⚠Warning!
Ada beberapa kata dan kalimat dari scene yang mengandung unsur sensitif dan konten seksual. Hanya sedikit. Namun diharapkan untuk bijaksana dalam membaca dan menilai!~o0O0o~
Boruto berjalan cepat sambil memungut manik-manik yang tergeletak di tengah-tengah jalan, yang ia pikir mengarah ke lokasi Sarada berada.
Tadi, mereka berpencar. Boruto ke depan, Sekki ke jalan sebelah kanan, sementara Sumire dan Enko ke jalan sebelah kiri, dua gadis itu berbalik ke jalan tadi dan lurus menuju perumahan sepi.
Sumire menemukan seutas tali hitam dan manik-manik yang berserakan hingga ujung gang. Ia dan Enko segera menghubungi Boruto dan Sekki untuk ke lokasi kemudian langsung memberikan tali tadi pada Boruto. Sumire bilang, ia ingat bahwa Sarada sering memakai gelang manik kayu di lengan kirinya, dan ia pikir barangkali itu adalah milik Sarada, dan Boruto mengangguk mengiyakan. Karena itu memang benar gelang milik Sarada yang putus.
Mereka menyimpulkan, kalau Sarada sengaja memutus gelang itu dan menyebar maniknya agar seseorang dapat menemukannya jika sesuatu terjadi padanya.
Jadi, dengan cepat mereka semua mengikuti tanda yang dibuat Sarada dengan harapan dapat segera menemukan gadis itu, dan dalam keadaan yang baik-baik saja. Semoga kekhawatiran mereka hanya sia-sia.
Kemudian, setelah manik itu hilang sebab dari hitungan manik yang telah terkumpul sudah di batas keseluruhan dari gelang. Boruto tetap berjalan lurus sampai ke jalan buntu yang mengarah ke kebun milik orang lain. Di samping, sebuah lapangan kosong, dan di sisinya agak jauh dari lapangan dan dekat sekali dengan kebun, terdapat sebuah rumah tak berpenghuni.
Boruto menemukan sebuah tas di sana. "Itu tas milik Sarada!" Ia menunjuk ke sana, lantas berlari dan berhenti di depan pagar.
"Kita masuk?" tanya Sekki. Ketiganya mengangguk.
Baru selangkah memasuki halaman rumah, suara jerit tertahan terdengar bagai melodi pengantar kematian bagi Boruto. Itu suara milik Sarada!
.
.
.Sarada melenguh. Ia menggeleng keras namun para lelaki yang menggerayangi seluruh tubuhnya itu tak henti mengusap tangan penuh dosa mereka padanya.
"Suaramu merdu sekali, ketuas OSIS. Aku menyukainya." Shinki menjilat daun telinga kiri Sarada.
Kagura sibuk dengan remote control vibrator yang ia pasang di milik Sarada. Gadis itu terus-terusan menggelinjang tak tahan seraya menyemburkan lenguhan panjang disertai tangis memilukan.
Kawaki bermain di dadanya. Sarada berkali-kali menolak, namun tubuhnya tak dapat digerakkan, ia juga berkali-kali berucap bahwa Kawaki akan segera mendapat konsekuensi atas apa yang ia perbuat padanya.
"Kau tahu, kenapa aku membantu Kagura dan Shinki untuk melecehkanmu?" Kawaki berhenti mengulum puting kanannya, dan menatap wajah Sarada yang terengah. "Karena kau, Sumire berubah sejak satu tahun yang lalu!"
"Akh!"
Sarada berteriak tatkala Kawaki menggigit puting payudara kanannya dan mencubit amat keras di sebelah kiri. Dia tak tahu apa kesalahannya, dan pikirannya tak dapat dibuat berjalan dengan baik. Ia pusing, ia lelah, ia pasrah. Yang jelas, Sarada hanya dapat menyimpulkan bahwa Kawaki marah atas perubahan yang terjadi pada Sumire sejak kejadian satu tahun lalu di mana Boruto menghancurkan hati gadis bersurai ungu itu sampai di kepingan terakhir. Sarada tak tahu apa yang Boruto lakukan atau katakan pada Sumire, lelaki itu hanya bilang kalau ia sudah menyelesaikan masalahnya dengan gadis itu dan keesokan harinya Sarada menemukan diri seorang Kakei Sumire berubah jadi lebih pendiam dan tampak tak memiliki sinar kehidupan dari raut wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated Feeling ✔
FanfictionTinggal dalam satu atap, berbagi kehangatan keluarga satu sama lain selama hampir seumur hidup. Bagaimana kisah mereka? ~Complicated Feeling~ Hidup bersama sedari bayi sampai usia dewasa, Boruto dan Sarada tentu saling menyayangi satu sama lain. Nam...