***
Dan kini jam istirahat pun tiba, Ara langsung menuju taman tanpa menghiraukan Adit dan Dinda yang memanggilnya, dia ingin secepatnya berbicara empat mata dengan Daisy.
Dua menit gadis itu menunggu akhirnya Daisy datang.
"Sorry kak gue telat!"
Ara tersenyum tipis. "Santai aja."
Setelahnya Ara yang tadi duduk di kursi taman pun berdiri. Dan kembali duduk lesehan dirumput dekat pohon. Daisy yang melihat itu pun langsung mengikuti kakak kelas yang berstatus sahabat pacarnya itu.
"Sorry! gara-gara aku ngajak kamu ngobrol kamu jadi gak istirahat."
Daisy tersenyum. "Gapapa kak, belum laper juga."
"Ohh iya btw kakak mau ngomong apa?" tanya Daisy yang sudah sangat penasaran.
Tadi saat Adit menghampirinya dan mengatakan bahwa Ara ingin berbicara empat mata dengannya sungguh dia benar-benar sangat penasaran. Dan juga sedikit canggung karena dia tidak terlalu dekat dengan sahabat Adit. Walau Ara sepertinya baik tidak seperti Dinda yang terang-terangan tidak menyukainya.
Ara menghela nafas pelan dan menatap Daisy. Didahi gadis itu masih ada perban kecil, bukti bahwa gadis itu benar-benar terluka kemarin.
"Daisy!" panggil Ara pelan.
Daisy mengerutkan keningnya.
Ara mengalihkan pandangan dari Daisy. Gadis itu menatap lurus kedepan.
"Aku cinta sama Adit."
Degg...
Daisy benar-benar terkejut mendengar kenyataan yang baru saja di dengarnya itu. Sungguh dia tidak menyangka Ara akan mengatakan hal ini, dia takut! sangat takut kalau Ara akan memintanya memutuskan hubungannya dengan Adit. Ya dia takut karena dia sadar kendali seorang Adit ada pada Ara.
"Aku gak tahu perasaan Adit sama aku gimana."
"Tapi- Daisy! kamu tahu?"
Daisy menatap Ara seakan bertanya, sedari tadi gadis bermata biru itu tidak mengeluarkan suara dengan perasaan yang tak karuan.
"Mungkin kalo aku minta dia buat tinggalin kamu, dia bakal tinggalin kamu."
Ara menatap dalam mata biru gadis di depannya ini yang terlihat berkaca-kaca mendengar ucapan Ara.
Ara benar. Daisy tahu bahwa Adit sangat memprioritaskan Ara, Ara adalah segalanya untuk Adit. Adit pasti meninggalkannya tanpa perlu berpikir panjang. Sungguh Daisy tidak sanggup untuk kehilangan pria yang dia cintainya.
"Kak?-"
"Aku sama Adit udah sahabatan dari kecil,"
Gadis cantik bermata coklat itu menatap Daisy dan mulai bercerita
"Adit itu cowok yang cuek. Super cuek sama sekitar. Waktu pertama kali aku ketemu sama dia entah kenapa aku tertarik buat kenal lebih dekat sama dia."
"Daisy kamu tahu? Adit yang dulu beda banget sama yang sekarang. Dia benar-benar dingin dan tak tersentuh. Aku selalu berusaha buat deketin dia karena aku ngerasa aku ngerasa kita sama-sama butuh, sampai akhirnya dia mulai nerima kehadiran aku."
Ara menjeda sejenak ucapannya.
"Dinginnya Adit sekarang belum seberapa sama dinginnya Adit yang dulu. Kamu tahu yang aku liat dari mata dia cuma pancaran luka. Mata Adit selalu natap orang dengan tajam, dia juga tempramen, dan kasar. Tapi, ternyata itu semua karena dia punya masa lalu kelam. Aku coba buat memahami dia, sampai akhirnya kita dekat. Dan kita sahabatan kayak sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Araselly
Teen Fiction(End) Revisi ~~~ Araselly Salsabela "Mencintaimu adalah keinginanku, dan memilikimu adalah dambaanku." Ganendra Aditya Putra "Kau telah pergi, dan lukanya membuat aku tidak bisa berjalan seperti dulu lagi." ~~~ 💙💙 Happy reading Jangan lupa mampir...