Enam

543 142 15
                                    

***

Sekarang Adit dan Dinda sedang berada di Uks. Dinda mengobati luka Adit dengan telaten. Tak lama ingatan Dinda jatuh kepada Ara, kemana Ara kemana sahabatnya itu?

"Ya ampun Dit Ara kemana ya?" Dinda sangat panik sekarang karena ingin menyadarkan Adit dia sampai lupa kalau Ara sudah pergi.

Adit sangat panik pasti Ara sedang menangis sekarang dia pasti terluka karena perkataannya.

"Ayo kita harus cari Ara!" ajak Adit sambil menarik pergelangan tangan Dinda.

Mereka mencari kekelas beruntung hari ini guru sedang rapat jadi mereka bisa dengan mudah berkeliaran tanpa harus takut ketahuan.

"Lo liat Ara?" tanya Adit pada Deni.

"Wahh bro habis berantem dimana lo sampe muka bonyok gitu?" tanya dijawab dengan tanya.

Adit sudah menatap Deni tajam. Dia tidak sedang bercanda sekarang.

"Ahh, emm gue belum liat dia abis istirahat," jawab Deni akhirnya.

Mendengar jawaban Deni Adit mengacak rambutnya frustasi, setelahnya Adit dan Dinda pun berkeliling sekolah untuk mencari Ara. Tapi hasilnya nihil Ara sama sekali tidak di temukan.

"Gimana ini Dit gue takut Ara kenapa-napa di lagi gak baik sekarang," ucap Dinda frustasi.

"Ini semua salah gue Din. Ini salah gue, harusnya gue gak ngomong gitu tadi, harusnya gue bisa nahan emosi gue," ucap Adit penuh dengan penyesalan.

Dinda memegang tangan Adit, dia tersenyum hangat. "Berhenti nyalahin diri sendiri! ya walau gue akuin lo emang nyebelin tadi. Tapi gue tau lo gak bermaksud buat ngebentak Ara. Lo cuman terlalu sayang sama dia dan gak mau dia kenapa-napa."

"Maafin gue!" ucap Adit bersungguh-sungguh.

"Minta maaf sama Ara!" ujar Dinda masih dengan senyumnya.

"Besok gue bakal minta maaf sama Ara," melihat wajah bingung Dinda Adit pun tertawa singkat.

"Gue yakin kalo gue samperin sekarang dia gak bakal nerima penjelasan gue. Pastinya dia lagi kecewa banget. Jadi gue bakal minta maaf besok di sekolah."

Dinda hanya mengangguk.

***

Ara berlari keluar sekolah lewat pagar belakang air matanya tidak berhenti keluar. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa Adit akan sekasar ini. Dari kecil dia bersahabat Adit selalu lembut kepadanya.

Ara terus berjalan tak tahu arah. Sambil menangis sepanjang perjalanan dia abaikan pandangan orang-orang terhadapnya. Dia benar-benar sedih sekarang, Adit sahabat kecilnya yang selalu bersikap lembut bisa jadi sekasar ini sekarang.

Seketika terlintas di kepalanya kenangan masa kecilnya dengan Adit. Adit tidak pernah membiarkan dia menangis tapi apa sekarang bahkan Adit menjadi penyebab Ara menangis.

'Udah jam empat sebaiknya aku pulang.' batin Ara setelah lebih tenang.

Saat sampai dirumah bersyukur Nico belum pulang jadi dia tidak perlu menjawab pertanyaan abangnya saat melihat keadaannya yang benar-benar berantakan.

***

"Raa!" Panggil Nico saat dia baru pulang. Biasanya Ara pasti sedang menunggu tapi kenapa sekarang sangat sepi.

Toktok..tok..

Nico mengetuk pintu kamar Ara. Karena tak ada jawaban akhirnya Nico memutuskan untuk masuk ke kamar Ara untung saja dia punya kunci cadangan.

Nico terkejut melihat Ara sedang menangis di kamar.

"Kamu kenapa Ra?" tanya Nico khawatir.

Merasa tidak bisa menutupi masalahnya Ara pun menceritakan dari awal sampai Akhir.

"Kenapaa.. Aditt.. Tegaa banget bang hikss..." Ara menangis di pelukan Nico.

"Heyy! denger abang! Adit gak jahat sama kamu dia cuman takut kamu kenapa-napa dia gak mau ngeliat kamu nangis, caranya memang salah karena udah ngebentak kamu, tapi mungkin dia lagi emosi. Kamu tahu betul kan gimana sayangnya Adit sama kamu?" jelas Nico panjang, dia memang marah karena Adit membentak adiknya tapi setelah dia pikir Adit hanya tidak ingin Ara terluka. Meskipun tetap saja caranya salah.

"Sekarang kamu tidur! kasihan mata kamu, hari ini matamu memproduksi air mata lebih banyak dari biasanya, pasti dia lelah," ucap Nico sambil mengelus kepala Ara.

Ara terkekeh kecil karena perkataan Nico.

"Nah gitu dong ketawa ini baru adek abang."

"Selamat malam bang, and thank you brother is really the best," ucap Ara tulus.

"Malam juga." Nico mengecup singkat puncuk kepala Ara sebelum keluar kamar.

***

Pagi ini Ara terkejut saat tiba dimeja makan karena ada Daddy dan Mommy nya. Ara langsung berhambur kepelukan Daddy dan Mommy nya.

"Miss you sayang," ucap Daddy sambil mencium kedua pipi Ara begitupun dengan Mommy.

"Miss you too Dad, Mom. Kapan pulang? kenapa gak ngabarin Ara?" tanya Ara.

"Sebaiknya kamu makan dulu sayang!! sudah dari semalam. Dan Mommy sudah mengabari abang mu kemarin kalau Mommy dan Daddy akan pulang," ucap Mommy.

"Ihh abang sama sekali gak ngasih tau Ara Mom," jawab Ara kesal kalau dia tahu Mommy dan Daddy nya akan pulang dia pasti akan menunggu semalam.

"Sorry abang lupa," ujar Nico dengan cengirannya.

"Dasar," cebir Ara.

"Udah-udah mending sekarang kamu makan nanti telat keselolah!" ucap Daddy.

"Ara gak sekolah aja deh hari ini. Ara mau ngabisin waktu sama Mom dan Dad," ucap Ara sambil tersenyum.

"Nico juga setuju sama Ara," sahut Nico.

"Kita bisa menghabiskan waktu nanti sayang! kamu harus sekolah dan Nico harus kuliah!" Daddy tidak menyetujui keinginan dua anaknya.

"Bolos sekali doang gak apa-apa kali Dad," Ara mengangguk menyetujui perkataan Nico.

"Tapp-" belum sempat Daddy menyelesaikan ucapannya Ara sudah memotong.

"Dad Please!" Ara memohon.

Daddy masih mempertimbangkan permintaan kedua anaknya tiba-tiba Mommy yang dari tadi diam akhirnya berbicara.

"Turuti saja keinginan anakmu! lagi pula aku juga sudah sangat rindu untuk berkumpul dengan putra putriku ini! apa kamu tidak rindu?" ujar Mommy pada Daddy.

Daddy menghela nafas pasrah. "Baiklah. Tiga lawan satu Daddy bisa apa coba?"

"Yeayy sayangg Daddy." Ara mencium pipi Daddy.

"Sekarang ayo kalian siap-siap! Mommy dan Daddy sudah tidak sabar untuk jalan-jalan dengan kalian." ucap Mommy.

"Siap bos." Ara bergegas menganti baju begitupun dengan Nico.

Seharian Ara dan keluarga nya menghabiskan waktu berjalan-jalan sekarang mereka sudah pulang dan langsung beristirahat.

Ara sangat bahagia hari ini. Sejenak dia melupakan masalahnya dengan Adit. Tetapi besok dia akan meminta maaf pada Adit. Dia tidak mau kehilangan sahabat yang selama ini selalu bersamanya.

***

Gimana part ini guys wkwk semoga aja kalian suka wkwk
See you next part:)
Jangan lupa Vote and komen:)

ArasellyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang