***
Sudah hampir jam masuk tapi Ara belum juga kembali. Adit mondar-mandir di depan kelas membuat teman sekelasnya menatapnya bingung.
Adit sibuk dengan pikirannya tentang apa yang akan Ara bicarakan pada Daisy. Jujur saja Adit sedikit takut Ara berkata yang tidak-tidak pada Daisy, gadis yang dari awal dia manfaatkan tetapi lama-kelamaan mulai mengisi hatinya.
Dilain sisi Adit juga memikirkan kesehatan Ara. Ara baru saja sembuh dari sakit dan sekarang jam istirahat sudah hampir habis tapi Ara belum juga kembali. Gadis itu pasti belum memakan apa-apa, Adit takut sahabatnya itu akan kembali drop. Aarrgghh memikirkan kedua gadis itu membuat Adit pusing.
"Ngapain lo mondar-mandir gak jelas?" sentak seseorang membuyarkan lamunan Adit.
Adit tak menghiraukan pertanyaan Deni. Pria itu fokus pada pikirannya, baginya melayani pertanyaan tidak penting Deni hanya membuang waktu.
"Yaelah ni bocah di ajak ngomong juga," kesal Deni karena tak mendapat tanggapan dari Adit.
Dan jam masuk pun tiba membuat Adit semakin memikirkan Ara dan Daisy yang belum juga kembali. Seluruh teman sekelasnya masuk kedalam kelas dan tak lama Aldi selaku ketua kelas menyampaikan bahwa guru yang sedang mengajar berhalangan hadir, dan itu artinya kelas mereka sekarang free.
Adit langsung bergegas untuk mengahampiri Ara. Sungguh sekarang dia tidak lagi takut akan keadaan Daisy tapi lebih takut kalau Ara kenapa-napa. Seketika pikiran buruk menghantui Adit. Apakah Ara kembali kelelahan dan berujung drop. Memikirkan Ara yang kesakitan membuat Adit menggerang frustasi, langsung saja pria itu keluar kelas.
Adit sama sekali tidak menghiraukan teriakan Aldi karena dia langsung keluar kelas tanpa bicara. Dia juga mendengar Dinda berteriak tapi sama sekali tidak dihiraukannya. Yang dipikirannya sekarang hanya memastikan bahwa kondisi Ara-nya baik-baik saja.
***
Dari kejauhan Adit melihat Ara menangis sesenggukan begitu juga dengan Daisy. Seketika Adit langsung dilanda panik dan mempercepat langkahnya menghampiri kedua gadis itu. Tapi baru saja Adit ingin menghampiri keduanya Adit mendengar kalimat yang membuat emosinya seketika naik.
"Putusin Adit sekarang Daisy! Aku cinta sama dia. Aku yang lebih dulu kenal sama dia. Aku gak mau tahu pokoknya kamu harus tinggalin Adit buat aku! aku butuh Adit."
Adit menggelengkan kepalanya tidak percaya pria itu benar-benar tidak menyangka bahwa Ara mencintainya. Jadi selama ini secara tidak langsung dia sudah menyakiti sahabat kecilnya.
Tapi kalimat yang Ara sampaikan membuat Adit benar-benar tidak menyangka akan keegoisan gadis itu. Kalimat yang membuat emosinya seketika naik. Adit melihat Daisy langsung menangis sesak mendengar permintaan egois Ara.
Sama sekali tidak pernah tepikir dalam benak Adit sahabat yang mati-matian dia prioritas kan melebihi pacarnya sendiri bisa berbicara segois itu.
Kenapa sahabat kecilnya tega ingin mengahancurkan hubungannya dan Daisy. Padahal Ara tahu Adit baru saja merasakan kebahagiaan, tapi kenapa malah dengan teganya Ara menyuruh Daisy meninggalkannya.
"Kenapa lo egois banget Ra?" entah sadar atau tidak Adit sudah membentak Ara.
Adit dapat melihat tatapan keget dari kedua gadis itu.
"Adit!" lirih Ara dan Daisy bersamaan.
"Lo punya otak gak sih?"
Gadis itu tersentak tubuhnya gemetar karena bentakan Adit. Apa lagi sekarang kondisi fisiknya sedang tidak baik, kepala Ara rasanya sudah sangat pusing, nafasnya pun mulai sesak. Ara menghela nafas berkali-kali berharap nafasnya bisa kembali teratur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Araselly
Teen Fiction(End) Revisi ~~~ Araselly Salsabela "Mencintaimu adalah keinginanku, dan memilikimu adalah dambaanku." Ganendra Aditya Putra "Kau telah pergi, dan lukanya membuat aku tidak bisa berjalan seperti dulu lagi." ~~~ 💙💙 Happy reading Jangan lupa mampir...