51. Try

582 94 48
                                    

Canda gurau disertai dengan tawa riang mengisi sepanjang perjalanan Boruto dan Sarada menuju ke sekolah.

Angin pagi juga cahaya mentari yang mulai membias ke bumi menghangatkan hari yang cerah ini. Suara kicau burung yang bernyanyi, bersahut-sahutan dari ranting satu ke yang lain agaknya dapat menambah suasana pagi menjadi lebih berwarna.

Mereka berhenti di sebuah bangku taman, duduk bersama sembari menenggak beberapa mili air dalam botol minum bekal yang mereka bawa.

"Ah, segar sekali!"

Sarada mengangkat kepalanya sambil terpejam dan bersandar ke belakang. Boruto terkekeh untuk mengatakan kalau ia setuju. Mereka kemudian menaiki sepeda masing-masing lagi untuk melanjutkan perjalanan.

Di tengah kota mereka saling berbalapan santai sambil sesekali bernyanyi bersamaan. Lantunan nada dari dua manusia dipadukan dengan padat lancar aktivitas kota benar-benar menjadikan pagi mereka penuh dengan warna cerah.

Ketika dua roda depan dari masing-masing sepeda telah sampai di gang menuju sekolah, Sarada berhenti bernyanyi dan segera membuat Boruto mengernyit sejenak.

"Kenapa berhenti?" tanya Boruto, kemudian bersenandung lagi dan mulai menyanyikan lagu saat sampai di reff.

"Kita hampir sampai di sekolah." sahut Sarada, singkat.

Boruto tak menjawab. Beberapa detik setelah perkataan Sarada, mereka akhirnya sampai di depan gerbang, serta-merta masuk dan langsung parkir di tempat sepeda.

Boruto bersiul dan berjalan medahului Sarada ke kelas. Mereka tidak berjalan bersama, sebab tak ingin ketahuan telah berangkat bersama-sama.

Di kelas, baru ada tiga orang yang datang. Ternyata masih sepi. Boruto melihat jam tangan yang melingkari lengan kirinya kemudian mengembuskan napas malas. Pukul enam lewat dua puluh enam, yang artinya masih ada waktu tiga puluh empat menit lagi untuk bel masuk berbunyi.

Sarada datang saat Boruto pergi ke meja milik Renga untuk menyapa temannya itu, sekaligus mengisi waktu sambil menunggu yang lain datang.

Gadis itu memperhatikan Boruto yang berubah saat di sekolah. Rasanya memang menyedihkan, namun ia tetap harus kuat. Karena ini adalah hari pertamanya masuk ke sekolah dengan keadaan di mana ia sudah mengetahui kalau Boruto bukanlah saudaranya.

Karena bingung harus melakukan apa sementara Boruto sudah mulai sibuk dengan teman lelakinya—yang sudah berdatangan, Sarada akhirnya memutuskan mengambil buku hariannya dan menuliskan apa pun yang telah ia rencanakan sejak kemarin. Tujuan-tujuan barunya selama bersekolah tiga tahun ke depan ini juga beberapa kegiatan yang akan ia ubah setiap harinya menjadi lebih sibuk dibanding yang sudah ia lakukan selama ini.

Ketika jari-jari lentik itu memainkan pulpen sambil menoleh ke kiri, menghadap jendela sebab bingung lantaran murid-murid telah datang dan konsentrasinya jadi buyar, tiba-tiba seseorang menyapanya dengan suara yang begitu lembut.

Sarada lantas menoleh, kemudian tersenyum kikuk menjawab gamang. "Ya, selamat pagi, Sumire."

Sumire tersenyum, duduk di tempatnya, di samping Sarada, lalu menatap lurus ke depan tanpa berbicara apa pun lagi.

Bel masuk berbunyi saat Chouchou datang. Sarada terkekeh pada kehadiran Chouchou yang tergesa-gesa dan sepertinya gadis gempal cantik itu baru saja berlari.

Pelajaran berlangsung dengan khidmat, seperti biasanya. Kemudian ketika beberapa menit sebelum bel selanjutnya, Yuhi Kurenai, selaku guru sastra yang mengajar pada pelajaran pertama sekonyong-konyong mengatakan kalau pelajaran kedua mereka hari ini akan kosong, membuat satu kelas riuh oleh teriakan riang gembira.

Complicated Feeling ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang