3. Important Talk

2.1K 226 22
                                    

Asakusa Imahan, Tokyo, 30 April 2007 {9.31 a.m}

Secangkir coffee Latté Art tersaji di depan meja, uap panas sedikit mengepul menandakan bahwa minuman itu baru saja dihidangkan.

Sasuke menyesap lembut, latte-nya. Ia mengedarkan pandangan ke jendela yang memperlihatkan pemandangan kota Tokyo yang diguyur hujan lebat.

"Bagaimana keadaan Boruto?"

Sasuke masih setia memandangi kaca.
"Dia baik, Sarada juga baik jika kau mau bertanya tentang putriku juga."

Naruto menghela napas. Mereka sudah berada dalam restoran mewah itu selama kurang lebih sepuluh menit. Sudah memesan makanan dan meminta pelayan untuk mengantarnya setengah jam lagi.

"Ya, lalu bagaimana dengan Sakura?"

"Sama." kata Sasuke, lalu memejamkan mata dan menghirup aroma bunga Agapanthus dipadukan dengan aroma masakan yang menguar dari dapur restoran.

"Sebenarnya kemarin aku bertemu dengan Boruto," kata Naruto.

Sasuke sejenak melirik ke arah pria bersurai kuning jabrik itu, ia menyilangkan kedua tangan di depan dada dan bersandar kemudian menghela napas dalam.

"Aku memanggilnya dan ya... Dia takut padaku,"

"Hn?"

"Tentu saja, dia tidak mengenalku, kan?"

Naruto mengusap wajah, "Omong-omong, aku ingin bicara penting tentang orang-orang itu," pandangannya mulai serius.

"Kau bertemu Boruto di mana?" tanya Sasuke, tanpa mengalihkan pandangan dari jendela. "Apa yang ingin kau bicarakan?"

"Kau tidak berubah ya, Sasuke,"

Sasuke hanya diam.

"Aku bertemu dengannya di dekat mansionmu. Aku pikir dia memang takut padaku saat melihatku dan mendengarku memanggilnya,"

"Bodoh."

Naruto mengangkat sebelah alisnya, berpikir tentang apa yang salah dari perkataannya, oh atau mungkin perbuatannya kemarin yang memanggil Boruto dan membuat anaknya itu takut.

Pria bersurai kuning jabrik dengan tiga garis seperti kumis kucing itu tersenyum dan sedikit terkekeh, membuat Sasuke mendengus. "Sasuke, kau bilang kau bersama Kak Itachi. Di mana dia?"

"Dia bersamaku tadi, tapi saat sampai tikungan dia meninggalkanku setelah melihat Kak Izumi jalan kaki sendiri," kata Sasuke.

"Kapan dia akan menikah?" tanya Naruto, mengambil secangkir ocha dan menyesapnya pelan.

"Aku tidak tahu dan tidak peduli." Sasuke mengangkat bahu acuh.

"Hei, dia itu kakakmu,"

"Lalu?"

"Ah, sudahlah... Aku ingin bicara serius,"

Sasuke membuat wajah datar dengan bola mata memutar malas, "Kau sudah bilang berkali-kali tapi malah membahas hal tak penting!"

"Hehe, maaf." Naruto terkekeh.

Mereka terdiam saat pelayan datang membawakan dua makanan pesanan mereka tadi, mengucap terima kasih kemudian sedikit memberi senyum pada pelayan wanita yang tersipu malu melihat keduanya.

"Cantik."

Sasuke lantas melempar serbet dan mendarat tepat di wajah Naruto. "Kau sudah punya istri!"

"Ya, ya, aku tahu. Hinata tidak akan marah jika aku hanya melirik atau menggoda beberapa wanita cantik di Tokyo." kata Naruto, bergurau.

Sasuke memutar bola mata malas untuk yang kesekian kali. Ia mengambil sesendok Kare dan menyicipinya, tersenyum saat kuah kare itu dirasakannya enak.

Complicated Feeling ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang