***
"Jangan pernah merasa sendiri Dinda! banyak yang menyayangi kamu disini!" ujar Mommy dengan senyumnya.
Dinda mengerutkan kening. "Maksud Mommy?"
"Nico sudah menceritakan semuanya pada Mommy."
Dinda terdiam berusaha mencerna kalimat yang baru saja di ucapkan oleh Mommy.
"Mommy tau ini sangat berat untuk kamu. Apa lagi kamu masih remaja belum dewasa pikiran kamu pasti sangat kacau dan hancur."
Mommy memperhatikan Dinda yang tetap diam, gadis itu tak bergeming sedikit pun.
"Dinda! Mommy tau perceraian itu adalah mimpi buruk untuk setiap anak. Mommy sangat mengerti bagaimana perasaan kamu."
"Bukan hanya kamu yang terluka Dinda. Orang tua kamu juga pasti merasa sangat berat. Setelah sekian lama bersama akhirnya mereka harus berpisah, dan mengorbankan putri mereka sendiri, membuat mimpi buruk dalam hidup putri kecil yang mereka sanyangi. Tapi mereka bisa apa sayang? disatu sisi mereka merasa rumah tangga mereka sudah tidak bisa dipertahankan, tapi disisi lain mereka memikirkan kamu, memikirkan bagaimana hancurnya kamu jika perceraian itu benar terjadi."
"Tapi Mom mereka bahkan sama sekali gak mikirin perasaan aku!" lirih Dinda.
"Kamu salah Dinda orang tua mu juga merasa sakit membayangkan betapa terlukanya kamu sekarang. Betapa terlukanya putri yang sedari dulu mereka usahakan untuk selalu tersenyum."
"Bahkan mereka sama sekali gak cari aku. Aku udah pergi berhari-hari tapi apa pernah mereka nelpon aku untuk sekedar nanyain kabar aku? Gak Mom, gak sama sekali! disini aku ngerasa kalau aku emang gak pernah penting di mata mereka." Air mata yang sedari tadi dia tahan akhirnya tidak dapat dibendung lagi gadis itu menangis dengan pilu.
"Mereka mengerti kalau kamu butuh waktu, lagi pula Nico sudah datang kerumah mu dan memberitahu bahwa kamu baik-baik saja disini."
Melihat Dinda diam Mommy kembali berbicara.
"Dinda mereka pasti sangat merasa bersalah sekarang. Kalau menurut kamu mereka egois karena hanya mementingkan kebahagiaan mereka sendiri mungkin saja kamu salah Dinda!"
Mommy menjeda sejenak ucapannya.
"Karena walaupun pada akhirnya mereka memutuskan untuk kembali bersama demi kebahagiaan kamu. Semua akan terasa berbeda sayang. Semua gak akan sama kayak dulu, mereka pasti akan merasa canggung satu sama lain! mereka pasti berjarak dan lagi-lagi mereka melukai perasaan kamu. Ujung-ujung nya mereka akan kembali membuatmu terluka."
Dinda masih saja menangis mendengar satu demi satu kata yang keluar dari mulut Mommy.
"Mommy mengerti kalau kamu masih kecewa tapi jangan egois sayang, biarkan mereka menemukan kebahagiaan mereka sendiri! percerain bukan berarti membuat kamu kehilangan sosok orang tua, saat dewasa nanti Mommy yakin kamu pasti akan mengerti."
Mommy mengahapus air mata yang mengalir dipipi Dinda dengan lembut dan penuh kasih sayang.
"Ini memang berat tapi anggap saja ini adalah proses untuk kamu mendewasakan diri. Jangan seperti ini! jangan membenci mereka, jangan buat mereka semakin berat sayang, dan jangan buat mereka berada dia fase yang membuat mereka tidak nyaman!" ujar Mommy dengan senyum menenangkan.
"Boleh Dinda peluk Mommy?" tanya Dinda.
"Tentu saja."
"Makasih Mom!" ujar Dinda tulus dengan air mata yang terus mengalir.
"Bahkan Mommy tidak melakukan apa-apa."
Dinda melepaskan pelukannya dan menatap Mommy, "Mommy udah bikin pikiran aku terbuka dan buat aku jadi lebih kuat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Araselly
Teen Fiction(End) Revisi ~~~ Araselly Salsabela "Mencintaimu adalah keinginanku, dan memilikimu adalah dambaanku." Ganendra Aditya Putra "Kau telah pergi, dan lukanya membuat aku tidak bisa berjalan seperti dulu lagi." ~~~ 💙💙 Happy reading Jangan lupa mampir...