12. Memories Together

1.2K 166 12
                                    

Wewangian daun-daun kering memenuhi indra penciuman. Hawa dingin musim gugur merangsek masuk ke dalam kamar lewat jendela-jendela yang terbuka sedikit.

Sarada melenguh tertahan tatkala sedikit cahaya matahari masuk melewati celah-celah ventilasi. Matanya terbuka menampilkan iris obsidian yang indah. Tubuhnya terbangun dan kepalanya menoleh ke samping, tepat pada eksistensi seorang lelaki beranjak remaja yang masih tertidur pulas di sampingnya.

Seulas senyum simetris ia tampilkan kemudian tangan mungilnya mengelus surai kuning milik lelaki tersebut.

"Engh..." Boruto melenguh. Sarada cepat-cepat melepas elusan telapaknya pada kepala Boruto.

Boruto mengerjap, lantas mengucek matanya sebelum netranya benar-benar terbuka. "Sudah pagi, ya?"

"Hm." gumam Sarada.

"Hah, aku masih mengantuk!" Boruto menguap kemudian berbalik membelakangi Sarada. Ia kembali memejamkan mata seraya membenarkan letak selimut lalu tertidur lagi.

Sarada menggeleng. Tubuhnya ia sandarkan pada sandaran ranjang. Tangannya memeluk dirinya sendiri dari angin musim gugur yang masuk ke dalam.

Ini adalah akhir pekan. Dua bulan lagi Desember, sekolah mereka akan diliburkan menjelang Natal dan tahun baru Masehi. Sarada bingung harus melakukan apa di hari Sabtu ini. Ia bosan jika harus bermain alat musik atau berlatih Karate. Ia pikir, barangkali kembali tidur dan menyelami dunia mimpi lebih baik ketimbang harus melakukan hal merepotkan, bukan?

Dilihatnya Boruto yang sudah pulas. Sepertinya, yang dilakukan Boruto memang benar. Ia lebih baik tidur saja bersama anak lelaki di samping tubuhnya itu. Lagipula, ia tidak ada janji apa-apa atau tugas apa pun dari guru mereka di sekolah. Yah, mereka sudah memasuki kelas enam, tingkat akhir dari jenjang sekolah dasar. Meski begitu, tugas yang diberikan justru tidak banyak. Mereka hanya dipatok untuk lebih banyak berinteraksi dengan teman-teman karena beberapa bulan lagi akan berpisah dan akan memasuki jenjang sekolah menengah pertama.

Memikirkan hal itu, Sarada jadi mengingat sesuatu. Ah, di sekolah menengah pertama mana yang akan ia pilih, dan Boruto? Apakah akan bersamanya lagi atau tidak? Entahlah. Sarada tidak cukup banyak waktu untuk memikirkan hal semacam sekolah atau jenjang baru yang lebih tinggi. Alih-alih peduli, ia malah tidak terlalu mementingkan perihal tersebut.

Hei, ayahnya adalah seorang Uchiha. Ia memiliki perusahaan besar di seluruh Jepang. Bahkan, Sasuke memiliki perusahaan cabang di beberapa kota di luar Jepang. Untuk memilih sekolah mana yang akan cocok untuknya pastilah sangat mudah. Jika bertanya Boruto? Itu juga hal yang tak perlu lagi untuk dipusingkan.

Sarada menguap. Ia mengantuk pula. Akhirnya, ia memutuskan untuk tidur lagi dengan posisi menghadap Boruto sambil memeluk bocah laki-laki itu dari belakang. Wajah cantiknya ia rapatkan pada tubuh belakang Boruto sembari menghirup dalam-dalam aroma dari anak laki-laki itu.

*****
Narihira Elementary School, Sumida City, Tokyo, 27 Oktober 2014  {10.00 a.m}

"Sarada,"

Chouchou datang pada Sarada dengan membawa sebuah buku tulis di tangan kanannya. Sarada hanya bergumam untuk menjawab, ia masih tetap fokus pada novel yang ia pinjam dari perpustakaan sekolah barusan.

"Tadi aku melihat keripik kentang rasa ramen dipadukan dengan bumbu kare. Kau tahu, aku ingin membelinya, tapi uangku hanya tinggal untuk membeli minuman." kata Chouchou dengan suara yang terkesan dibuat-buat, menurut Sarada.

Sarada mengembuskan napas malas. Ia sudah tahu, apa yang sahabatnya itu inginkan. "Ini," ia mengeluarkan sejumlah uang dari saku seragamnya, lalu diberikan langsung pada Chouchou yang berbinar.

Complicated Feeling ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang