59.2. Stay or Go?

796 94 82
                                    

Horikoshi Gakuen, Tokyo, 12 Juli 2019

Boruto telah memilih untuk memenuhi permintaan Sarada dengan tidak mencoba lagi mencari tahu kebenaran atau hanya sekadar bertanya-tanya lagi tentang hubungan kekeluargaan mereka.

Agak aneh, ah, bahkan memang aneh. Untuk apa Sarada menyuruhnya tak menelusuri kebenaran sementara Sarada sendiri juga tidak tahu apa pun? Mencurigakan dan tentu saja hal itu mengundang banyak sekali pertanyaan baru yang malah menambah rasa penasaran Boruto akan kebenaran yang ada.

Angin berembus kencang ketika ia mengembus napas pelan. Sudah dua bulan sejak hari itu, sekarang ia tengah berdiri di balkon sekolah lantai tiga, menyandarkan dagu pada besi terali pembatas dan pandangannya lurus ke bawah, menyaksikan lalu-lalang murid lain.

Sekarang hari Jumat. Ini adalah hari terakhir sekolah sebelum liburan musim panas dimulai sampai akhir bulan Agustus depan. Dan Boruto sudah mulai bosan kendati seharusnya ia lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman-teman, bukannya malah berdiam diri di balkon sementara yang lain sibuk mengisi waktu istirahat dengan makan siang dan bercengkerama.

Boruto hanya masih merasa bingung. Sedikit cemas, namun tak ayal ia sendiri merasa takut jika diperbolehkan berkata jujur. Sudah berkali-kali ia memutar otak dan berpikir lagi dan lagi, namun semuanya masih terasa semu dan janggal. Tidak ada kejelasan apa pun selama dirinya berhenti bertindak untuk mencari fakta, ingin diam-diam mengingkari janji dengan Sarada, tapi ia percaya dengan gadis itu dan Boruto tahu kalau Sarada tak mungkin berbohong atau mengingkari janjinya sendiri. Jadi, dengan segala pertanyaan yang kian hari kian meradang, ia dengan segala keyakinannya selalu berteguh hati dan berkata pada diri sendiri untuk menunggu dan melihat apa yang akan terjadi tahun depan.

"Sarada, kuharap kau tidak memberiku pilihan." Gumamnya, menegakkan badan ketika sorot matanya menangkap sosok Sarada yang tengah berjalan bersama teman-teman perempuannya di lapangan.

Boruto memiliki rencana, namun tetap saja semua yang ia jalani atas dasar apa yang telah ia susun selama ini terasa benar-benar tak nyaman. Ia merasa kosong. Ketika berada di rumah, ia merasa belum pulang. Ketika bersama Sasuke dan Sakura, ada sesuatu yang aneh meski ia merasa nyaman. Ketika bersama Sarada, Boruto merasakan hal lain. Rasa kasih dan keinginan untuk terus bersamanya. Rasa untuk melindungi sebagaimana seorang kakak untuk adiknya, namun pula ia merasa wajib untuk terus melindungi Sarada entah sampai kapan, tak ada batas waktu apa pun dari apa yang dirasa jika untuk Sarada. Dan yang jelas, semua itu dirasa amat rumit baginya.

"Kurasa tak ada pilihan lain selain menjalani semuanya seperti biasa."

*****
16 Januari 2020

"Oh, ya ampun! Bagaimana ini?"

Sarada mengusap keningnya cemas setelah melihat berita di televisi mengenai konfirmasi bahwa Covid 19 telah masuk ke Jepang, kali pertama muncul di Prefektur Kanagawa. Sarada jelas tahu, perihal virus baru yang berasal dari Wuhan, Tiongkok, tersebut. Ia akan sangat khawatir pada apa yang akan terjadi setelahnya kendati seharusnya ia berpikir lebih positif alih-alih cemas membayangkan semuanya.

"Bagaimana apanya? Itu hal yang wajar, aku sudah berpikir bahwa virus itu cepat atau lambat juga akan masuk ke Jepang. Kenapa kau jadi cemas sekali begitu?" Boruto menyahut sambil memutar remot televisi di tangannya.

Sarada menghela napas. "Kau tahu, berapa banyak korban akibat virus itu?"

"Tentu saja. Itu cukup berbahaya, apalagi pada seseorang yang sudah memiliki penyakit bawaan," Boruto baru menyadari apa yang dirinya katakan, ia kemudian berdeham untuk melanjutkan. "Jadi, mulai sekarang kau harus lebih baik menjaga diri. Kita tunggu konfirmasi selanjutnya saja, apa yang harus dilakukan."

Complicated Feeling ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang