***
Ara dan Dinda duduk ditaman samping rumah Ara. Rencananya Dinda akan pulang sore sangat malas dirumah apa lagi besok weekend. Mungkin dia akan menginap lagi dirumah Ara.
"Lo mau gue anter sekarang?"
Sebuah suara mengagetkan Ara dan Dinda, ternyata Nico.
"Abang ngusir?" tanya di jawab tanya.
"Bukan gitu gue mau pergi jadi sekalian aja," jawab Nico.
"Ishh abang kalo mau pergi ya pergi aja Ara masih mau ngobrol sama Dinda!" usir Ara.
"Yaudah terserah!" Nico pun berjalan menjauh.
"Ehh Din btw kapan kamu mau jalan sama Adit?" tanya Ara.
"Kalo besok aja gimana?" tambahnya lagi.
"Ide bagus tuh Ra, gue gak sabar buat bikin dia bangkrut." Dinda tersenyum licik.
"Aku boleh ikut?"
Pertanyaan itu terdengar sangat hati-hati. Rasanya Dinda ingin tertawa sekarang tapi dia tahan.
"Emm gimana ya Ra? soalnya gue cuman mau berdua sama Adit," ujar Dinda dengan muka serius.
Ara menunduk sedih sebelum akhirnya kembali membuka suara.
"Yaudah gapapa ini mungkin waktu buat kalian berdua."
"Hahaha." tiba-tiba Dinda tertawa, Ara mengerutkan kening.
"Gue becanda, ayo kita buat Adit miskin dalam satu hari!" ajak Dinda dengan senyum liciknya.
Ara terkekeh kecil sebelum akhirnya mengangguk.
"Lagi ngegibahin gue kan lo!"
Ara dan Dinda menoleh kaget.
"Adit ngapain kamu kesini?" tanya Ara.
"Emang gue gak boleh gitu kerumah sahabat gue sendiri?" ujar Adit dengan senyumnya.
Seperti biasa pria itu bisa berubah menjadi sangat hangat saat bersama dengan gadis cantik dengan iris coklat terang itu.
"Sini!" ujar Ara menepuk sisi kosong disebelahnya.
"Ehh ehhh ngapain lo pergi sana!" usir Dinda.
"Lo siapa?" Adit menaikkan sebelah alisnya.
Ara menggelengkan kepala melihat tingkah keduanya. "Adit kamu mah jangan cari masalah dong!"
Adit malah terkekeh kecil. "Gila lo!" ketus Dinda.
"Adittt!!" kesal Ara.
"Iya-iya lo bawel banget sih Ra!" Adit mencubit kedua pipi Ara.
Sungguh dia gemas dengan gadis itu. Dari kecil sampai sekarang Ara tetap menggemaskan.
"Aww sakit tauu!" kesal Ara, sangat imut.
"Ehmm!"
"Suara siapa ya Ra?" ujar Adit pada Ara.
"Iya aku juga gak tau serem ihh!" jawab Ara.
"Gue ceburin juga lo berdua kekolam!" ancam Dinda.
"Emang lo berani?" tantang Adit.
Dinda langsung berusaha sekuat tenaga untuk menarik Adit menuju kolam.
"Woyyy!!!" pekik Adit.
"Bantuin Ra!"
"Gak wlee!" Ara malah menjulurkan lidahnya mengejek Adit.
Dinda terus menarik Adit sekuat tenaga walaupun pergerakannya sangat lambat setidaknya dia masih bisa untuk menyeret Adit. Tenaganya memang tidak di ragukan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Araselly
Teen Fiction(End) Revisi ~~~ Araselly Salsabela "Mencintaimu adalah keinginanku, dan memilikimu adalah dambaanku." Ganendra Aditya Putra "Kau telah pergi, dan lukanya membuat aku tidak bisa berjalan seperti dulu lagi." ~~~ 💙💙 Happy reading Jangan lupa mampir...