***
Hari ini Adit Ara dan Dinda jalan-jalan sesuai dengan rencana mereka. Adit sudah menggerutu kesal karena tingkah kedua sahabatnya ini, dengan seenaknya mereka menghabiskan uang Adit, dia hanya bisa pasrah.
Setelah seharian berkeliling di mall dan lain-lain akhirnya mereka memutuskan untuk pulang karena telah puas jalan-jalan dan menguras uang Adit.
"Bangkrut dahh gue," kesal Adit.
Ara dan Dinda sudah tertawa senang, hari ini mereka belanja dan bermain sepuasnya.
"Kapan lagi nyenengin sahabat yakan?" Dinda menaikkan sebelah alisnya sambil tersenyum ke arah Ara.
"Aku setuju sama kamu Din."
Adit hanya bisa menggelengkan kepala dan setelahnya dia mengantarkan kedua gadis ini pulang.
***
Seperti biasa pagi ini Ara diantar oleh Nico, Abangnya itu benar-benar tipe pria idaman. Bayangkan saja pria itu mempunyai tubuh tinggi tegap, wajah yang nyaris sempurna dengan kulit putih, alis hitam, bulu mata panjang, hidung mancung dengan rahang yang sangat tegas, serta kumis tipis yang melengkapi ketampanannya. Terlebih sikapnya yang sangat penyayang dan lembut.
"Ara masuk, jangan lupa jemput nanti!" pesan Ara.
"Hm. Masuk gih!" balas Nico tersenyum.
Ara berjalan menuju kelas seperti biasa. Tetapi saat sampai di kelas dia hanya melihat Adit saja kemana Dinda pikirnya, mereka kan selalu pergi bersama.
"Pagi!" sapa Ara dengan senyumnya yang sangat manis saat sampai di dekat Adit.
"Hm,"
Adit tersenyum melihat kedatangan Ara. Sahabatnya sejak kecil masih terlihat manis dan cute sama seperti dulu. Adit masih seperti melihat Ara kecilnya. Gadis kecil dengan iris coklat terang yang selalu berbinar, senyum yang sangat manis. Ara memang benar-benar gadis yang cantik.
"Dinda mana?" biasanya anak itu sudah duduk pagi seperti ini.
"Tadi ketoilet katanya," balas Adit seadanya sambil terus memperhatikan wajah Ara yang terlihat sangat menggemaskan.
"Ihhh Adit kamu kenapa sihh ngeliatin aku terusss??" kesal Ara karena dari tadi Adit tak berhenti memperhatikannya sampai wajahnya memerah.
"Makasihh!" ujarnya sangat tulus.
Ara mengerutkan kening menatap Adit dengan wajah penuh tanya nya.
"Kamu kenapa sihh?"
Bukannya mendapat jawaban Adit malah menarik tangan Ara membawanya ke taman belakang sekolah. Untung hari ini semua kelas free karena sebentar lagi akan ada acara pelepasan siswa kelas XII.
Adit mengajak Ara duduk dikursi yang sudah disediakan di taman. Adit menyandarkan kepalanya di bahu Ara. Jangan tanya bagaimana perasaan Ara sekarang, tentunya dia sangat bahagia jantungnya berpacu sangat cepat. Rasanya ada kupu-kupu yang terbang di perutnya.
Gadis itu sadar semakin dia bertambah usia dia semakin merasakan perasaan yang berbeda pada Adit. Akhir-akhir ini dia sadar dia tidak lagi melihat pria didepannya ini sebagai sahabat tapi melihatnya sebagai seorang pria ya sebagai seorang pria dewasa.
"Kamu kenapa sih tumben kayak gini?" Ara berusaha menghilangkan kegugupannya.
Adit berdeham sebentar sebelum membuka suara.
"Lo terbaik Ra," ujar Adit menatap dalam iris coklat terang itu.
"Lo hebat, kalo gak ada lo gue gak tau masih bisa meneruskan hidup atau gak karena masalah itu. Gue gak tau harus gimana intinya gue bener-bener berterima kasih sama lo, lo orang bikin hidup gue yang abu-abu menjadi berwarna."
KAMU SEDANG MEMBACA
Araselly
Teen Fiction(End) Revisi ~~~ Araselly Salsabela "Mencintaimu adalah keinginanku, dan memilikimu adalah dambaanku." Ganendra Aditya Putra "Kau telah pergi, dan lukanya membuat aku tidak bisa berjalan seperti dulu lagi." ~~~ 💙💙 Happy reading Jangan lupa mampir...