit tetap pada Ara.

"Ak-"

Belum sempat Ara menyelesaikan ucapannya ada seorang gadis yang berteriak menghampiri mereka dengan nafas yang tak teratur seperti habis berlari, gadis itu terlihat panik.

"Kak! Daisy jatuh di kamar mandi kepalanya berdarah!" beritahu gadis yang tak di ketahui namanya itu dengan panik.

Adit yang mendengar pun juga ikut panik apa lagi saat mendengar kata darah yang terucap dari bibir gadis itu, langsung saja Adit hendak bergegas menghampiri tempat yang di tunjuk oleh gadis itu. Tapi baru selangkah dia berjalan Dinda langsung menahan tangan pria itu.

"Ara butuh lo sekarang!" tekan Dinda.

Dinda menatap tajam Adit. Seakan memberi peringatan pada pria itu untuk tidak pergi.

Adit meraup rambutnya frustasi, benar-benar bingung harus bagaimana? disatu sisi Dinda memang benar Ara terlihat kesakitan, tapi bagaimana dengan Daisy? Apa dia harus mementingkan Ara lagi kali ini? rasanya sangat egois apa lagi gadis yang berstatus pacarnya itu sedang terluka. Tapi bagaimana dengan Ara?

"Kak! Daisy juga butuh lo!" ujar gadis itu berani.

Dinda menatap tajam gadis itu,

"Ara lagi sakit, dia butuh Adit sekarang! emang lo pikir cowok di sekolah ini cuman Adit hah?" marah Dinda.

"Itu juga yang mau gue bilang sama lo kak! Daisy butuh kak Adit sekarang! cowok di sekolah ini bukan cuman kak Adit doang! kak Adit itu pacar Daisy! dan sekarang keadaannya gak baik-baik aja. Sumpah ya, gue muak sama sahabat lo ini. Selalu terlihat lemah dan pura-pura sakit setiap kali Daisy lagi butuh sama pacarnya, caper banget sih!"

ArasellyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang