Lima puluh

438 23 4
                                    

***

Dinda menghapus dengan kasar air mata yang mengalir dipinya, gadis itu manatap Adit dengan tatapan penuh kebencian. Dinda berjalan menjauh dan mengambil dua gelas air dingin yang berada di meja kantin, entah gelas berisi air itu milik siapa. Dengan langkah angkuh dia menghampiri Adit dan Daisy.

Byurr..

Dinda menyiram satu gelas air tepat wajah Daisy membuat semua orang kaget termasuk Adit yang lambat mengetahui pergerakan Dinda itu. Adit menatap Dinda dengan tatapan tidak terima.

Sebelum Adit membuka suara Dinda langsung memotong ucapan yang hendak keluar dari mulut pria itu.

"Kenapa? mau protes? lo udah siram Ara padahal dia sama sekali gak salah. Jadi, gak salah kan kalo gue siram dia? biar semua impas."

"Eits wait! kayaknya masih ada yang kurang."

Byurr...

Satu gelas air yang tersisa ditangan Dinda di siramnya pula tepat di wajah Adit. Dinda tersenyum puas, gadis itu berjalan meletakkan dua gelas kosong diatas meja.

Adit tersentak kaget saat merasakan segelas jus dingin itu menerpa wajahnya. Dia mengusap air yang mengalir diwajahnya dengan tangan, dia menatap Dinda dengan marah. Tapi Dinda sama sekali tidak peduli, bahkan gadis itu masih berdiri angkuh dengan senyum mengejek. Menatap benci pada Adit dan Daisy.

"Ohh iya gimana rasanya? enak?" tanya Dinda.

"Lo apa-apaan sih?" marah Adit.

"Kak udah!" tahan Daisy.

"Dia udah kelewatan Diasy!" ujar Adit.

"Ohh jadi ini kelewatan? terus kalo yang ini udah kelewatan yang lo lakuin sama Ara tadi apa dong namanya?" tanya Dinda santai.

Adit terdiam tidak tahu harus mejawab apa. Dinda menatap Adit dengan sinis.

"Hanya karena Ara suka sama lo. Lo nyimpulin kalo dia bisa jadi kriminal kayak gini? haha otak lo dimana sih Dit? Ara cewek manja dan lemah kayak dia bisa nyakitin orang? lo berapa lama sih kenal sama dia sampe gak hafal sama sifatnya. Lo-ahh udahlah."

Dinda menghentikan sejenak ucapannya.

"Gak ada gunanya gue ngomong sama orang yang bahkan gak mau dengerin omongan gue! tapi satu hal yang harus lo ingat! lo akan menyesal Aditya!"

Dinda beralih menatap Daisy yang terlihat sedang menangis.

"Gak usah drama! drama lo gak mempan depan gue! gue heran lo tuh manusia atau bukan sampe lo tega nyakitin sesama jenis lo sendiri!"

"Kenapa lo setega itu sama Ara? dimana hati nurani lo? Ohh atau lo emang gak punya hati?"

Daisy menangis terisak mendengar perkataan Dinda, dia merasa bersalah pada Ara.

***

Setelah beberapa jam menunggu akhirnya dokter keluar dari ruangan Ara. Daddy yang memeluk Mommy yang menangis langsung berdiri menghampiri dokter untuk menanyakan bagaimana kondisi putrinya. Mereka semua berdiri menunggu kata yang akan keluar dari mulut dokter tersebut.

"Bagaimana keadaan putri saya dok?" tanya Daddy panik, pasalnya sudah berjam-jam Ara didalam sana.

"Kondisi pasien sangat buruk. Sekarang penyakit gagal ginjal yang di deritanya sudah mencapai stadium empat. Pasien memang sudah memilki gejala penyakit ini sedari kecil, maka dari itu dia memang harus benar-benar menjaga pola makan dan istirahatnya dengan baik. Yang terpenting pasien tidak boleh melewatkan cuci darah."

ArasellyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang