Suara jangkrik terdengar keras dari semak-semak belukar di halaman belakang rumah. Suasana gelap dalam ruangan tak bisa membuat seorang bocah remaja laki-laki dengan dua garis di pipi itu tidur dengan nyenyak.
Entahlah, bukan karena suara nyanyian jangkrik di luar. Hanya saja, sejak tadi seperti ada yang bersembunyi di kamarnya. Suara krasak-krusuk yang muncul saat ia mulai menutup mata, namun hilang saat ia terbangun. Berpikir bahwa itu barangkali adalah hantu, tapi, Boruto percaya bahwa rumah Naruto bukan merupakan salah satu rumah angker yang ada di seluruh penjuru negara Jepang. Ia cukup tahu ciri-ciri rumah angker yang notabene selalu memiliki pintu geser yang sudah sobek kertasnya. Yah, itulah salah satu ciri-cirinya.
"Apa aku harus selalu terjaga agar kau tidak berisik lagi?" Boruto mencoba untuk berkomunikasi pada siapapun itu yang bersembunyi di dalam kamarnya.
Tidak ada balasan.
Ya, tentu saja. Jika dibalas maka mungkin saja Boruto akan keluar dan berlari ketakutan menuju kamar Naruto dan Hinata, mengadu bahwa ada hantu di kamarnya dan meminta izin pada keduanya kalau ia lebih baik pulang ke Mansion Uchiha daripada harus merasa takut sepanjang malam selama satu tahun.
"Ini menyebalkan." Monolognya.
Boruto bangkit duduk, ia mengusap kedua matanya yang mengantuk. Besok hari Minggu, ia libur dan berniat ingin main ke Mansion karena terlalu rindu pada suasana di sana. Tapi, sudah pukul dua pagi dan ia masih terjaga sampai sekarang. Hanya karena sesuatu yang sejak tadi mengganggu tidak jelas.
Ia berdiri lalu membawa tubuhnya ke ujung lemari, mengambil sebuah tongkat baseball yang terpajang indah di sudut tembok. Saat dirinya memainkan tongkat itu dengan kedua tangan, bunyi krasak-krusuk di dekat meja belajar muncul lagi. Ia membuka pintu keluar sedikit agar mudah jika ingin kabur. Lalu barulah dirinya berjalan menuju sumber suara. Namun, ketika ia mencoba menyelundupkan tongkat itu ke kolong meja lewat ruang yang kecil, suara geraman terdengar keras setelahnya.
"Ha! Apa itu?!"
Boruto diam kemudian. Tanpa pikir panjang, ia malah memasukkan ujung tongkat lebih dalam dan sesuatu keluar dari sana dengan cepat, menghantam jidatnya lalu melompat tinggi dan keluar lewat pintu yang dibuka tadi.
"Aw, dahiku sakit." Ia merasakan goresan pada jidatnya lalu berdiri untuk menyalakan lampu. Berdiri di depan cermin, menghela napas setelahnya. "itu seperti hewan, tapi apa?"
Daripada memikirkan lebih jauh perihal "Apa itu tadi?" ia lebih baik tidur untuk waktu yang barangkali menyenangkan besok. Ya, pagi-pagi ia akan berangkat diantar Naruto ke kediaman Uchiha.
*****
{6.48 a.m}"Paman,"
"Hm?" Naruto berdeham, lalu lantas menoleh pada Boruto.
"Tadi malam ada yang menggangguku,"
"Mengganggu?"
"Ya," Boruto bingung bagaimana menjelaskan apa yang terjadi semalam, "ada seekor hewan yang kukira hantu sebelumnya, dia berpindah tempat terus dan yang terakhir di bawah lemari samping meja belajar."
Naruto berpikir keras. Beberapa sekon berikutnya, ia tersadar dari sesuatu yang membuat Boruto mengernyit skeptis. "Kenapa Paman?"
"Bagaimana rupanya?"
"Hmm... ya, seperti kucing, mungkin?" ujar Boruto, mengingat seperti apa wujud hewan semalam. "Aku tidak terlalu melihatnya. Jelas saja, ia bahkan berlari dan melompat di dahiku. Ini hasil karyanya." katanya dengan suara datar seraya menunjuk goresan akibat hewan tak dikenal itu.
"Tidak terlalu buruk, kan?"
"Ya. Tidak. Hanya goresan biasa."
Naruto menghela napas. "Ayo ikut aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated Feeling ✔
FanfictionTinggal dalam satu atap, berbagi kehangatan keluarga satu sama lain selama hampir seumur hidup. Bagaimana kisah mereka? ~Complicated Feeling~ Hidup bersama sedari bayi sampai usia dewasa, Boruto dan Sarada tentu saling menyayangi satu sama lain. Nam...