{6.12 a.m}
"Hei, bangun!"
Samar-samar Boruto mendengar perintah disertai dengusan keras yang berdengung di telinganya. Ia mengerjap, rasa kantuk masih melekat hingga rasanya dua kelopak mata itu tak ingin terbuka untuk menampilkan dua iris biru langitnya yang cerah.
"Kalian berdua ... kubilang bangun!"
Telinganya ditarik sampai kepalanya terangkat sedikit. Boruto langsung tersadar ketika Sakura memandanginya dengan tatapan menyeramkan. Sepertinya ia bangun kesiangan. Di samping, suara rintihan juga ia dengar dan langsung terkejut mendapati Sarada mengusap telinga kirinya sambil mengaduh.
Boruto bangkit saat Sakura hendak menarik telinganya lagi.
"Kalian lihat, jam berapa sekarang?" Sakura menyilang kedua tangan di depan dada, sambil menunjuk jam di dinding dekat jendela dengan dagunya.
Sarada spontan bangun, serta-merta menatap jam kemudian langsung terbelalak. "Ah, aku kesiangan!" Dia langsung bangun dan berlari pergi, terlihat di luar, ia belok ke kamarnya.
Boruto masih di ambang batas kesadaran. Ia menggaruk kepalanya yang gatal lalu pergi ke kamar mandi setelah Sakura memelototinya karena hendak terbaring kembali.
Sambil menyikat gigi, Boruto berkaca dengan wajah datar. Setelah membasuh semuanya. Ia langsung bernapas lega setelah menyadari kalau semalam, ia baru saja bermimpi buruk. Mimpi yang terasa begitu nyata.
Mengerikan dan menyakitkan kendati hanya untuk diingat. Beruntung, hari ini baru akan dimulai, dan ia pastinya akan jauh lebih waspada sebab ia tahu mimpi tadi berlatar waktu pada hari ini. Ya, dia dan Sarada akan ke rumah Paman Itachi sepulang sekolah. Dan akan langsung begitu, sambil berharap semoga saja mereka mendapat secuil petunjuk yang mengarah pada jawaban sesungguhnya.
*****
Karena Boruto dan Sarada sudah hampir terlambat, Sasuke akhirnya turun tangan dan harus mengantar mereka berdua ke sekolah. Tepat sekali, seperti dalam mimpi. Pikir Boruto.
Sarada tiba-tiba menyuruh Boruto duduk di depan, di samping Sasuke saja. Tumben sekali rasanya, tapi tak masalah. Boruto dengan santai masuk dan duduk di samping sang papa sementara Sarada sendiri di kursi belakang.
Tak ada perbincangan serius dalam mobil. Hanya basa-basi seputar pelajaran nanti di sekolah dan kegiatan OSIS mereka. Sarada lebih banyak diam, entah apa yang terjadi padanya. Barangkali gadis itu masih mengantuk, sebab yang jelas, mereka berdua tidur larut semalam. Sambil menangis dan bercerita bersama-sama. Menyalurkan pikiran dan perasaan terpendam masing-masing. Semua keraguan dan rasa takut yang dialami. Semuanya. Juga rasa bimbang, kecuali perasaan cinta masing-masing.
Bedanya, Sarada menahan untuk berucap sebab ia memang sudah tahu perasaannya. Sementara Boruto, dia masih bingung dan benar-benar terasa rumit. Namun Sarada memaklumi hal itu dan amat terharu jika membayangkan seandainya mereka tidak hidup bersama sejak kecil sebagai dua orang saudara kandung, barangkali mereka akan menjadi sepasang kekasih sekarang. Tanpa harus memikirkan segala kerumitan soal keluarga dan sebagainya.
Ketika mobil sampai di depan gerbang sekolah, Boruto dan Sarada turun. Sarada hanya berucap seadanya sebelum berlari masuk mendahului Boruto yang masih bersama Sasuke.
Sasuke terkekeh melihat tingkah lucu putrinya. "Kau tidak berlari juga?" tanyanya pada Boruto yang keluar mobil dengan santai.
"Tidak. Sampai jumpa, Pa."
"Hn." Sasuke mengangguk sebelum pergi, berangkat untuk bekerja.
Boruto mengerucutkan bibir. Sampai di sekolah ternyata lapangan masih ramai. Ia menatap arlojinya kemudian mendengus. "Sarada terlalu terburu-buru. Masih lima belas menit lagi padahal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated Feeling ✔
FanfictionTinggal dalam satu atap, berbagi kehangatan keluarga satu sama lain selama hampir seumur hidup. Bagaimana kisah mereka? ~Complicated Feeling~ Hidup bersama sedari bayi sampai usia dewasa, Boruto dan Sarada tentu saling menyayangi satu sama lain. Nam...