Tujuh

534 122 16
                                    


***

"Pagi mom, Dad!" Ara mencium pipi orang tuanya.

"Pagi sayang!" balas Mommy sedangkan Daddy hanya tersenyum.

"Ehh kamu gak mau nyapa abang gitu?" tanya Nico.

"Males," balas Ara cuek.

"Bener-bener lo Ra," saat Nico sudah menggunakan kata lo-gue Ara tau kalau dia benar-benar kesal.

"Pagi abangku yang ganteng, baik hati dan tidak sombong." Ara mencium pipi kiri Nico.

Daddy dan Mommy tersenyum melihat putra-putrinya saling menyayangi.

"Sekarang makan, abis ini berangkat bareng Daddy!" ucap Daddy.

Ara mengangguk dan segera menghabiskan sarapannya. Setelah berpamitan pada Stella, Adam dan Ara berangkat kesekolah. Sedangkan Nico pergi dengan motor kesayangannya.

"Ara sekolah dulu. Assalamualaikum Dad." Pamit Ara saat sudah sampai di gerbang sekolah.

"Jangan lupa jemput nanti!" Adam mengangguk sambil tersenyum.

***

Ara berjalan menuju kelas. Disana dia melihat Adit dan Dinda sedang tertawa bersama. Dia memutuskan untuk menghampiri keduanya dengan kepala menunduk.

"Maaf!" Ara berusaha memberanikan diri untuk minta maaf kepada Adit.

"Hurftt" Ara mengeluh kecil karena tak ada sahutan dari Adit. Ara semakin sedih mungkin Adit benar-benar kecewa padanya. Padahal ini hanya masalah kecil.

"Ehh Ra kemarin kenapa gak sekolah?" tanya Dinda berusaha mancairkan suasana.

"Itu, Kemarin Daddy dan Mommy baru pulang dari luar kota," balas Ara seadanya. Dinda mengangguk Singkat.

"Nanti jam istirahat gue mau ngomong sama lo!" muka Adit sangat biasa sehingga Ara tidak bisa menebak apakah Adit masih marah atau tidak.

"I-yaa," jawab Ara sedikit gugup.

Adit langsung menjauh membuat Ara berpikir bahwa Adit memang masih marah.

Melihat kerisauan di wajah sahabatnya Dinda pun berbica. "Lo kenapa? Masih mikirin Adit? tenang aja dia udah gak marah lagi kok."

"Aku takut Din. Ini pertama kalinya Adit marah sama aku. Aku tahu aku salah tapi aku cuman gak mau dia kenapa-napa aku gak mau dia berantem. Aku sayang sama dia Din aku gak mau dia terluka cuman karena masalah kecil." lirih Ara.

Dinda tersenyum dia mengerti betul perasaan sahabatnya ini. "Semua akan baik-baik aja. Kemarin dia lagi emosi. Gue yakin dia gak bermaksud buat bentak lo."

Ara mengangguk sambil tersenyum.

Setelah melewati beberapa jam pelajaran akhirnya jam istirahat tiba jam yang paling dinanti-nanti kan para siswa.

Adit berjalan menghampiri Ara dan Dinda. "Emm gue ikut ngantin sama Putri ya! bye guys." Dinda tahu Ara dan Adit membutuhkan waktu berdua.

Suasana yang sangat canggung bagi keduanya. Adit terlihat sangat biasa dan tidak bisa di tebak. Sedangkan Ara sudah tidak tenang dia takut Adit masih marah.

"Ayo!" ajak Adit. Ara pun mengikut saja.

Adit mengajak Ara ke taman samping sekolah. Tempat ini sangat cocok untuk berbica berdua.

Ara terkejut saat tiba-tiba Adit memeluknya.

"Sorry!" ucap Adit.

"Gue gak bermaksud buat bentak lo kemarin. Gue bener-bener minta maaf! gak seharusnya gue kasar sama lo. Gue gak bermaksud, gue cuma gak mau lo kenapa-napa Ra." Lirih Adit.

Ara masih diam tak bereaksi apapun dia masih sangat terkejut.

"Apa yang harus gue lakuin biar lo maafin gue hm?" ucap Adit lembut sambil menggenggam kedua tangan Ara.

"Aku minta maaf karena udah nutupin ini dari kamu!" ucap Ara akhirnya.

"Gue yang harusnya minta maaf. Gue udah bikin lo nangis. Tapi lo harus tahu, gue ngelakuin itu karena gak mau lo nanggung kesedihan sendiri, gue gak mau lo ketakutan karena ancaman Aldo. Dan gue ngebentak lo karena kesal. Gue lagi emosi banget dan gak bisa nahan diri, lo tahu sendiri kan gue tempramen banget," sesal Adit.

"Udah gak apa-apa ini cuman masalah kecil kok. Aku gak bilang sama kamu karena takut kamu bertengkar aku gak mau kamu kenapa-napa. Dan aku takut kalo kamu lagi emosi. Dan tentunya aku cuman gak mau kejadian dulu terulang lagi. " Ara tersenyum.

"Iya. Maafin gue!" ucap Adit bersungguh-sungguh. Ara mengangguk dan tersenyum hangat sekarang masalahnya sudah selesai.

"Jadi, kapan Mom dan Dad pulang?" Adit berusaha mencairkan suasana.

"Kemarin malam," jawab Ara.

"Yaudah kalo gitu nanti gue sama Dinda kerumah lo."

Keluarga Ara sudah seperti keluarganya. Jadi saat mendengar kepulangan  Daddy dan Mommy Adit sudah tidak sabar untuk kesana.

"Aku tunggu," jawab Ara tersenyum.

"Ayo ke kelas kasihan Dinda sendiri!" ajak Adit.

Mereka berjalan dengan bergandengan tangan. Banyak yang menatap Ara iri. Banyak yang ingin berada di posisi Ara dan Dinda. Adit termasuk cowok terpopuler di sekolah ini.

Saat sampai di kelas Ara dan Adit langsung menghampiri Dinda.

"Nah gini dong. Adem kan liatnya kalo sahabat gue akur gini." Dinda tersenyum lebar.

"Nanti pulang sekolah kamu ke rumahku ya! Mommy dan Daddy bawa banyak oleh-oleh," ajak Ara kepada Dinda.

"Wahh beneran? asik tuh Ra," ujar Dinda girang.

"Dit pokoknya kita harus kerumah Ara! sekalian gue juga mau kenalan sama bonyok Ara!" ajak Dinda pada Adit.

Adit tersenyum. "Iya-iya bawel."

"Ahh gue seneng bangett. Kalo perlu gue nginep dirumah lo Ra," ujar Dinda senang.

"Ide bagus tuh Din!" jawab Ara Antusias.

"Gue bingung sama Adit. Dia tuh sebenernya suka sama Ara atau Dinda sih?" heran Deni dengan sengaja mengeraskan suara agar Adit, Ara dan Dinda bisa mendengar.

"Orang ganteng mah bebass." sahut Rizky.

Adit hanya mengabaikan ucapan teman-teman sekelasnya. Sedangkan Ara dan Dinda menatap Adit penuh tanya. Adit pun mendesah pelan.

"Pliss kalian gak usah ikut sinting kayak mereka berdua!"

Ara dan Dinda sudah tertawa lepas. Adit bahagia karena dua orang yang dia sayangi bisa tertawa bahagia.

Ya, tentunya Adit sangat menyayangi kedua sahabatnya itu. Adit merasa punya kewajiban untuk menjaga dan melindugi Ara dan Dinda. Walau Dinda baru hadir dalam kehidupan nya tetapi entah mengapa dia merasa sangat nyaman dan percaya kepada Dinda. Maka, tanpa ragu dia menerima Dinda sebagai sahabatnya.

***

Sampai sini dulu ya guys maaf membosankan
See you next part:)
jangan lupa vote and komen:)

ArasellyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang