Dua puluh delapan

253 19 7
                                    

***

Saat ini Adit Ara dan Dinda sedang berada didapur. Kali ini mereka berniat untuk memasak, kebetulan dirumah tidak ada Mommy, maka Ara memanfaatkan kesempatan itu untuk merusak dapur. Ralat! memasak didapur.

"Lo yakin bisa Ra?" tanya Dinda saat Ara sudah mulai menyiapkan bahan-bahan untuk memasak.

"Iya ishh," balas Ara yang tengah sibuk dengan kegiatannya.

Adit menatap Ara ragu, pasalnya sangat mustahil rasanya tipikal gadis seperti Ara bisa memasak. Bukan Adit berlebihan tetapi Ara sedari kecil memang sangat anti untuk berurusan dengan dapur, dan sekarang entah kerasukan apa gadis itu berniat memasak.

"Ra gue kayaknya gak yakin deh," ujar Adit hati-hati.

Melihat Ara diam pria itu kembali membuka suara. "Bukan gimana-gimana sih, gue cuman takut lo kenapa-napa nanti."

"Ishh emang kamu pikir apa gunanya kamu disini!" jawab Ara.

Adit mengerutkan keningnya. "Hah?"

"Ohh! maksud lo gue yang masak gitu?" tanya Adit setelah sadar maksud Ara.

"Iyalah lo yang masak kita disini cuman ngeliatin doang!" ujar Dinda.

"Bener banget!" sahut Ara.

Adit hanya bisa menghela nafas pasrah. Hanya karena Ara dan Dinda dia seperti ini. Bagai pria bertulang lunak yang langsung menuruti perintah kedua gadis yang sedang asik duduk di meja makan.

"Aku bantuin ya!" ujar Ara.

"Mending gak usah deh!" tolak Adit. Pasalnya kalau Ara membantu bukannya semakin cepat kerjanya akan semakin lambat.

"Ihh kamu mah masa mau bantuin aja gak boleh padahal niat aku baik," ujar Ara cemberut. Sengaja dia mamasang wajah cemberut sedih agar Adit bisa luluh.

Sedangkan Dinda jangan ditanya gadis itu tengah santai duduk sambil bermain hp tanpa memperdulikan sekitar.

"Okay fine, sini bantu!" pasrah Adit.

Sontak hal itu membuat Ara yang tadinya murung langsung tersenyum senang, bibir yang tadi menekuk cemberut kini tersenyum lebar.

"Ini lo potong-potong wortelnya!" suruh Adit pada Ara dan langsung di angguki oleh gadis bermata coklat itu.

Baru saja hendak memotong wortel Adit kembali bersuara, "Ingat hati-hati jangan sampai luka!"

"Iya ishh bawel!" kesal Ara.

Setelah beberapa saat mereka memasak akhirnya masakan mereka sekarang siap juga, akhirnya mereka bisa mengisi perut mereka yang sudah lapar sedari tadi. Kali ini tidak terlalu buruk, sampai saat ini Ara tidak melakukan kesalahan yang bisa melukai dirinya membuat Adit bernafas lega.

"Wihh udah mateng aja nih. Dari baunya sih enak tapi rasa siapa yang tau yakan?" ujar Dinda.

"Mending lo cobain dulu!" ujar Adit.

"Wahh dengan senang hati," balas Dinda.

"Aww lidahh gue kebakarr!!!" teriak Dinda membuat Adit dan Ara terkejut.

"Sumpah ini panas banget! serius gak boong!" ujar Dinda sambil mengipas-ngipas lidahnya menggunakan tangan.

"Aduhh Din! kamu sih harusnya tadi ditiup dulu kan itu baru mateng!" ujar Ara lumayan panik.

"Lidah gue melepuh!"

Adit menggelengkan kepalanya dan berjalan menuju meja makan. Pria itu mengambil segelas air putih untuk Dinda. Saat Dinda hendak mengambil air yang ada ditangan Adit, Adit menjauhkan gelas itu dan tangan kirinya mengetuk kepala Dinda.

ArasellyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang