***
"Pacar!"
"HAH?" kali ini Dinda yang bersuara. Bahkan gadis berambut sebahu itu berteriak membuat satu kelas menatapnya bingung.
"Pacar?" Ara berujar lirih.
Hatinya sakit tidak pernah terbayangkan kalau Adit akan memiliki pacar dalam waktu sesingkat ini. Ara rasanya benar-benar sudah putus asa, kecewa dan sakit, hatinya serasa hancur. Padahal baru saja hubungan Dinda dan Adit membaik nyatanya sekarang Adit sudah memiliki pacar. Ara benar-benar merasa sudah tidak punya harapan lagi.
Adit tertawa kecil. "Ya! biasa aja kali gak usah pake teriak!" ujarnya pada Dinda.
Ara sekuat tenaga menahan air matanya, sedangkan Dinda menatap Ara dengan tatapan sedih. Dinda juga merasakan apa yang di rasa kan Ara, Dinda juga tahu betapa sakit
nya hati Ara saat ini. Bahkan Dinda melihat mata Ara sudah berkaca-kaca.Adit menatap kedua gadis itu dengan bingung.
"Kenapa kok kalian kayak gak seneng gitu sih?"
"Emang gak seneng!" tekan Dinda.
"Ra? lo kenapa? kenapa mau nangis? gue ada salah ya?" tanya Adit risau sekaligus heran.
Dinda menggelengkan kepalanya tidak habis pikir, gadis itu menatap Adit dengan tatapan yang tidak dapat diartikan.
"Segitu frustasinya ya lo karena cinta lo gak gue terima sampe lo asal jadiin orang pacar?" sengit Dinda.
Bahkan gadis itu sudah melupakan kecanggungannya dengan Adit beberapa hari ini. Gadis itu benar-benar sedang di kuasai amarah sekarang.
Adit menatap Dinda dengan tatapan marah.
"Maksud lo apa hah?"
Dinda menggeram marah. "Otak lo kemana sih Dit? heran gue." Dinda berteriak frustasi.
"Lo kenapa sih?" ujar Adit tak kalah emosi.
"Lo yang kenapa brengsek? punya otak tuh di pake! mikir!" teriak Dinda.
Gadis itu sudah kesal apa lagi saat melihat Ara yang sekarang sudah menagis.
Emosi gadis itu benar-benar memuncak saat melihat cairan bening sudah keluar dari mata Ara. Bahkan sekarang satu kelas sudah memperhatikan ketiganya, karena kebetulan kelas sedang jamkos. Untung saja Deni yang mengerti suasana langsung menyuruh seisi kelas fokus dengan kegiatan mereka masing-masing.
Adit mengepalkan tangannya karena ucapan Dinda. Memangnya apa yang salah? kenapa hanya karena dia mempunyai pacar Dinda bisa semarah ini. Bukannya ini yang gadis itu mau bukan? bukankah ini jalan yang terbaik agar dia bisa melupakan Dinda lebih cepat. Kenapa dimata Dinda dia selalu salah? sungguh Adit benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran Dinda.
"Emang apa salahnya gue punya pacar hah? lo tuh kenapa sih? bukannya ini yang lo mau? gue lupain lo kan?" tanya Adit dengan mulai meninggikan suaranya sungguh saat ini dia benar-benar sangat emosi.
Dinda hanya menggelengkan kepalanya dengan tatapan sinis membuat Adit kembali membuka suara.
"Kenapa lo marah? lo bilang gue salah karena udah cinta sama lo. Lo bilang gue harus liat kebelakang, lo nyuruh gue buat lupain lo dan hapus cinta gue buat lo."
"Apa gue marah hah? apa ada gue bentak lo, marah-marah gak jelas kayak lo sekarang. Gak kan? terus disini gue salah apa lagi Din? Gue terima Din! gue coba terima dan hargai keputusan lo! gue coba buang jauh-jauh perasaan gue sama lo! walau hati gue sakit. Dan disini lo masih mau bilang gue salah? gue bener-bener gak habis pikir sama jalan pikiran lo itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Araselly
Teen Fiction(End) Revisi ~~~ Araselly Salsabela "Mencintaimu adalah keinginanku, dan memilikimu adalah dambaanku." Ganendra Aditya Putra "Kau telah pergi, dan lukanya membuat aku tidak bisa berjalan seperti dulu lagi." ~~~ 💙💙 Happy reading Jangan lupa mampir...