Complicated Feeling ✔

29. Little Hint

"Kau tahu? Aku selalu berpikir bahwa kita—,"

Ia berhenti sejenak untuk mengambil napas dalam lalu serta-merta melanjutkan dengan gamang. "Kita ini sebenarnya siapa? Kenapa semuanya terasa aneh? Kenapa kau berbeda? Kenapa aku merasakan sesuatu yang rumit di hatiku? Yang bahkan tak kuketahui apa ini."

Dalam lamunan, Sarada—bersama Boruto yang tertidur pulas di atas ranjang—hanya menatap langit-langit kamar dengan pandangan sulit diartikan. Sesuatu yang teramat rumit telah terjadi dan ia tak mengerti. Sudah lama memikirkan hal tabu itu namun alih-alih mendapat barangkali sedikit petunjuk, ia malah hanya menambah puing-puing pertanyaan yang sukses berputar kusut dalam kepala. Membingungkan.

Sekarang, sudah satu setengah tahun sejak kejadian waktu itu. Kini, Boruto tengah menginap di Mansion Uchiha. Liburan telah tiba dan beberapa bulan lagi Boruto pun akan kembali tanpa harus membuat izin seperti seorang tamu yang hendak menginap di rumah temannya. Sarada berpikir bahwa waktu ternyata lumayan cepat. Ia bahkan melupakan janji Boruto dulu yang sempat teringkar.

"Huh...."

Napasnya diembus sedikit kencang. Sarada memutar tubuhnya hingga menghadap Boruto. Wajah mereka saling berhadapan, hanya berjarak lima senti dari hidung mancung milik keduanya. Deru napas teratur yang keluar bahkan menerpa kulit wajah Sarada dengan hangat. Sarada menyukai tiap embusan yang Boruto berikan. Kendati saat sadar, ia akan sangat kesal, namun pada kenyataannya ia selalu menyukai jika Boruto bernapas dekat dengannya. Rasanya seperti debaran yang ambigu dan ia merasakan gejolak aneh dalam dirinya.

Putaran memori yang berjalan lambat dalam kepala kini berhenti tepat pada suatu kenangan di mana mereka berdua masih kecil. Sarada tersenyum tatkala mengingat dirinya yang selalu manja pada semua orang, termasuk kepada Boruto. Sejak usia tiga tahun, untuk kali pertama dirinya bisa berucap huruf 'R' dan kala itu ia memanggil Boruto dengan sempurna. Semuanya terkejut dan Boruto yang notabene sudah mengerti namanya pun sekonyong-konyong malah mendekatkan diri ke arah Sarada dan memeluknya seraya berbisik, "Aligatou." padanya.

*Aligatou as Arigatou: Terima kasih.

Sungguh kejadian yang sangat manis. Beruntung hal itu diabadikan dalam sebuah video yang sialnya disimpan oleh Paman Itachi. Jadi, ia tak bisa melihat video tersebut. Toh, sang ayah bahkan tak berniat meminta atau barangkali membujuk kakaknya untuk memberikan video tersebut padanya. Alhasil, Sarada dan Boruto hanya bisa membayangkan hal tersebut dari cerita Sakura dan dari memori mereka sendiri, yang sayangnya tidak terlalu jelas untuk dikenang.

Tangannya terangkat. Sarada membelai lembut surai kuning itu. Suatu bukti nyata yang bahkan tak ia mengerti sebab sekelumit petunjuk tak ia dapatkan dari sana kecuali kemiripan antara si anak lelaki dengan seorang pria dewasa yang diketahui adalah sahabat orang tuanya sendiri. Sarada bukannya hanya menerka-nerka, tapi, ia sudah memikirkan hal ini dari jauh hari. Sempat melupakan namun teringat kembali ketika dirinya hanya berdua dengan Boruto dalam keadaan yang sama-sama baik. Ia sudah curiga pada sesuatu yang di pikirannya masih terasa janggal.

Ia merasa ... Boruto sebenarnya adalah saudaranya, atau bukan. Takut-takut ia selalu menyimpan dan menyembunyikan pertanyaan bodoh—menurutnya—itu dari orang-orang. Boruto bahkan tidak pernah ikut campur dalam kejanggalan yang Sarada sadari ini. Entah memang Boruto yang tidak peduli atau memang dia terlalu bodoh dan tidak sadar, tapi yang jelas, Sarada tahu kalau Boruto sepertinya tak terlalu ambil pusing perihal perbedaan yang kentara pada dirinya di antara seluruh keluarga Uchiha.

"Kau ini, apa kau mau membantuku mencari tahu? Kau pernah bilang padaku kalau kau sedih karena memiliki perbedaan dari kami. Tapi, kau sadar bahwa Mama bahkan jauh memiliki fisik yang berbeda dari Uchiha. Jadi, kau percaya bahwa fisikmu berasal dari gen Mama. Tapi, apa kau sadar kalau kau itu mirip sekali dengan Paman Naruto."