"Jika kau berpikir perihal hubungan antara anak-anak, kendati semua telah usai oleh takdir, semuanya akan tetap sama. Yang berbeda, merekalah yang akan memilih tujuan hidup mereka ke depannya setelah mengetahui kebenaran."
Sekonyong-konyong Itachi kembali bersuara sehabis menceritakan kisah sesak nan pelik masa hidup semua tokoh yang turut serta dalam lingkaran masalah besar mereka. Sakura belum benar-benar bernapas teratur, malah harus dibuat menahan napas kembali tatkala pening melanda kepala setelah kalimat tadi terucap.
"Tentang anak-anak, aku pun tahu kalau kau sudah tidak rela, bahkan jika hanya untuk membuat mereka tahu identitas mereka. Dan Boruto ...," Sakura menahan napas beberapa detik. "kau menyayanginya seperti menyayangi Sarada, anak kandungmu sendiri." lanjut Itachi, agak menekan dua kata terakhir.
Mereka kini bergeming tanpa menatap satu sama lain. Embusan napas Sakura yang sejak tadi tak keruan kini dirasa khawatir oleh Itachi. Ia tahu, kalau adik iparnya itu akan sangat sulit melepas Boruto, meski memang pada kenyataannya, Boruto bukanlah darah dagingnya. Wajar terjadi, karena Sakura bukan wanita pertama yang mengalami hal tersebut, toh dia seorang ibu. Dia tahu bagaimana mencintai dan menyayangi seorang anak, perasaannya akan kuat hanya dengan mengasuh kendati tak memiliki ikatan murni antara ibu dan anak sekalipun.
Itachi mengembuskan napas pelan kemudian mengusap bahu Sakura yang sedikit terkesiap spontan.
"Tenanglah, semua akan baik-baik saja. Sekarang, yang terpenting adalah kebaikan untuk anak-anak." kata Itachi. Sakura mengangguk pelan dengan tatapan tepat mengarah sendu pada sepatu kulitnya.
"Aku menunggu lama dan kini malah disuguhi pemandangan istriku yang tengah berselingkuh dengan kakakku."
Keduanya mengangkat kepala, mereka mendapati tatapan malas Sasuke yang datang dengan gaya khasnya, yang bagi Itachi 'Sok elegan'.
"Hei, ada apa? Apa kakak laknatku menyakitimu?" Sasuke bertanya setelah duduk di samping kiri Sakura. Tangannya tergerak untuk menopang dagu sang istri yang murung, "Katakan jika dia bercerita yang aneh-aneh, aku akan memukul tengkuknya dan menendang bokongnya."
Itachi mendengus malas, lantas membuat raut masam. "Balasannya jahat sekali!" gumamnya, pelan.
Sakura terkekeh. "Tidak apa-apa, Sasuke-kun. Aku hanya merasa bingung dan takut dengan hasil akhir rencana kita pada rapat tadi,"
"Aku mengerti apa yang kaurasakan. Tapi, itu memang kesepakatannya. Kita sudah memikirkan hal itu beberapa kali sejak dulu. Tapi, mengingat kehidupan tak semudah mengedipkan mata—meski mengedipkan mata juga merupakan bagian dari kehidupan—, aku tahu kalau kau telah gagal dalam menjaga hati agar tidak benar-benar menganggap Boruto sebagai anak kita." Ucapan Sasuke membuat Sakura menitikkan air mata. Alih-alih menenangkan, ia malah membuat istrinya bergetar sebab menangis tertahan.
"Lihat, siapa yang membuatnya menangis? Aku mengonversasikan banyak hal penting dan masih bisa membuatnya kuat. Tapi, kau yang malah menghancurkan pertahanannya. Aku harap, adik ipar akan menendang bokongmu." sarkas Itachi, lalu menatap Sakura sendu.
Sakura semata-mata hanya terkekeh samar guna membalas ucapan Itachi. Ia mengusap kedua pipinya sendiri kemudian mengembuskan napas kasar lalu menatap ke depan dengan raut agak tegas.
Sasuke berpikir untuk mengajak Sakura ke kamar dan meninggalkan sang kakak sendiri di sana. Itachi lantas membiarkan karena pada dasarnya ia tak berniat membuat adik iparnya sedih kendati cerita tadi memang wajib diutarakan sebab sangat penting mengingat tak ada yang tahu hal apa yang akan terjadi di masa depan.
"Kalian pulang kapan? Besok natal, mungkin ayah dan ibu akan datang ke rumah kalian. Buatlah pesta yang besar untuk keluarga kita, ya!" teriak Itachi ketika Sasuke dan Sakura sudah sampai di depan lift.
KAMU SEDANG MEMBACA
Complicated Feeling ✔
FanfictionTinggal dalam satu atap, berbagi kehangatan keluarga satu sama lain selama hampir seumur hidup. Bagaimana kisah mereka? ~Complicated Feeling~ Hidup bersama sedari bayi sampai usia dewasa, Boruto dan Sarada tentu saling menyayangi satu sama lain. Nam...