***
Adit sudah berkeliling mencari Dinda, tetapi hasilnya nihil, sekarang Adit bingung harus bagaimana lagi, Adit takut Dinda terluka dia juga merasa bersalah sekarang, harusnya dia menemani Dinda ke toilet tadi.
Adit terus mencari Dinda tanpa memperdulikan banyak yang menatapnya aneh karena sedari tadi berkeliling. Sesekali Adit bertanya kepada siswa yang di kenalnya, namun tetap saja tidak ada yang melihat Dinda.
Adit memutuskan untuk berjalan ke gudang meskipun mustahil gadis seperti Dinda akan ke gudang. Tetapi, tidak menutup kemungkinan bukan?
Saat sampai di gudang ternyata tidak ada siapa-siapa hanya terlihat seperti ada orang yang habis bertengkar disini. Seketika Adit bertambah panik apa mungkin ada yang menyakiti Dinda.Adit meraup rambutnya kasar. Dimana gadis bawel itu? Pikiran buruk sedari tadi menghantuinya. Adit bahkan tidak sadar dirinya mengkhawatirkan Dinda sampai seperti ini.
"Rooftop." gumannya. Kemungkinan besar Dinda berada disana.
***
Ceklek...
Adit membuka pintu Rooftop, terlihat gadis dengan rambut sebahu sedang duduk di sofa dengan membelakanginya. 'Lega.' itu yang dirasakan Adit sekarang.
Adit menghampiri Dinda menepuk punggung gadis itu pelan. "Heyy! lo bikin gue khawatir tau gak?"
Dinda tersentak. Gadis itu berbalik menghadap Adit. "Lo- ngapain?"
Adit terkejut melihat lebam di pipi Dinda serta sudut bibirnya yang berdarah. Tidak hanya sampai disitu dahinya juga terluka seperti akibat benturan keras.
"Siapa yang udah ngelakuin ini sama lo?"
Tanpa sadar tangan Adit mengepal.
Aduhh!!... Rutuk Dinda dalam hati, padahal dia ingin tetap disini sampai jam pulang sekolah dia tidak ingin Adit dan Ara khawatir.
"Ah-em ini guee-anu. Ehh?"
"Kenapa? siapa yang udah ngelakuin ini sama lo?" Adit bertanya dengan sangat tegas membuat Dinda bertambah gugup.
"Itu-Jatuh! Iya-jatuh Dit. Tadi jadi kepentok hehe," ujar Dinda berusaha menghilangkan kegugupannya.
"Lo pikir gue bodoh?" ujar Adit dengan penuh penekanan dan dengan terpaksa Dinda harus menjawab jujur.
"Ini gara-gara fans sialan lo ituu!!" ujar Dinda sambil menunjuk wajah Adit. Dinda sangat kesal sekarang.
Adit tensentak!
"Tadi gue udah menang meskipun mereka bertiga. Secara lo tau sendiri kan gimana gue? tapi cewek sialan itu malah manggil temen cowoknya dan gue bisa apa coba?" Dinda menjelaskan dengan nada yang terdengar sangat emosi dan kesal.
Sama halnya dengan Adit yang mendengar itu emosinya langsung memuncak, buku-buku jarinya memutih menandakan bahwa dia benar-benar di kuasai amarah sekarang.
"Tunjukin orangnya biar gue hajar tuh orang!"
Dinda mendengus kesal. "Lo gak perlu turun tangan! gue bukan cewek lebay!" Dinda menunjuk Adit. "Dan gue udah bales semuanya."
"Ini?" Adit menunjuk tangan Dinda yang memerah seperti bekas cekalan seseorang.
"Ya gitu," jawab Dinda acuh.
Adit membawa Dinda kedalam dekapannya. Jujur saja pria itu tidak tahu mengapa dirinya sangat khawatir seperti sekarang "Maafin gue! karena gue lo jadi terluka."
Adit berjanji walaupun Dinda tidak memberitahu nya siapa yang telah menyakiti Dinda tapi dia pasti akan mencari orang itu dan akan memberi pelajaran yang setimpal, tapi untuk sekarang biarkan saja dulu keadaan Dinda jauh lebih penting untuk saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Araselly
Teen Fiction(End) Revisi ~~~ Araselly Salsabela "Mencintaimu adalah keinginanku, dan memilikimu adalah dambaanku." Ganendra Aditya Putra "Kau telah pergi, dan lukanya membuat aku tidak bisa berjalan seperti dulu lagi." ~~~ 💙💙 Happy reading Jangan lupa mampir...