***
Ini adalah hari ke empat orang tua Ara pergi keluar kota. Sekarang dirumah hanya ada Ara dan Nico, kadang-kadang juga Dinda menginap. Ara rasanya sangat merindukan Daddy dan Mommynya. Beruntung walaupun orang tuanya sedang sibuk tapi mereka selalu menyempatkan diri untuk vidio call dengan Ara dan Nico bahkan setiap malam, seperti sekarang ini.
"Mom kapan pulang?"tanya Ara sambil memandangi layar laptop.
"Sabar ya sayang! Mom akan usahakan cepat pulang!" ujar Mommy di sebrang sana.
"Ara kangen masa," rengek Ara lagi.
Nico hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Ara yang sangat manja.
"Kalau kamu memang sudah rindu Daddy bisa menyuruh Mommy pulang. Biar Daddy sendiri yang menyelesaikan pekerjaan disini," ujar Daddy.
Bagaimana pun Daddy tidak ingin anak
nya kehilangan kasih sayang, dia tidak ingin kalau pekerjaan nya membuat anak nya kesepian."Gak usah Dad kita baik kok disini," bukan Ara yang menjawab tapi Nico.
"Sayang benar kata Daddy. Mau bagaimana pun kalian berdua tetap prioritas utama Daddy dan Mommy."
***
Setelah perbincangan panjang semalam akhirnya Ara dan Nico memutuskan membiarkan orang tuanya menyelesaikan pekerjaannya. Mereka mengerti orang tuanya melakukan itu karena demi kepentingan sendiri.
Masalah Adit sampai sekarang Ara belum mendengar kabar dari Dinda kalau pria itu sudah mengungkapkan perasaannya pada Dinda. Ara tentu saja senang mendegar itu, maka kesempatannya untuk menarik hati Adit semakin besar.
"Ara berangkat," ujar Ara pada Nico saat sudah sampai di depan sekolah nya. Tak lupa juga dia mengecup pipi kiri Nico.
"Nanti abang jemput!" Nico mengelus pelan kepala adiknya. Adik yang sangat dia sayangi, adik yang sangat manja dan menggemaskan. Kadang Nico rasanya sangat sibuk dan lelah tapi dia tidak pernah absen menjemput adiknya kecuali benar-benar ada hal darurat.
***
Seperti biasa Ara berjalan santai menuju kelas. Saat sampai di kelas Ara belum mememukan kedua sahabatnya tumben pikirnya. Karena biasanya Adit dan Dinda sudah sampai jam segini, karena pada dasarnya mereka memang selalu datang pagi.
Ara duduk dikursinya tak lama Ara melihat Adit masuk ke kelas dengan muka datar. Ada apa dengan Adit? dan dimana Dinda? Ara tidak menemukan keberadaan Dinda padahal sekarang sudah hampir jam masuk.
"Adit!" panggil Ara pada Adit yang sedang duduk di kursinya dan disebelah pria itu ada Deni.
Adit tetap diam membuat Ara semakin dibuat bingung. Kenapa Adit tidak menjawab panggilan nya? apakah Adit marah? tapi karena apa. Rasanya otak Ara benar-benar pusing memikirkan nya. Kenapa Adit menjadi seperti knj
"Adit! kamu kenapa?" tanya Ara. Deni yang mengerti pun segera menjauh dari Adit dan Ara.
"Heyy! Dinda mana? kok kamu sendiri?" tanya Ara lagi.
"Gue gak tau." Adit menjawab dengan nada dingin.
"Kok bisa? bukannya kalian selalu berangkat bareng?"
"Ra mending lo diem! gue lagi pusing!" ujar Adit.
Pria itu tanpa sadar sedikit meninggikan nada suaranya. Sungguh pikirannya benar-benar kacau sekarang, hatinya sakit menerima kenyataan yang baru di dengarnya.
Ara tensentak! kenapa Adit jadi seperti ini, pikiran Ara melayang jauh memikirkan kalau Adit sudah tahu mengenai perasaannya dan sekarang pria itu ingin menjauh darinya. Jika itu benar Ara bahkan tidak bisa membayangkan apa yang harus dia lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Araselly
Teen Fiction(End) Revisi ~~~ Araselly Salsabela "Mencintaimu adalah keinginanku, dan memilikimu adalah dambaanku." Ganendra Aditya Putra "Kau telah pergi, dan lukanya membuat aku tidak bisa berjalan seperti dulu lagi." ~~~ 💙💙 Happy reading Jangan lupa mampir...