Mansion Uchiha, Tokyo, 12 Mei 2016 {6.32 a.m}
"Sarada, kenapa melamun? Hei, apa kau punya masalah?"
Sasuke membuat Sarada tersedak makanannya sendiri. Ia nyaris tak sadar pada keadaan sekitar. Bahkan tak sadar pula bahwa jam di dinding sudah menunjukkan pukul setengah tujuh lewat.
"Ah, aku tidak apa-apa, Pa." jawabnya, meminum segelas air dengan sedikit terburu-buru.
"Sayang, kau akan berangkat sekolah atau hanya akan melamun sampai siang, hm?"
Sakura datang dan lantas menyentuh bahu Sarada. Ia membuat sang anak terkejut untuk kedua kali setelah Sasuke di selasa pagi ini.
"Aku tidak-,"
"Ceritalah!" desak Sakura, memotong perkataan Sarada yang barangkali akan menjawab dengan sama seperti pertanyaan Sasuke tadi.
Sarada menghela napas. "Tidak sekarang, nanti saja, ini sudah pukul ... ah tidak! Aku akan terlambat!" Ia lantas berdiri setelah melihat jam dinding di samping lukisan besar. Wajahnya menggambarkan kepanikan yang bercampur aduk dengan mimik wajah kurang semangat. Tampak aneh, seperti gadis yang lesu.
"Papa, hari ini aku diantar saja, ya. Kalau menaiki sepeda nanti aku akan benar-benar terlambat."
Sasuke mengangguk, ia berdiri lalu menatap Sakura. Memberi kode sebentar lalu pergi ke halaman depan. Sakura menyusul keduanya yang sudah sampai depan gudang. Mobil dikeluarkan lalu Sarada masuk setelah mengucap salam pada Sakura.
Sasuke dan Sarada pergi menjauh dari mansion. Sakura menunggu hingga mobil tak terlihat dari jarak pandangnya sebelum masuk ke dalam.
Di dalam mobil, Sarada hanya sibuk pada konversasi dalam pikirannya yang tengah kusut. Tak ayal, dirinya jadi kurang fokus terhadap semua hal sejak pagi tadi. Kemarin, setelah mengbaikan pesan dan panggilan dari Boruto—yang jumlahnya tak terhitung—ia membiarkan rasa kecewanya menguasai diri untuk sementara waktu dan tepat sekali ketika hal itu terjadi, Himawari mengirim pesan padanya dan mengatakan kalau Boruto pulang bersama seorang teman perempuannya kemarin. Sarada tak bisa membayangkan apa pun dari segala kemungkinan tentang rasa sakit. Ia tak pernah merasa terkejut hingga jantungnya terasa berhenti berdetak sejemang. Tak pernah, yang kemarin itu kali pertama baginya dan sungguh sangat sulit dijelaskan. Yang ia paham adalah bahwa dirinya kecewa dan merasa sakit. Hanya itu, tak lebih.
Sasuke menyadari kebungkaman Sarada yang tidak biasa. Ia sedikit melirik ke arah sang putri yang diam menatap ke depan namun pandangannya mencerminkan bahwa pikirannya melayang pada suatu tempat. Ia mengembuskan napas kasar lalu menginjak pedal gas kuat-kuat, menyebabkan mobil melaju lebih kencang.
"Kenapa kita mengebut?"
"Kau akan terlambat."
Ternyata Sarada menyadarinya. Ia tahu Sasuke menambah kecepatan laju mobilnya, mereka melewati gang arah rumah Uzumaki. Di sana ada seorang bocah yang tengah berlari cepat-cepat. Sepertinya Boruto pula akan terlambat ke sekolah.
"Kau ingin kita mengajaknya? Atau membiarkan dia telat?" tanya Sasuke, mereka memperlambat lajunya ketika hampir sampai di belakang Boruto yang setengah berlari di trotoar.
"Tidak. Kita jalan saja. Dia terlambat, itu urusan dia, kan? Aku tidak peduli. Lagi pula salahnya sendiri yang meminta berbeda sekolah dan rumah dariku." Suara Sarada dingin. Sasuke menyeringai namun merasa kasihan pada Boruto yang sekiranya akan kena hukuman saat sampai di sekolahnya.
Mereka melewati Boruto yang barangkali tak sadar. Namun, di jalan, Boruto mengernyit ketika sebuah mobil melewatinya kencang dan mendapati perhatian darinya karena lajunya lebih cepat dari kendaraan lain. Ia cukup terkejut karena melihat mobil putih itu. Pelat nomor yang tertera jelas dalam penglihatannya menampilkan nomor yang sudah ia hafal. Mobil milik Uchiha Sasuke.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated Feeling ✔
Hayran KurguTinggal dalam satu atap, berbagi kehangatan keluarga satu sama lain selama hampir seumur hidup. Bagaimana kisah mereka? ~Complicated Feeling~ Hidup bersama sedari bayi sampai usia dewasa, Boruto dan Sarada tentu saling menyayangi satu sama lain. Nam...