***
Sudah terhitung empat hari Ara kembali sekolah. Selama empat hari itu belum pernah sekalipun dia berbicara dengan Adit. Yang dia lihat setiap harinya hanyalah adegan romantis yang diciptakan Adit dan Daisy. Sering Ara ingin menghampiri Adit, tapi dengan tegas Dinda menjawab tidak, mereka yang dulu sangat dekat kini bagai orang asing.
Ara sedang berada dikelas sendirian, hari ini dia pergi kesekolah lebih awal, gadis itu merasa sangat lelah hari ini, padahal ini masih pagi. Ara duduk dikursi seorang diri, ternyata perkataan keluarga dan sahabatnya benar, sekolah hanya membuatnya semakin lelah. Saat pulang sekolah sering dia merasakan nafasnya sesak karena terlalu lelah, tapi sebisa mungkin dia menutupi itu dari keluarganya.
Mungkin setelah ini dia akan mengikuti saran keluarganya saja, dia akan fokus dengan kesembuhannya dirumah, pergi kesekolah benar-benar membuat tenaganya terkuras habis, terlebih dia harus melihat banyak drama disekolah. Rasanya beban pikirannya bertambah banyak, seketika ingatannya kembali pada kejadian kemarin, dia benar-benar sangat merasa bersalah.
***
Flashback on
"Tunggu!" teriak Aldi tapi sama sekali tidak dihiraukan oleh Santi.
Aldi terus berlari mengejar Santi. Dan dia berhasil menahan tangan gadis itu, karena langkahnya jauh lebih besar dibanding Santi.
"Kenapa lo terus-terusan ngindarin gue? salah gue apa?" tanya Aldi.
"Kamu gak salah apa-apa," ujar Santi pelan.
Santi hendak kembali menjauh, tapi dengan cepat Aldi menahan tangannya.
"Kalo gue ada salah tuh bilang! biar bisa diselesain, jangan ngehindar kayak gini!" tegas Aldi.
"Aku udah bilang kamu gak salah apa-apa Al!"
"Lo cemburu sama Ara?" tebak Aldi tepat sasaran.
Melihat Santi diam Aldi menghela nafasnya dengan kasar.
"Harus berapa kali sih gue bilang sama lo kalo gue sama Ara cuma sahabat!"
"Iya aku tahu kok kalian sahabat sejati benget. Sampai sama pacar sendiri pun kamu lupa." Sarkas Santi.
Aldi mengacak rambutnya frustasi. "Apa sih yang harus lo cemburuin dari Ara? jangan kayak anak kecil gini! Ara udah gue anggep kayak adik gue sendiri."
"Aku capek Al! aku capek harus selalu ngalah. Aku selalu coba ngertiin kamu, aku tahu kok kalo kamu sama dia cuma sahabatan. Tapi apa kamu pernah mikir? kamu bahkan jauh lebih care sama dia dari pada sama aku-"
"Gak usah nangis! lo gak pernah tau kenapa gue selalu lebih care sama Ara dari pada lo. Kondisinya emang butuh banyak kepedulian dari orang lain. Lo gak akan ngerti San!" Aldi berusha memberi pengertian pada Santi.
"Jangan potong omongan aku! iya aku tau kok. Aku emang gak akan ngerti. Tapi apa kamu pernah mikir sekali aja! sekali aja Al. Aku cemburu, aku cemburu liat kamu sama dia. Sakit Al rasanya sakittt! aku selalu ngalah sama dia. Selalu Al! selalu. Dan kali ini pun aku akan ngalah lagi-"
"San lo gak ngerti kondi-"
Belum sempat Aldi menyelesaikan ucapannya Santi sudah memotong. "Udah aku bilang jangan potong omongan aku! Kali ini aku ngalah lagi Al. Ara menang! aku ngalah. Aku nyerah. Aku nyerah sama hubungan-Hiks.. Aku nyerah sama hubungan kita... Hiks.. Aku capekkkk. Kitt-aa-kita putus!" ujar Santi sembari terisak.
Degg...
Aldi merasakan hatinya sakit mendengar kalimat yang keluar dari mulut Santi. Pria itu mengusap rambutnya dengan kasar. Oke kalau memang ini keputusan Santi maka dia akan menerima. Dia tidak ingin menyakiti Santi lebih dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Araselly
Teen Fiction(End) Revisi ~~~ Araselly Salsabela "Mencintaimu adalah keinginanku, dan memilikimu adalah dambaanku." Ganendra Aditya Putra "Kau telah pergi, dan lukanya membuat aku tidak bisa berjalan seperti dulu lagi." ~~~ 💙💙 Happy reading Jangan lupa mampir...