***Saat istirahat mereka kekantin bersama Deni, Dito, dan juga Rizky. Mereka bertiga memaksa ingin bergabung, Dinda sedari tadi menggerutu kesal dia tidak ingin mereka ikut.
"Ishhh ngapain sih kalian? pergi pergi!" usir Dinda.
"Yaelah Din sewot amat Ara aja gak keberatan. Ya kan Ra?" jawab Rizky.
Ara mengangguk dan tersenyum tipis. "Gak apa-apa Din biar rame,"
"Serah." jawab Dinda acuh.
***
Saat sampai di kantin seperti biasa sangat padat. Mata mereka melihat kesana kemari mencari tempat duduk sampai akhirnya ada tempat di pojok.
"Sana tuh pojok ada," ujar Deni.
Semua mata tertuju pada meja di pojok yang lain mengangguk setuju.
Mereka semua duduk sedangkan Dito dan Rizky memesan makanan.Hening dan ada yang bersuara. Sampai tiba-tiba ada seseorang yang menghampiri meja mereka. Kakak kelas. Yaa, lagi lagi kakak kelas yang tadi pagi menyapa Adit.
"Hai Dit, boleh gabung?" tanya cewek yang entah siapa nama nya itu.
"Dihh gak tahu malu banget," ketus Dinda.
Ara tersenyum tipis Dinda memang seberani itu.
"Tempatnya udah penuh," ketus Dinda.
"Nihh mbak pesanannya selamat menikmati!" ujar Dito seolah menjadi pelayan.
"Lo liat kan udah penuh. Sebaiknya lo pergi dari sini!"
Kakak kelas itu terlihat marah karena ucapan Dinda harga dirinya terasa terinjak-injak benar-benar berani pikirnya. Akhirnya dia pergi nanti dia akan memberi perhitungan kepada adik kelas kurang ajar itu.
"Lain kali gak usah di ladenin!" beritahu Adit.
"Iya Din. Terus kenapa sih kamu keliatannya benci banget sama kakak kelas itu? padahalkan dia gak ngapa-ngapain kamu," ujar Ara.
"Gak suka aja caper," balas Dinda cuek.
"Makan guys makan bukan debat!" ujar Deni.
Akhirnya selesai.
"Karena kalian maksa buat makan bareng kita, Kalian yang bayar!" setelah mengatakan itu Dinda langsung pergi.
"Gue duluan Bro!" ujar Adit langsung menyusul Dinda.
"Raa!" Rizky memanggil Ara berharap Ara akan membantunya. Karena Ara terkenal dengan sifat baik hati nya.
"Emm Sorry guys aku ada urusan. Jadi aku pergi dulu byee!" Ara berlari menjauh.
Mereka bertiga mengumpati Dinda, Adit dan Ara. Kalau tahu seperti ini lebih baik tidak usah bergabung pikirnya.
***
"Sialan lo!" umpat Dito saat sudah sampai di kelas.
"Nyesel gue!" tambah Deni.
"Tega banget kalian manfaatin kita," kali ini Rizky yang berbicara.
Adit hanya tersenyum tipis, begitu juga dengan Ara dia terkekeh kecil telihat sangat cantik menggemaskan sekali gadis dengan mata coklat terang itu. Sedangkan Dinda jangan di tanya lagi bisa-bisa nya cewek itu hanya menunjukkan muka datarnya.
"Siapa yang mau gabung?"
"Siapa yang maksa ikut?"
"Jadi yang salah siapa hm?"
Ucapan ketiganya membuat mereka bungkam.
"Tapi gak gini juga kali! bisa gak makan satu minggu gue!" ujar Rizky dengan muka yang dibuat sesedih mungkin.
"Drama!" cebir Adit dan Dinda barengan.
Sedangkan Ara yang tadinya tertawa seketika menghentikan tawanya.
"Emang kamu miskin banget ya Rizky?" tanya Ara dengan wajah polosnya. Wajah polosnya itu loh benar-benar sangat menggemaskan. Rizky melongo. Sedangkan yang lain sudah tertawa.
"Ini deh aku ganti! aku kasian sama kamu kayaknya kamu bener-bener gak punya uang," ujar Ara sambil merogoh saku kemeja nya.
"Gak! gak butuh guee! gue gak semiskin itu kali Ra," yang lain sudah tertawa.
Ara terkekeh kecil karena berhasil mengerjai Rizky.
"Udah-udah kasian Ra!" ujar Deni dengan senyum mengejek.
"Bully aja teross!"
Satu kelas kembali tertawa.
***
Akhirnya jam pulang sekolah tiba Ara, Adit dan Dinda berjalan beriringan menuju parkiran seperti biasa. Berbeda dari hari-hari sebelumnya Nico sudah stand by di depan gerbang.
"Tumben abang cepet," ujar Ara dengan bingung.
"Mumpung lagi Free apa salahnya," balasnya santai.
"Wahh Ra kayaknya abang lo emang udah suka sama gue," mereka mengerutkan kening. "Iya. sampe jemput lo lebih awal karena udah gak sabar buat ketemu gue," ujar Dinda dengan senyum tipisnya.
"Duhh maklumin aja bang anaknya emang agak gak waras." Adit menarik tangan Dinda. "Misi bang kita duluan ya! bye Ra hati-hati!"
"WOY ADIT GUE BELUM PAMITAN SAMA BANG NICO!" teriak Dinda nyaring dan Alhasil sekarang mereka menjadi pusat perhatian.
Dinda menunduk malu dia berjalan cepat menuju mobil Adit.
"Gilaaaa maluuu bangettt huaaaa!" jerit Dinda setelah didalam mobil Adit.
"Ngapain lo kesini? gue gak nawarin lo buat pulang bareng ya?"
Dinda langsung keluar dari mobil Adit. Tanpa memperdulikan banyak yang memperhatikannya karena teriakan nya tadi, dia menghampiri Nico dan Ara.
"Ra nebeng ya!" ujar Dinda dengan muka memelas.
"Emang Adit kenapa Din?" heran Ara.
"Lo mau ngajak atau gak sih?" kesal Dinda.
Ara tertawa kecil.
"Anterin Dinda dulu bang!" ujar Ara kepada Nico. Nico hanya mengangguk.
"Rumah lo dimana?" tanya Nico saat sudah menjalankan mobil.
"Rumah kita kan sama."
Cittt.......
Nico mengerem mobil mendadak terkejut dengan ucapan Dinda.
"Awww...." ringis Ara karena terbentur Dashboard.
"Abang apa-apaan sih?" kesal Ara gadis itu mengcutkan bibirnya lucu sungguh rasanya Nico tidak tahan ingin tertawa adik kecilnya ini benar-benar sangat menggemaskan.
"Sorry!" ucap Nico lembut.
"Abang kaget karena ucapan temanmu yang gila itu," ujar Nico sambil melirik Dinda yang duduk dengan santai.
"Dinn!"
"Apaan Ra tadi gue cuman bilang rumah kita kan sama. Maksud gue itu gue mau kerumah lo dulu, abang lo aja yang mikirnya jauh," ujar Dinda terkekeh.
"Dasar sinting" kesal Nico.
"Abang udah ihhh!" kesal Ara.
"Sekarang jalan!"
"Maaf buat ini!" Nico mengelus kening Ara yang memerah akibatnya. Sebelum akhirnya menjalankan mobil.
Ara tersenyum senang abang nya memang sangat penyayang. Sedangkan Dinda tersenyum miris. 'Kasih sayang? perhatian? bisakah dia memiliki itu dari orang terdekatnya.' memikirkannya membuatnya sedih.
'Ngapain gue jadi baperan sih? pasti ketularan Ara.' batin Dinda.
***
Huaaa Gimana guys part ini?
Maaf membosankan wkw
Dan terima kasih buat yang sudah baca:)
Jangan lupa buat vote and komen:)
support terus cerita ini guyss:)
See you next part:)Btw ada ga sih yang nungguin cerita ini up?:(
KAMU SEDANG MEMBACA
Araselly
Teen Fiction(End) Revisi ~~~ Araselly Salsabela "Mencintaimu adalah keinginanku, dan memilikimu adalah dambaanku." Ganendra Aditya Putra "Kau telah pergi, dan lukanya membuat aku tidak bisa berjalan seperti dulu lagi." ~~~ 💙💙 Happy reading Jangan lupa mampir...