45. Number One

660 99 54
                                    

"Jadi, siapa di sini yang memiliki kemampuan dan tanggung jawab baik untuk dapat menjadi ketua kelas?"

Aburame Shino memperhatikan satu-persatu anak-anak murid barunya. Semua tampak diam dan sama sekali tak memiliki secuil ketertarikan untuk menjabat sebagai ketua kelas.

Wali kelas itu menghela napas, sepertinya ia harus turun tangan sendiri dan memilih beberapa kandidat untuk dijadikan calon. Ia mengambil buku absen, lantas satu kelas merasakan ketegangan, takut-takut karena sudah pasti sang guru akan menggunakan cara umum dengan absensi.

"Karena hari ini tanggal 2 April tahun 2018, dan ini adalah hari pertama kalian masuk, jadi aku akan memanggil ...,"

Chouchou yang duduk di tengah-tengah murid sekelas kini mulai tegang. Pasalnya, jika yang disebutkan adalah nomor dua karena tanggal sesuai hari ini, maka ia akan baik-baik saja, tapi kalau yang dipakai adalah hari pertama—yang sudah jelas diketahui absen namanya adalah nomor satu, maka sudah dipastikan ia akan menjadi kandidat.

"Akimichi Chouchou,"

"Hah, sudah kuduga." Erang Chouchou di kursinya. "Baik!" lanjutnya, agak tegas kemudian berdiri.

"Itoi Tsuru,"

"Baik." Tsuru berdiri.

"Ryougi,"

Anak lelaki bersurai merah keunguan sebahu spontan terkejut, lantas berdiri dan berkata "Siap!" kelewat tegas. Semua menatap kepadanya yang merasa canggung dan malu sekaligus. Namun cepat-cepat Shino berdeham untuk mengambil kembali satu lagi murid yang akan menjadi kandidat calon ketua kelas.

"Mitsuki,"

"Baik, sensei." Mitsuki berdiri.

"Baiklah, kalian yang sudah terpilih, silakan maju ke depan." kata Shino.

Keempat murid tersebut maju bersama dan berdiri berdampingan sesuai absen.

"Untung saja absenku jauh dari tanggal hari ini," Boruto bergumam pelan di belakang.

"Padahal kalau Boruto-kun yang jadi ketua kelas, itu akan sangat menyenangkan!" Sumire tiba-tiba menyahut gembira, ia menoleh ke belakang untuk menatap Boruto setelah lelaki itu bergumam tadi.

"Ah, tidak, tidak." kata Boruto. "kenapa tidak kau saja, Sumire?"

Sumire memerah. "A-ah ..., a-aku tidak mungkin bisa menjadi ketua kelas," Ia mulai gugup. Sementara di seberang kirinya, Sarada melirik intens untuk sekadar menunggu apa saja yang akan dibicarakan oleh gadis bersurai ungu itu dengan Boruto.

"Benarkah? Kurasa kau cukup berbakat dalam hal memimpin?" Goda Boruto.

Sumire tambah merona, ia menyembunyikan rautnya dengan dua tangan, menunduk dan kembali menatap ke mejanya. Tak berani memberikan atensi lagi pada Boruto yang tersenyum lembut.

Sarada mendengus keras.

Di depan, Shino berdeham setelah konversasi singkat antara dua muridnya di belakang sana. Ia kemudian berucap enteng setelah mendapat bisikan dari Chouchou.

"Sepertinya kita sudah mendapatkan ketua kelas dan wakilnya," kata Shino

"Ya, kau benar guru, mereka sepertinya cocok, jadi, kami boleh duduk kembali?" Tsuru berusaha menyelamatkan diri. Dan ucapannya disetujui oleh Ryougi dan Chouchou yang menambahkan bahwa biasanya yang diam-diam bergumam mengenai suatu hal sudah jelas pantas mendapatkan hal tersebut.

Boruto di pojok spontan tegang. Sarada di depannya tersenyum sinis sebab di seberangnya Sumire sudah benar-benar memerah dan nyaris akan pingsan tatkala Aburame Shino mulai menyebut nama mereka berdua untuk maju ke depan.

Complicated Feeling ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang