Delapan belas

265 33 5
                                    

***

Malam telah tiba. Malam ini akan ada pesta perpisahan kelas XII. Ara sudah siap dengan dress selututnya yang berwarna pink pastel, rambut gadis itu di gerai dengan sedikit di curly di bagian bawah, dengan jepit rambut bunga yang senada dengan dressnya. Wajahnya dipoles dengan make up tipis gadis itu terlihat sangat cute.

Ara mengambil heals dan segera memakainya, serta slingbag yang terletak di meja riasnya. dia sekarang tinggal menunggu Adit dan Dinda, karena malam ini mereka akan pergi bersama. Sambil menunggu, gadis bermata coklat itu menghampiri orang tua dan kakak lelakinya yang tengah duduk di ruang keluarga.

"Wahh sayang! putri Mom cantik sekali malam ini," ujar Mommy setelah Ara sampai di hadapan mereka.

Ara tersenyum senang mendengar pujian Mommynya.

"Cantik apaan kayak bocah gitu, warna pink dihh, apalagi pake jepit bunga bocah banget," ujar Nico bercanda.

"Ishh abang gak modis banget sihh," balas Ara tak mau kalah.

Kakak beradik itu terus saja berdebat, Stella menggelengkan kepalanya mendengar keributan anak-anaknya itu, tetapi dalam hati dia juga bahagia karena putra-putrinya saling menyayangi. Kejailan Nico adalah bentuk rasa sayang.

Ara mengcutkan bibirnya tanda tak puas hati karena ejekan abangnya.

"Dad!" rengek Ara pada Daddy nya.

Daddy tersenyum, pria paruh baya itu menarik tangan Ara untuk duduk di sebelahnya, dengan pelan tangan besar itu mengelus puncuk kepala Ara. Putri bungsunya, gadis yang manja yang memiliki iris coklat terang yang selalu berbinar saat berbicara. Gadis itu selalu menularkan kebahagiaan saat berbicara dengan seseorang.

"Putri Daddy selalu terlihat cantik di mata Daddy dan Mommy."

Ara tersenyum senang dan menjulurkan lidah kepada Nico, dia senang karena ada yang membelanya.

"Dasar manja," cebir Nico.

Ara pura-pura tidak mendengar, gadis itu tetap memeluk lengan Daddy dan Mommynya. Nico hanya menggelengkan kepala melihat tingkah adiknya yang sangat manja itu.

Entah kenapa Ara sangat manja terlebih kepada Adam-Daddynya. Dia selalu merasa terlindungi jika berada di dekat Daddy nya, cinta pertamanya. Pria luar biasa yang sangat dia sayangi.

Tok tok tokk... 

Tiba tiba terdengar suara pintu diketuk sontak semua mengalihkan pandangan kearah pintu.

"Siapa sih yang ngetuk pintu? kan ada bel," heran Nico.

"Emm, kayaknya itu Adit sama Dinda mending aku aja yang buka," jawab Ara.

"Sekalian aku pamit assalamualaikum," ujar Ara dan menyalimi ketiganya.

"Waalaikum salam. Hati-hati dan jangan pulang terlalu malam!" pesan Daddy.

Ara mengangguk singkat dan berjalan keluar.

***

Ara membuka pintu dan melihat Adit dan Dinda sedang bercanda bersama mereka terlihat sedang berdebat tetapi akhirnya malah tertawa. Adit mengacak rambut Dinda dengan gemas.

"Woyy!!" pekik Dinda tidak terima karena rambutnya jadi berantakan.

"Hahah," Adit tertawa karena sudah berhasil membuat Dinda kesal. Entah kenapa pria itu sangat senang mengusik Dinda.

"Hai!" sapa Ara sedikit canggung.

"Lo cantikk bangettt Ra," kagum Dinda.

Dinda berbicara jujur malam ini Ara terlihat sangat cantik dan semakin menggemaskan. Memang benar pesona Ara tidam diragukan lagi.

ArasellyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang