Dua puluh sembilan

231 19 6
                                    

***

Setelah membereskan kekacauan di dapur Adit menghampiri Ara dan Dinda yang sedang asik berbincang di sofa, sesekali kedua gadis itu tertawa bersama, tanpa sadar bibir pria itu tertarik keatas melengkung sebuah senyuman.

"Mom, Dad!" Panggil Ara saat melihat orang tuanya pulang. Gadis itu langsung menghampiri Daddy dan Mommy nya.

"Miss you!" ucap Ara.

Mommy langsung membawa putri bungsunya itu kedalam pelukan dan mengecup singkat kening Ara.

"Manja banget putri Mommy ini hm. Gak malu sama Adit dan Dinda?"

Ara hanya menggelengkan kepalanya polos, terlihat sangat menggemaskan.

"Ini! Daddy mau bersih-bersih dulu!" ujar Daddy sambil memberikan dua susu kotak pada Ara.

Gadis itu langsung tersenyum senang dan mengecup singkat pipi Daddynya. Setelah itu Daddy langsung masuk kekamar.

"Assalamualaikum!" ujar Nico yang baru saja pulang dan langsung menyalami Mommynya, tak lupa juga mengcup singkat pipi Mommy dan adiknya.

"Nico kenapa baru pulang?" tanya Mommy.

"Biasa Mom banyak tugas," ujar Nico seadanya.

"Sudah makan?"

Nico menggelengkan kepalanya, "Gak sempat Mom."

"Sayang jangan lewatkan makan seperti itu kamu bisa sakit nanti. Jangan di ulangi lagi! jangan sampai tugas-tugas mu membuat kamu melupakan makan mu," pesan Mommy.

"Iya Mom sorry!"

"Mommm!" rengek Ara manja.

Semua yang ada diruangan itu menatap bingung kearah gadis yang merengek itu.

"Kenapa sayang?"

"Kok Mommy cuma tanya abang aja? kok Ara gak di tanya?" ujar gadis itu cemberut.

Mereka semua terkekeh kecil melihat Ara yang sedang merajuk hanya karena hal sepele.

"Ahh, sudah-sudah Mommy tadi sudah pesan makanan kalian siap-siap di meja makan kita makan bersama! Mommy bersih-bersih sebentar dan sekalian memanggil Daddy," ujar Mommy lalu berjalan kekamar. Sebelum pergi wanita paruh baya itu menyempatkan diri mengecup pipi putrinya.

Adit dan Nico tersenyum melihatnya, berbeda dengan gadis yang sedari tadi memperhatikan interaksi antara Ayah, Ibu, dan anak itu dengan tatapan sendu. Dan Nico bisa melihat hal itu dengan jelas, pria itu mengepalkan tanganya.

Nico bodohh! dia merasa bersalah kepada Dinda, gadis itu pasti kembali terluka sekarang, meski selalu terlihat senang tapi Nico tau bahwa Dinda menyimpan luka dihatinya.
Dan sekarang dengan tidak tahu dirinya dia malah bersikap seakan memamerkan keharmonisan keluarganya didepan Dinda.

"Manja banget hmm?" ujar Adit pada Ara.

"Biarin wlee!"

"Yaudah yuk duluan ke meja makan!" ajak Dinda dan langsung diangguki oleh Adit dan Ara.

"Abang! ngapain ngelamun disitu?" heran Ara sambil menepuk pelan punggung Nico.

"Ehh? abang mau bersih-bersih bentar kalian duluan aja!" ujar Nico langsung berjalan kekamar.

Ara mengerutkan keningnya merasa aneh dengan tingkah Nico.

"Menurut kalian bang Nico aneh gak sih?" tanya Ara pada Adit dan Dinda.

Mereka berdua hanya mengangkat bahu acuh tanda tak tahu, Ara mendengus melihat respon kedua sahabatnya itu dan langsung berjalan ke meja makan.

***

ArasellyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang