7. Daily Routine

1.6K 167 63
                                    

Mansion Uchiha, Tokyo, Minggu 16 Desember 2007 {7.00 a.m}

Alunan melodi teratur terdengar indah saat tuts-tuts piano itu ditekan pelan seirama dengan nyanyian merdu yang mengudara di seluruh penjuru ruangan.

Tangan lembut itu masih memainkan bilah-bilah tersebut dengan baik. Tak ada sedikit pun lantunan nada yang salah atau sumbang ketika amatir dalam memainkannya. Ia seperti sudah profesional yang telah tampil pada macam-macam panggung musik dan opera.

Suaranya indah dalam bentuk apa pun. Enak didengar, nyaman dalam ketenangan dan candu bagi pecinta suara merdu. Sakura masih terus memainkan not-not lagu yang terpampang di hadapannya, tepat di atas papan bilah piano. Nyanyian yang seirama dengan melodi piano itu membuat Sarada terkagum-kagum pada sang Mama.

Sasuke, sang suami bahkan memejamkan mata di sudut ruangan. Masih menikmati keadaan yang membuatnya larut dalam kenyamanan yang elegan.

Suasana tenteram tersebut, dihancurkan seketika kala pintu ruangan terbuka lebar, menampakkan sesosok bocah dengan seragam Karate yang telah melekat indah di tubuh kecilnya.

"Pa, ayo kita latihan!"

Sasuke mendengus. Sakura tertawa, sementara Sarada mengernyit kesal. Tentu saja. Ruangan itu tadinya nyaman dengan suara alunan musik piano juga nyanyian Mamanya. Tapi, kini musnah sudah kegiatan mendengarkan Mamanya bermain musik.

"Tunggu di luar. Papa akan ganti baju." kata Sasuke. Ia bangkit dan berjalan ke arah pintu keluar, menghampiri Boruto dan melewatinya. Sempat mengelus pundak bocah itu sebentar lalu pergi.

"Sarada, kau tidak latihan?" tanya Boruto.

"Aku sedang mendengarkan Mama. Hari ini juga kegiatan rutinku untuk berlatih piano." kata Sarada, nadanya terdengar acuh.

"Baiklah kalau begitu. Ma, aku berlatih dengan Papa ya..."

"Hm. Semangat Boruto!" seru Sakura, dengan tangan terkepal ke atas.

Kepergian Boruto membuat Sarada mengembuskan napas kecil. Ia lalu meminta sang Mama untuk mengajarinya bermain musik klasik. Contohnya hari ini ia meminta diajari lagu Fur Elise karya Beethoven.

Sakura dengan senang hati mengajari Sarada dengan baik. Ia bangga pada putrinya yang lebih mudah diajari bermain piano. Bukan hanya piano, biola pun Sarada bisa di usianya yang akan menginjak lima tahun itu. Boruto mungkin lebih ahli dalam Karate, tapi Sarada tentu bisa. Dan kelemahannya, Boruto sangat sulit diajari bermain musik, terlebih biola.

Sakura mulai dengan mengajari bait pertama dengan irama pelan. Itu akan membuat Sarada lebih mudah memahami. Sarada mengikuti apa yang telah Sakura ajarkan padanya. Pada awalnya ia masih salah-salah. Perlahan, ia mulai merasakan irama yang dibuatnya mulai teratur, menciptakan melodi dalam hitungan jarak waktu yang pelan namun indah.

"Ma, aku bisa!" teriaknya, girang.

"Hei... Kau baru di baris pertama, ayo lanjut lagi," kata Sakura, mengelus surai hitam putrinya.

"Hm."

Sarada memainkan jari-jari kecilnya dengan lincah. Mengikuti garis not bernada pada kertas di hadapannya. Sempat dimarahi karena terlalu cepat, Sarada tak mau menyerah. Setiap minggu ia memang berlatih musik sejak beberapa bulan yang lalu. Terkadang hanya latihan Karate dengan Boruto, diajari sang Papa. Tapi, hari ini, ia akan mulai serius menjadikan kegiatannya ini rutin setiap dua hari sekali. Apalagi ini bulan Desember, di mana taman kanak-kanak diliburkan menjelang Natal dan tahun baru Masehi. Kegiatannya akan lebih lama perharinya.

"Sarada, apa kau sudah bisa membaca dengan baik?" tanya Sakura. Alih-alih membuat Sarada berhenti memencet papan bilah piano.

"Ya. Aku pernah dipuji guru Hinata karena cara membacaku yang lebih lancar daripada yang lain," kata Sarada, mengingat-ingat perkataan Hinata waktu itu. "Guru Moegi dan guru Udon juga pernah memberiku nilai sempurna saat belajar. Tapi, di sana kami jarang belajar. Kami sering bermain, dan aku sering kesal!"

Complicated Feeling ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang